Strategi Pengembangan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian untuk Mendukung Peran Penyuluh Studi Kasus di Kabupaten Bogor

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN PUSAT PERPUSTAKAAN

DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK

MENDUKUNG PERAN PENYULUH:

STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR

CATUR OKTIVIAN INDRI HASTUTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul Strategi Pengembangan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian untuk Mendukung Peran Penyuluh Studi Kasus di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

Catur Oktivian Indri Hastuti


(4)

RINGKASAN

CATUR OKTIVIAN INDRI HASTUTI. Strategi Pengembangan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian untuk Mendukung Peran Penyuluh Studi Kasus di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN M. BAGA dan PUDJI MULJONO.

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) merupakan salah satu perpustakaan khusus bidang pertanian yang mempunyai tugas pokok yaitu mengumpulkan, melestarikan dan menyajikan publikasi, kemudian publikasi UK/UPT dikelola dengan format dan tampilan beragam, serta terintegrasi dalam situs khusus, selanjutnya dilakukan penyebaran informasi teknologi dan hasil-hasil penelitian pertanian melalui pengembangan jaringan informasi dan promosi inovasi pertanian.

Peran PUSTAKA dalam penyediaan informasi pertanian selama ini difokuskan untuk mendukung penelitian dan pengembangan pertanian. Informasi hasil penelitian diperlukan penyuluh untuk mendukung aktivitasnya.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengevaluasi sejauh mana penyuluh memanfaatkan potensi yang tersedia di PUSTAKA; (2) Menganalisis hambatan-hambatan yang dihadapi oleh penyuluh untuk memanfaatkan potensi yang tersedia di PUSTAKA; (3) Menganalisis bagaimana koordinasi stakeholder untuk mengoptimalkan pemanfaatan PUSTAKA; (4) Merumuskan strategi pengembangan PUSTAKA mendukung peran penyuluh.

Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, observasi dilapangan dan kuesioner, kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis IPA CSI, dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) penilaian kinerja dan kepentingan atribut yang diteliti bahwa penilaian responden menunjukkan sikap cukup, 2) hambatan yang dihadapi penyuluh untuk memanfaatkan potensi yang tersedia di PUSTAKA yaitu, terbatasnya akses penyuluh terhadap sumber-sumber informasi IPTEK pertanian; belum optimalnya sistem alih teknologi dan informasi; materi teknologi tepat guna pertanian belum dimanfaatkan dengan optimal; dan motivasi kognitif penyuluh., 3) koordinasi stakeholder dalam pemanfaatan potensi PUSTAKA dinilai kurang optimal oleh sebab itu diperlukan penjajakan kembali pada stakeholder untuk peningkatan kerjasama yang sinergitas, dan membangun jejaring kerjasama perpustakaan. 4) berdasarkan hasil analisis SWOT diperoleh beberapa strategi yang kemudian dirumuskan kedalam beberapa program yaitu, 1) Membangun kerjasama PUSTAKA dengan pemda untuk menjadikan PUSTAKA menjadi tujuan wisata ilmiah, 2) Meningkatkan sarana Teknologi Informasi Komunikasi dalam pemberian akses ke penyuluh, 3) Menguatkan kualitas layanan PUSTAKA melalui ketersediaan inovasi teknologi litbang pertanian, 4) Meningkatkan jumlah anggaran untuk penyediaan sumber informasi, 5) Meningkatkan kemampuan pustakawan dalam pelayanan perpustakaan, 6) Membangun sistem alih teknologi untuk mendukung penyuluh, 7) Meningkatkan kualitas layanan dan promosi dalam penyediaan sumber informasi Iptek, 8) Mengoptimalkan promosi di lokasi stakeholder penyuluh dan mengadakan kerjasama dengan stakeholder. Dari program tersebut diharapkan potensi PUSTAKA dapat termanfaatkan.


(5)

Kata Kunci: Penyuluh, Penyuluhan Pertanian, Perpustakaan, Pembangunan Daerah, Bogor.

