10
Sumber: Seminar Peran Literasi Informasi Terhadap Penyuluh oleh Dr.Ir. Momon Rusmono, Desember 2013.
Gambar 2. Model transfer inovasi pertanian melalui penyuluhan mulai dari
penelitian yang menghasilkan inovasi pertanian sampai diadopsi oleh petani.
Gambar 2 menjelaskan hasil penelitian dari lembaga penelitian menghasilkan inovasi yang berupa pengetahuan, diperlukan tahapan dalam
mengolahan hasil penelitian tersebut oleh PUSTAKA menjadi bahasa yang lebih sederhana dan dapat dimengerti oleh petani, karena inovasi yang dihasilkan oleh
lembaga penelitian masih sangat ilmiah. Selanjutnya penyusunan materi penyuluhan dilakukan oleh BPTP.
Materi penyuluhan pada hakekatnya merupakan segala pesan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada sasarannya. Sehubungan dengan
pesan Havelock Mardikanto, 1992 membedakannya dalam empat macam tipe pesan, yaitu pengetahuan dasar, hasil riset terapan dan pengembangan,
pengetahuan praktis dan pesan dari penggunanya. Dari keempat tipe pesan tersebut, tiga pesan pertama merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh
sumber misalnya lembaga penelitian, sedangkan pesan terakhir merupakan umpan balik yang disampaikan oleh sasaran penyuluhan.
Penyampaian pesan, dapat dilakukan menggunakan berbagai media atau saluran komunikasi. Menurut Lacy dan Busch, selain komunikasi formal sumber
tertulis seperti artikel majalah, buku, laporan teknik, bulletin, dan sebagainya, pesan atau informasi dapat disampaikan juga melalui saluran informal, biasanya
11 bersifat lisan seperti pembicaraan tatap muka, melalui telepon, koresponden
perorangan, seminar, pertemuan ilmiah dan sebagainya. Jenis-jenis informasi dan teknologi yang dihasilkan oleh lembaga
penelitian meliputi: a alternatif kebijakan; b data karakter sumberdaya pertanian; c teknologi sarana produksi; termasuk varietas unggul, benih, dan
sarana produksi lainnya; d teknologi budidaya; e teknologi panen dan pengolahan hasil.
2.2. Peran Penyuluh dalam Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, karena pembangunan pertanian telah memberikan
kontribusi nyata dalam mendorong laju pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh kemampuan sumberdaya manusia
pertanian dalam mengelola sistem yang dapat mengikuti dan mengimbangi dinamika kemajuan pembangunan.
Oleh karena itu pemberdayaan manusia perlu ditingkatkan untuk mampu menangkap berbagai peluang ekonomi dan membaca isyarat pasar guna
peningkatan pendapatan dan taraf hidupnya karena semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, maka akan semakin mendorong timbulnya penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Fokus utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pertanian perlu diarahkan pada: 1 peningkatan kualitas
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan 2 penguasaan kualitas ketrampilan yang disertai dengan pembinaan semangat, disiplin dan
profesionalisme kerja Baharsjah,1994.
Upaya pemberdayaan petani-nelayan tidak terlepas dari peran penyuluh pertanian sebagai pendidik non-formal pada masyarakat petani-nelayan, juga
sebagai fasilitator dan katalisator terjadinya proses belajar antar petani dan petani dengan sumber-sumber ilmu dan teknologi, sebagai konsultan atau penasehat,
komunikator dalam rangka proses alih ilmu pengetahuan dan teknologi dan motivator gerak usaha tani yang mampu menumbuhkembangkan kepemimpinan
mandiri petani pembina ketrampilan serta pembentukan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai dasar dan kebutuhan masyarakat dinamik yang membangun munandar,
2000.
Menurut Mosher 1987, setiap penyuluh harus mampu melaksanakan peran sebagai: a Guru, untuk mengubah perilaku masyarakat sasarannya; b
penganalisis, dengan melakukan pengamatan terhadap keadaan dan masalah- masalah serta kebutuhan masyarakat sasaran yang dilanjutkan dengan analisis
tentang alternatif pemecahan masalahnya; c penasehat, dengan memberikan pertimbangan kepada masyarakat sasaran dalam memilih alternativ yang tepat; d
organisator, mampu menjalin hubungan baik dengan segenap lapisan masyarakat, mampu menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan partisipasi masyarakat,
mampu
berinisiatif bagi
terciptanya perubahan-perubahan
serta dapat
memobilisasi sumberdaya, mengarahkan dan membina kegiatan-kegiatan maupun mengembangkan kelembagaan yang efektif.