SUMMARY

CATUR OKTIVIAN INDRI HASTUTI. References development strategy for supporting role extension case study in district Bogor. Supervised by LUKMAN M, BAGA and PUDJI MULDJONO.

Center for Agricultural Library and Technology Dissemination (CALTD) has the main task of carrying out the management of library and dissemination of agricultural information science and technology. Various types and formats of agricultural information has been collected and published in print and electronic form. Provision of agricultural information is intended to meet the information needs of the researchers and extensionists. In addition to supporting research and development, CALTD has an important role in supporting agricultural extension activities. So, it is necessary to formulate a strategy of the development of CALTD to support agricultural extensionists. The purpose of this research were to evaluate the extensionists in using the potential availability of CALTD, to analyze constraints faced by the extentionists to use the potential availability of CALTD, to analyze the stakeholder coordination in optimizing of CALTD, and to formulate the development strategies of CALTD to support the role of extension. The research data collection was conducted using interviews, observations, and questionnaires. The 113 respondent is BPP4K extension Bogor Regency. Data were analyzed using IPA, CSI (Customer Satisfaction Index), and SWOT analysis. The results showed that 1) extension expressed satisfaction in utilizing the potential of CALTD. It was indicated by the value of CSI on performance appraisal and interests attributes, 2) the extentionists’s constraints faced in using the potential of CALTD is limited access to resources of agricultural science and technology, technology transfer and information system of agriculture that has not optimal, the appropriate information materials of agricultural technology has not been utilized optimally, and the cognitive motivation of extensionits were low, 3) coordination of stakeholders need to be rebuilt to increase the synergy of cooperation and develop a network of libraries, 4) the formulation of development strategies of CALTD to support the role of extensionists includes, 1) Establish partnership with local government to make Center for Agricultural Library and Technology Dissemination (CALTD) scientific tourist destination, 2) Improving Communication Information Technology infrastructure in the provision of access to extension, 3) Strengthen the quality of service of the Center for Agricultural Library and Technology Dissemination ( CALTD ) through the availability of technological innovation and development of agricultural research, 4) Increasing the amount of the budget for the provision of resources, 5) Improving the ability of librarians in the library service, 6) Establih a technology transfer system to support extension, 7) Improving quality in the provision of services and the promotion of science and technology resources, 8) Optimizing promotion in extension and location of stakeholders committed to collaboration with


(6)

stakeholders. The program is expected potential of the Center for Agricultural Library and Technology Dissemination ( CALTD ) can be utilized .

Keywords: Extension, Agricultural Extension, Library, Regional Development, Bogor


(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(8)

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional

pada

Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

STRATEGI PENGEMBANGAN PUSTAKA UNTUK

MENDUKUNG PERAN PENYULUH STUDI KASUS

DI KABUPATEN BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(10)

(11)

Judul Tesis : Strategi Pengembangan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian untuk Mendukung Peran Penyuluh Studi Kasus di Kabupaten Bogor

Nama : Catur Oktivian Indri Hastuti NRP : H252124125

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Lukman M Baga, MAEc Ketua

Dr Ir Pudji Muljono, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Manajemen Pembangunan Daerah

Dr Ir Ma’mun Sarma, MS. MEc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah strategi untuk pengembangan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA), dengan judul Strategi Pengembangan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian untuk Mendukung Peran Penyuluh Studi Kasus di Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Lukman M Baga, MAEc dan Dr Ir Pudji Muljono, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Badan Litbang Pertanian dalam hal ini Dr. Haryono, MSc, selaku Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr Ir Agung Hendriadi, M.Eng, selaku Sekretaris Badan Litbang Pertanian, Ir. Gayatri K. Rana MSc, selaku Kepala Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Dr Asep N Adiwinata, MSi, Dr Retno SHM, MSi, dan Ir Hasyim Asyari, MM atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melanjutkan studi S2. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Achmad Syaikhu, HS, S.Sos, MT dan seluruh staf Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian dan BKP5K Kabupaten Bogor, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Almarhum ayahanda Saminto Purwodaryanto untuk semangatnya, ibunda atas segala doa dan kasih sayangnya, suamiku Putu Surya Dhana untuk fasilitasnya serta anak-anakku Arthema Nirwasita, Javas Narendra dan Javier Danendra, yang selalu harus bisa mengerti keadaanku serta menjadi penyemangatku.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015


(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

2 TINJAUAN PUSTAKA 6 Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) sebagai Pusat Informasi 6

Peran Penyuluh dalam Pengembangan Pertanian 11

Peranan Sektor Pertanian untuk Mendukung Pembangunan Daerah 13

Hubungan antara Karakteristik Individual Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi 14

Hasil Penelitian Terdahulu 16

3 METODE 17 Kerangka Pemikiran 17 Lokasi dan Waktu Penelitian 18 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 19 Variabel Penelitian 20

Metode Pengambilan Sampel 21

Populasi dan Sampel 21

Analisis Data 22

Metode Analisis 22

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 31 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 31 Karakteristik Penyuluh 33 Pemanfaatan PUSTAKA oleh Penyuluh 35 Hambatan yang dihadapi oleh Penyuluh untuk memanfaatkan Potensi yang Tersedia di PUSTAKA 37

Matrik Penempatan Atribut PUSTAKA 38

5 PERUMUSAN STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM 50

Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal 50 Strategi Pengembangan PUSTAKA untuk Mendukung Peran Penyuluh 52

Program Pengembangan PUSTAKA 56

6 SIMPULAN DAN SARAN 62

Simpulan 62


(14)

DAFTAR PUSTAKA 64 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

1. Daftar atribut pusat informasi penelitian 20

2. Populasi dan sampel 22

3. Skor penilaian kinerja dan tingkat kepentingan konsumen 23

4. Nilai indeks kepuasan konsumen 27

5. Faktor internal dan eksternal 30

6. Matrik SWOT 31

7. Lingkup data yang di gunakan dalam penelitian 31

8. Distribusi karakteristik penyuluh 33

9. Perhitungan rata-rata dari penilaian kinerja dan kepentingan atribut

PUSTAKA 37

10.Analisis Hambatan 38

11.Rumusan strategi PUSTAKA 56

12.Rumusan Program PUSTAKA 62

DAFTAR GAMBAR

1. Komposisi pengunjung perpustakaan berdasarkan profesi selama tahun

2014, Laporan akhir kegiatan PUSTAKA, 2014 4

2. Model transfer inovasi pertanian melalui penyuluhan mulai dari penelitian yang menghasilkan inovasi pertanian 10

3. Kerangka pemikiran 18

4. Diagram kartesius 24

5. Prosentase umur penyuluh 33

6. Prosentase tingkat pendidikan penyuluh 34

7. Prosentase masa kerja penyuluh 34

8. Prosentase jabatan penyuluh 35

9. Diagram Kartesius dari Atribut yang Mempengaruhi kepuasan 39

10. Arsitektur Strategi Pengembangan PUSTAKA 60

DAFTAR LAMPIRAN

1. Bobot Penilaian Tingkat Kepentingan Responden terhadap Atribut

Potensi dan Atribut Layanan Perpustakaan 66 2. Bobot Penilaian Tingkat Kinerja responden terhadap Atribut Potensi

dan Atribut Layanan Perpustakaan 68


(16)

(17)

(18)

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Memasuki era globalisasi dan sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peranan informasi dalam pembangunan pertanian menjadi sangat penting. Informasi merupakan kunci bagi terciptanya pemahaman, terbukanya wawasan, membantu dalam pengambilan keputusan yang efektif dan efisien, sehingga pembangunan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan sumberdaya manusia aparat pertanian tangguh dengan ciri professional, mandiri, inovatif, kreatif dan berwawasan global yang mampu menjadi fasilitator, motivator dan regulator pelaku usaha pertanian serta mampu membangun sistem agribisnis yang berdaya saing tinggi.