Keberhasilan pembangunan pertanian bukan hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian yang
sangat strategis dan kualitas sumberdaya manusia yang mendukungnya, yaitu
12 SDM yang menguasai serta mampu memanfaatkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan.
Penyuluh dapat digambarkan sebagai penghubung antara dunia penelitian dan petani. Penyuluh berfungsi menyampaikan teknologi yang dihasilkan oleh
lembaga penelitian kepada petani, sebaliknya menyampaikan kebutuhan hasil penelitian yang diharapkan oleh petani kepada lembaga-lembaga penelitian.
Penyuluh memiliki tingkat pengetahuan tertentu, yang untuk kebutuhan tugasnya mungkin masih memerlukan tambahan pengetahuan berupa masukan-
masukan baru seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau hasil- hasil penelitian. Informasi yang demikian dapat diperoleh dari berbagai sumber
informasi.
Wardani 1994 mengemukakan bahwa sumber informasi adalah partisipan atau peserta yang menciptakan informasi. Sumber informasi dapat
berupa individu atau lembaga yang menciptakan informasi sebagai pesan dalam suatu proses komunikasi, sedangkan saluran adalah yang menyampaikan pesan
dari pihak sumber kepada penerima. Saluran dapat berubah fungsi sebagai sumber informasi, apabila komunikan menggunakan informasi-informasi yang terkandung
dalam media komunikasi sebagai sumber informasi.
Kegunaan sumber-sumber informasi menurut Kadir 1986 mengatakan bahwa dengan informasi kita dapat: a memperoleh pemahaman, b menjadikan
sumberdaya dasar bagi usaha mengarahkan dan membina struktur masyarakat di masa depan, c mencapai tujuan pembangunan, dan d apabila informasi sudah
memasyarakat akan mempersempit jurang pembangunan. Dari hal yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa kegunaan sumber informasi bagi
penyuluh adalah sebagai sumber utama bagi materi penyuluhan, memperluas wawasan penyuluh, dan sebagai sumber bagi pengembangan ilmu dan teknologi.
Menurut Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian 2002:5-9 menyatakan bahwa kondisi penyuluhan dewasa ini mengalami tantangan dan
perubahan-perubahan strategis yang mencakup globalisasi, otonomi daerah, kebijakan pembangunan pertanian, dan kondisi petani dan keluarganya. Dengan
kondisi seperti ini, maka seluruh aparat di seluruh sektor pertanian khususnya penyuluh harus mempersiapkan diri dengan kemampuan-kemampuan untuk
menghadapi dan mengantisipasi tantangan dan perubahan yang terjadi. Dalam menjalankan tugasnya penyuluh harus memiliki kemampuan umum yang dapat
dipergunakan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi. Dalam beberapa konsep tentang kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki penyuluh sangat
bervariasi, namun setelah generalisasi menggunakan konsep dari Finn report dan Meyer Report ternyata kemampuan yang harus dimiliki salah satunya adalah
pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penyuluhan memiliki peran yang sangat strategis di dalam mendukung dan mengawal program utama pembangunan, untuk tercapainya empat sukses
pembangunan pertanian, yaitu: 1 Swasembada dan swasembada berkelanjutan; 2 Diversifikasi pangan; 3 Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor,
dan 4 Peningkatan kesejahteraan petani. Untuk meningkatkan peran penyuluhan pertanian dalam pembangunan pertanian, perlu adanya sinergitas dan penyamaan
persepsi terhadap kegiatan-kegiatan penyuluhan di daerah dengan program
13 penyuluhan di pusat, sesuai dengan peran pemerintah sebagai regulator,
koordinator dan supervisor. Berdasarkan kondisi umum sumberdaya penyuluhan dan hasil-hasil yang
telah dicapai selama periode 2005-2009, maka permasalahan yang dihadapi dalam pemantapan sistem penyuluhan guna mewujudkan sumberdaya manusia yang
profesional, kreatif, inovatif dan berwawasan global, adalah sebagai berikut: a. lemahnya kapasitas kelembagaan penyuluhan; b. belum optimalnya jumlah dan
kompetensi penyuluh; d. belum optimalnya penyelenggaraan penyuluhan; e. belum optimalnya dukungan sarana-prasarana dan pembiayaan dalam
penyelenggaraan penyuluhan.
2.3. Peranan Sektor Pertanian untuk Mendukung Pembangunan Daerah
Sektor pertanian menjadi salah satu komponen pembangunan daerah dalam menuju swasembada pangan guna mengentaskan kemiskinan. Pentingnya
peran sektor pertanian dalam pembangunan daerah diantaranya: sebagai penyerap tenaga kerja, menyumbang Produk Domestik Bruto PDB, sumber devisa, bahan
baku industri, sumber bahan pangan dan gizi, serta pendorong bergeraknya sektor- sektor ekonomi lainya.