Keberhasilan pembangunan pertanian antara lain ditentukan oleh kemampuan sumberdaya manusia dalam mengelola sistem pertanian yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Oleh karena itu pemberdayaan manusia terutama petani-nelayan perlu terus ditingkatkan melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan. Upaya pemberdayaan petani-nelayan tidak lepas dari peran strategis penyuluh sebagai orang yang menjembatani sistem sosial informasi dengan sistem sosial masyarakat, (Rogers, 1983). Menurut Ife,1995 penyuluh sebagai agen pembaharu mempunyai 4 peran yaitu peran edukasi, fasilitasi, representasi, dan peran teknis.

Terbitnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang SP3K disebutkan bahwa penyuluh adalah perorangan, WNI dapat berupa PNS, penyuluh swasta dan penyuluh swadaya. Penyuluh mempunyai peran yang strategis dalam menentukan keberhasilan pembangunan, melalui pengembangan sumberdaya manusia yang mampu mengelola sistem pertanian, perikanan, dan kehutanan yang dapat mengikuti dan mengimbangi dinamika kemajuan pembangunan maka penyuluh dituntut memiliki pengetahuan yang memadai di bidang teknis dan non-teknis. Pengetahuan penyuluh sangat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik penyuluh, seperti pendidikan formal, bidang keahlian, pendidikan non-formal, pengalaman menyuluh, pemanfaatan media, pelayanan informasi dan fasilitas penyuluhan, serta pemahaman mengenai tugas pokok dan fungsinya.

Dalam menjalankan fungsi dan perannya, penyuluh juga dituntut untuk terus mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi sesuai dengan informasi yang diperlukan oleh kelompok kliennya. Perkembangan ilmu dan teknologi tersebut dapat diperoleh dari berbagai media penyampaian informasi seperti media massa elektronik (radio, televisi, jaringan internet), media massa cetak (surat kabar, majalah, buku) dan publikasi ilmiah yang dihasilkan oleh berbagai institusi (lembaga penelitian, perguruan tinggi, dinas-dinas, pusat informasi dan sebagainya).

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mampu mempercepat penyebaran informasi ke seluruh pelosok dunia. Kondisi tersebut telah mendorong perpustakaan untuk berperan lebih optimal dalam upaya penyediaan dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk pembangunan masyarakat.


(19)

2

Perkembangan perpustakaan tidak pernah lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi. Hal ini dikarenakan perpustakaan sangat berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Ketiganya saling mendukung satu dengan lainnya, perpustakaan memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan melalui penyimpan berbagai informasi dan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, sedangkan teknologi informasi memberikan dukungan pada kemudahan akses dan sistem informasi dalam sebuah perpustakaan.

Perpustakaan yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna akan meningkatkan pemanfaatan perpustakaan tersebut. Hal ini berkaitan dengan karakteristik individual pengguna dan persepsinya terhadap koleksi fasilitas fisik, SDM, dan fasilitas teknologi informasi.

Teknologi adalah segala sesuatu yang dihasilkan melalui kegiatan penelitian dan pengkajian yang bersifat inovasi. Secara umum, teknologi (inovasi) dapat berupa produk, pengetahuan (knowledge), maupun alat dan mesin. Ketiga jenis teknologi ini memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga membutuhkan penanganan strategi penyampaiannya kepada petani dengan tahapan dan teknik yang berbeda pula (IRRI, 1998).

Dalam sistem pengembangan dan penyebaran informasi teknologi adalah menyiapkan sistem yang efektif dalam penciptaan teknologi/pengetahuan oleh lembaga penelitian dengan sistem penyebarannya (delivery system) dan aplikasi teknologi tersebut di tingkat lapangan (pengembangan atau penyebarannya (Lionberger dan Gwin, 1982). Secara spesifik, sistem tersebut menyiapkan mekanisme penemuan dan pengembangan ilmu/teknologi baru, proses adaptasinya di tingkat lapangan, dan penyebarannya di tingkat petani.

Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. A.T Mosher (Mubyarto, 1989;235) menganggap teknologi yang senantiasa berubah itu sebagai syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. Pertanian sangat berperan dalam pembangunan perekonomian suatu daerah. Karena mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk, sebagai sumber pendapatan, sarana usaha, serta dapat mengubah ke arah kehidupan ekonomi yang lebih baik. Hal ini sebagaimana tertuang dalam pasal 4 poin g,h, dan i UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yang menyatakan bahwa pengaturan desa bertujuan untuk: g) meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional; h) memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan i) memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan Peranan pertanian/agribisnis tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan ekonomi petani dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

Demikian pula dalam pembangunan nasional sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis. Peranan tersebut antara lain: meningkatkan penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satu-satunya sektor yang menjadi penyelamat perekonomian


(20)

3 Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan yang positif.

Salah satu aspek keberhasilan pembangunan pertanian adalah pengembangan dan penelitian pertanian. Saat ini Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi pertanian. Beberapa contoh inovasi teknologi yang telah diterapkan di masyarakat antara lain (inovasi jajar legowo, traktor tangan). Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan dan penelitian pertanian mempunyai dampak positif bagi sektor pertanian di masyarakat. Proses untuk menghasilkan sebuah inovasi teknologi hasil pengembangan dan penelitian perlu didukung oleh ketersediaan informasi ilmiah pertanian.

Dalam penyediaan informasi pertanian, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) telah berperan dalam mendukung kegiatan dan penelitian di lingkup badan litbang pertanian. hal ini ditegaskan dalam keputusan menteri pertanianNo 61/Permentan/OT.140./10/2010.

PUSTAKA saat ini memberi pelayanan kepada pengguna yang datang langsung ke PUSTAKA maupun pengguna yang memanfaatkan sarana komunikasi untuk mendapatkan informasi yang dimiliki PUSTAKA. Layanan tersebut diberikan dalam bentuk jasa sirkulasi/peminjaman, jasa penelusuran informasi, jasa penyediaan dokumen, jasa informasi terbaru dan terseleksi, serta kerjasama pemanfaatan informasi secara bersama dengan lembaga-lembaga lainnya.

Menurut Moenir (1995) salah satu keberhasilan perpustakaan dapat diukur dari layanan informasi. Layanan merupakan rangkaian usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi pengguna sesuai kebutuhan. Layanan merupakan ujung tombak dan sekaligus gambaran kualitas suatu perpustakaan.

Kinerja suatu perpustakaan tercermin dari tingkat kualitas layanan yang diberikan. Layanan yang baik di perpustakaan akan berujung pada kepuasan pengguna yang merupakan barometer keberhasilan suatu perpustakaan. Layanan merupakan salah satu kegiatan perpustakaan yang berhubungan langsung dengan pengguna melalui kegiatan penyebaran informasi serta pemanfaatan jasa dan fasilitas yang tersedia di perpustakaan.

Kualitas layanan dapat mempengaruhi jumlah pengguna di perpustakaan. Pengguna perpustakaan meliputi pengunjung serta pengguna yang memanfaatkan sarana komunikasi untuk mendapatkan informasi. Gambar 1 menunjukkan komposisi pengunjung PUSTAKA berdasarkan profesi selama tahun 2014 dengan total pengunjung 5.501 orang pengunjung atau 275,05% dari target 2000 pengunjung per tahun untuk tahun 2014.


(21)

4

Sumber: Laporan Akhir Tahun Kegiatan, 2014

Gambar 1. Komposisi Pengunjung Perpustakaan Berdasarkan Profesi selama tahun 2014.

Berdasarkan data komposisi pengunjung perpustakaan selama tahun 2014, berdasarkan profesi pengunjung terbesar perpustakaan adalah pelajar, mencapai 3.303 orang (67,47%), diikuti oleh mahasiswa 755 orang (15,42%), masyarakat umum 257 orang (5,25%), penyuluh 126 orang (2,57%) dan terendah petani 85 orang (1,73%) (Gambar 1).