Di era otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki keleluasaan dalam perumusan permasalahan dan kebijakan pembangunan pertanian. Pelaksanaan
otonomi daerah dan desentralisasi diharapkan akan mampu menjamin efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pembangunan pertanian, sehingga dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
Pada kenyataannya, sampai saat ini sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan. Kebijakan pemerintah daerah yang kurang berpihak pada
sektor pertanian menjadi kendala dalam perkembangan sektor pertanian. Pemerintah daerah lebih memperhatikan sektor industri karena sektor industri
selama ini diklaim memberikan pendapatan yang tinggi kepada daerah. Investor juga lebih tertarik menanamkan modalnya pada sektor industri dibanding sektor
pertanian. Ini semakin menambah deretan permasalahan pembangunan sektor pertanian.
Sebagai komponen dalam pembangunan dan penopang seluruh kehidupan masyarakat, sektor pertanian sering dihadapkan pada berbagai permasalahan.
Permasalahan-permasalahan dalam
sektor pertanian
antara lain
: 1 Penguasaan dan akses teknologi pertanian lemah: Tingkat pendidikan petani
yang sebagian besar masih rendah menyebabkan sistem alih teknologi lemah dan penerapan teknologi kurang tepat sasaran. Akses informasi teknologi yang
mendukung pembangunan pertanian diperdesaan cenderung lebih sulit didapatkan, sehingga menyebabkan pembangunan pertanian menjadi terhambat. Pada era
desentralisasi kegiatan penyuluhan kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Hal ini mengakibatkan keterkaitan antara peneliti, penyuluh, dan petani
kurang intensif sehingga diseminasi teknologi menjadi lambat dan kurang tepat sesuai kebutuhan; 2 Infrastruktur pertanian terbatas dan terabaikan: Masalah
yang paling krusial dan sampai saat ini belum teratasi dengan bijaksana yaitu pengembangan infrastruktur pertanian. Keberadaan kelembagaan seperti balai
karantina, laboratorium uji mutu, irigasi, listrik, transportasi, keuangan, unit pengolahan dan pemasaran masih terbatas akibatnya usaha pertanian kurang
14 berkembang; 3 Kelembagaan pertanian belum berfungsi secara maksimal:
Kelembagaan petani di tingkat desa sebagian besar merupakan kelembagaan informal
dimana sistem
organisasi, manajemen,
maupun administrasi
kelembagaannya belum dapat berfungsi secara maksimal. Lembaga petani yang dapat menjadi alat untuk meningkatkan skala usaha untuk memperkuat posisi
tawar petani sudah banyak yang tidak berfungsi.
Untuk lebih meningkatkan peran sektor pertanian pelaku pembangunan pertanian harus mampu membangun usaha yang berdaya saing tinggi dan mampu
berperan serta dalam melestarikan lingkungan hidup. Beberapa rekomendasi strategi pembangunan pertanian dalam upaya peningkatan peran sektor pertanian
dan perdesaan, yaitu : 1 Meningkatkan kegiatan penyuluhan guna menggalakan sistem alih teknologi dan percepatan penyebaran informasi pembangunan
pertanian melalui pendampingan petani; 2 Perbaikan infrastruktur pertanian dan peningkatan teknologi tepat guna yang berwawasan pada konteks kearifan lokal
serta pemanfaatan secara maksimal penelitian dibidang pertanian; 3 Penguatan sistem kelembagaan pertanian dan perdesaan melalui penumbuhan kesadaran
petani terhadap hak-hak petani melalui pembinaan yang berkelanjutan, penguatan organisasi dan jaringan tani; 4 Peningkatan nilai tambah komoditas melalui
pengembangan agroindustri yang berbasis sumber daya domestik dan perdesaan, sehingga dapat meningkatkan daya saing komoditas pertanian dan kesempatan
kerja terhadap perekonomian perdesaan makin luas; 5 Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi,
kewirausahaan, dan manajemen usaha tani melalui penyuluhan pertanian, dan pengembangan sistem pendidikan dibidang pertanian yang menarik minat dan
bakat generasi muda; 6 Kebijakan daerah mengenai program insentif usaha tani melalui pemberian jaminan harga, subsidi pupuk yang tepat sasaran dan bersifat
produktif, serta keringanan pajak.