Dengan jumlah penyuluh yang memanfaatkan PUSTAKA tersebut masih dinilai sangat kurang atau sedikit, hal ini dapat dimungkinkan kurangnya penyuluh dalam memanfaatkan PUSTAKA sebagai sumber informasi. Untuk itu penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi penyuluh dan bagaimana strategi dalam mengoptimalkan penyuluh dalam memanfaatkan potensi yang tersedia di PUSTAKA.

1.2. Perumusan Masalah

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan adanya penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi membuat dunia tanpa batas dengan cepatnya arus penyampaian informasi melalui berbagai media, seperti media massa elektronik (radio, televisi), media massa tercetak (surat kabar, majalah) dan publikasi ilmiah yang dihasilkan oleh berbagai institusi (lembaga penelitian, perguruan tinggi, dinas-dinas, pusat informasi, dan sebagainya). Bagi penyuluh media tersebut merupakan sumber untuk mendapatkan informasi.

Tersedianya sumber informasi belum menjamin digunakannya sumber informasi tersebut oleh penyuluh. Pemilihan dan penggunaan sumber informasi serta pemanfaatan informasi oleh masing-masing penyuluh akan berbeda sesuai dengan karakteristik individual penyuluh, masalah lokal spesifik, kebutuhan petani, kebutuhan penyuluh dalam penggunaan sumber informasi.

Peran PUSTAKA dalam penyediaan informasi pertanian selama ini difokuskan untuk mendukung penelitian dan pengembangan pertanian. Informasi hasil penelitian diperlukan penyuluh untuk mendukung aktivitasnya. Akan tetapi


(22)

5 hasil penelitian dan pengembangan pertanian tidak sampai kepada sasaran. Hal ini di sebabkan karena : (1) Sistem penyebarluasan kurang efektif dan pemanfaatan saluran informasi yang kurang tepat; (2) Kurangnya SDM dalam pengemasan informasi ke dalam format yang dapat diakses secara luas.

Penyebarluasan informasi teknologi penelitian kepada petani merupakan salah satu peran yang harus dijalankan oleh penyuluh. Informasi yang disebarkan kepada petani umumnya berupa teknologi pertanian sehingga hasil penelitian merupakan sumber utama materi penyuluhan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Sejauh mana penyuluh memanfaatkan potensi yang tersedia di PUSTAKA?

2. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi oleh penyuluh untuk memanfaatkan potensi yang tersedia di PUSTAKA?

3. Bagaimana koordinasi stakeholder untuk mengoptimalkan pemanfaatan PUSTAKA?

4. Strategi apa yang perlu dijalankan untuk meningkatkan potensi PUSTAKA bagi penyuluh?

1.3. Tujuan Penelitian

2. Mengevaluasi sejauh mana penyuluh memanfaatkan potensi yang tersedia di PUSTAKA;

3. Menganalisis hambatan-hambatan yang dihadapi oleh penyuluh untuk memanfaatkan potensi yang tersedia di PUSTAKA;

4. Menganalisis bagaimana koordinasi stakeholder untuk mengoptimalkan pemanfaatan PUSTAKA;

5. Merumuskan strategi pengembangan PUSTAKA mendukung peran penyuluh.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi mengenai strategi pengembangan PUSTAKA, dan bagi para pengambil kebijakan dan lembaga penyuluhan di sektor pertanian di Kabupaten Bogor dalam pemenuhan kebutuhan informasi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan untuk menganalisis pengguna yang berprofesi sebagai penyuluh yang berfokus pada atribut-atribut potensi yang terdapat di PUSTAKA dengan penilaian sikap tingkat kepuasan pengguna dan tingkat kinerja PUSTAKA. Dalam kaitannya dengan hal tersebut dalam penelitian ini diharapkan memberikan rekomendasi kebijakan yang berguna bagi PUSTAKA.


(23)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) sebagai Pusat Informasi

Dampak perkembangan laju kemajuan teknologi disegala bidang kehidupan dewasa ini mempunyai implikasi terhadap pola pengembangan perpustakaan dan pusat informasi. Perpustakaan dan pusat informasi merupakan institusi atau lembaga penyedia, pengolah, pengemas, penyaji, dan pelestari bahan pustaka dan informasi baik dari media cetak maupun non cetak.