2.4. Hubungan antara Karakteristik Individual Penyuluh dengan
Penggunaan Sumber Informasi
Penyuluh dapat digambarkan sebagai penghubung antara dunia penelitian dengan petani. Penyuluh berfungsi menyampaikan teknologi yang dihasilkan oleh
lembaga penelitian kepada petani. Penyuluh memiliki tingkat pengetahuan tertentu, meskipun demikian dalam menjalankan tugasnya masih banyak
memerlukan tambahan pengetahuan berupa masukan-masukan baru seperti informasi-informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau hasil-
hasil penelitian.
Menurut Sumardjo 2008 dalam Anwas 2009 penyuluh harus memiliki kompetensi yang cukup sesuai tuntutan tersebut. Penyuluh yang kompeten apabila
seseorang mampu: 1 mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan penyuluhan dengan terampil untuk memberdayaan orang-orang dalam upaya meraih
kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakatnya; 2 mengorganisasikan sistem penyuluhan sehingga efektif memfasilitasi masyarakat dengan cermat agar
masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri; 3 melakukan tindakan yang tepat bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana
penyuluhan semula; 4 bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugasnya sebagai penyuluh meski
15 dengan kondisi yang berbeda lokal spesifik; 5 Mampu mensinergikan
kepentingan lokal dengan kepentingan yang lebih luas. Karakteristik penyuluh menurut Anwas 2009 yaitu umur, pendidikan
formal, pengalaman kerja sebagai penyuluh, motivasi, dan kepemilikan media komunikasi. Menurut Schemerhorn 1997 dalam Anwas 2009 umur atau usia
seseorang berhubungan dengan kemampuan, kemauan belajar, dan fleksibilitas. Umur juga berhubungan dengan pengalaman, artinya umur yang tua relatif
memiliki pengalaman yang lebih dibandingkan dengan yang muda. Oleh karena itu umur diduga dapat mempengaruhi terhadap intensitas pemanfaatan media dan
tingkat kompetensi penyuluh. Pendidikan adalah adanya proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku baik aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu dalam berpikir dan berperilaku. Menurut Mardikanto 1993 dalam Anwas 2009 makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap efisien bekerja dan semakin banyak tahu cara-cara dan teknik bekerja yang lebih baik dan lebih
menguntungkan.
Kepemilikan media komunikasi adalah sejumlah alat komunikasi dan informasi publik yang dimiliki penyuluh saat penelitian dilakukan. Kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi juga telah melahirkan perubahan dan demokratisasi dalam penyuluhan. Kondisi ini ditandai dengan adanya perubahan
dalam berkomunikasi dengan cepat dan mudah baik dengan sesama penyuluh, pimpinan lembaga penyuluhan, klien petani, penelitipakar, dan pihak-pihak
terkait dalam penyuluhan. Kemudahan akses informasi dan komunikasi dengan pihak terkait ini diduga akan berpengaruh terhadap intensitas pemanfaatan media
dan tingkat kompetensi penyuluh.Teknologi informasi yang dimiliki pada dasarnya memungkinkan dan memudahkan penyuluh mengakses informasi yang
diperlukan untuk mendukung kesuksesan penyuluhan. Pengalaman bekerja berarti serangkaian pengetahuan yang dialami individu selama yang bersangkutan bekerja.
Begitu pula pengalaman kerja penyuluh adalah serangkaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan individu yang dialaminya selama yang bersangkutan menjadi
penyuluh Anwas 2009.
Penggunaan sumber informasi oleh seseorang ditunjukkan oleh karakteristik demografisnya. Karakteristik tersebut menunjukkan kemampuan
seseorang berkomunikasi dan memilih media, dan memanfaatkan informasi yang diperolehnya. Penyuluh dengan karakteristik demografis yang berbeda akan
berbeda pula dalam penggunaan sumber informasi. Karakteristik demografis ini antara lain umur, pendidikan, masa kerja, jabatan fungsional, dan kekosmopolitan.
Kekosmopolitan adalah keterbukaan seseorang pada informasi melalui hubungannya dengan berbagai sumber informasi. Roger 1971 mengemukakan
bahwa orang yang sifatnya kosmopolitnya tinggi biasanya mencari informasi dari sumber di luar lingkungannya, sebaliknya orang yang rendah sifat kosmopolitnya
cenderung mempunyai ketergantungan yang tinggi pada tetangga atau teman- teman dalam lingkungan yang sama sebagai sumber informasi.
Rhaza dan Moriarty 1970 mengatakan bahwa tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dinyatakan dalam masa kerja berpengaruh terhadap penggunaan
informasi. Dengan demikian maka lama masa kerja akan meningkatkan pengetahuan dan akan menambah pengalaman.