Perpustakaan lembaga dan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang dibangun untuk mendukung kegiatan intelektual dalam hal penelitian dan pengembangan. Dukungan yang dilakukan perpustakaan di antaranya adalah menyediakan publikasi ilmiah baik dalam bentuk tercetak maupun elektronis. Pengguna informasi hasil penelitian pertanian di tingkat nasional yang bersumber dari perpustakaan, salah satunya adalah penyuluh sebagai acuan transfer ilmu pengetahuan, sebagai rujukan (referensi), dan sebagai materi penyuluhan.

Perpustakaan memiliki peran penting dalam mendukung lembaga induknya, utamanya dalam menyediakan informasi ilmiah baik yang bersumber dari hasil penelitian nasional maupun internasional. Dalam konteks penyebaran hasil penelitian pertanian, peran perpustakaan menjadi strategis, karena perpustakaan mempunyai fungsi mencari, menghimpun, dan mengolah sumber-sumber informasi hasil penelitian dalam bentuk tercetak dan elektronis, kemudian menyebarkannya ke masyarakat pengguna melalui sistem layanan perpustakaan baik manual maupun digital.

Perpustakaan memiliki tujuan spesifik yaitu memperoleh, memelihara, dan menyediakan pengetahuan yang terangkum oleh Cool and Health (2001) meliputi 6 hal yaitu: (1) menyediakan produk akhir berupa informasi yang dicari oleh pengguna, sekaligus menyediakan jawaban lengkap dan akurat atas pertanuyaan pengguna yang kompleks serta pelayanan perpustakaan lainnya, (2) menyediakan akses ke sumber-sumber referensi yang tersedia untuk kepentingan akurasi informasi, (3) mengatur layanan informasi menurut rencana yang koheren, mudah diakses pengguna dan mendesain layanan dan mengakomodasi kebutuhan pengguna, (4) membina pustakawan dan pekerja perpustakaan agar memiliki kompetensi dan tanggungjawab dalam penggunaan dan penyimpanan sumber-sumber informasi serta mempunyai kemampuan komunikasi interpersonal, (5) melakukan evaluasi layanan dan sumber informasi, (6) memberikan jaminan layanan yang setara bagi semua pengguna.

Dinamika perkembangannya dalam bidang perpustakaan dan informasi sangat cepat dan penuh dengan tantangan dalam pengolahannya. Perkembangan ilmu dan teknologi (IPTEK) perpustakaan dan pusat-pusat informasi, sebagai lembaga pelayanan publik di masyarakat, di harapkan berperan aktif mengikuti pola perkembangan informasi dan berupaya memperolehnya untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna.


(24)

7 Pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang semakin cepat terhadap masyarakat pengguna yang dirasakan oleh pengelola jasa informasi termasuk perpustakaan adalah perubahan perilaku masyarakat pengguna informasi dalam pencarian informasi. Kecepatan dan ketepatan mendapatkan informasi merupakan tuntutan kebutuhan dan kepuasan. Hal ini terlihat dari intensitas pengguna informasi melakukan penelusuran lewat komputer baik melalui jalur online maupun offline sehingga pemanfaatan informasi dari sumber manual seperti katalog tercetak dan sejenisnya juga dengan pengguna perpustakaan yang datang langsung cenderung menurun. Sebaliknya pengguna yang mencari informasi melalui sumber-sumber elektronis seperti katalog online dan CD ROM meningkat.

Katrosedono (1995) meyatakan bahwa dengan segala potensi dan kemampuannya perpustakaan sebagai sumber informasi dan pengetahuan di harapkan dapat berperan sebagai agen modernisasi masyarakat. Menurut Nugroho Adi, Pengembangan sistem (System Development) dapat berarti menyusun suatu sistem informasi yang benar-benar baru atau yang lebih sering terjadi, menyempurnakan sistem yang telah ada.

Pusat perpustakaan dan penyebaran teknologi pertanian (PUSTAKA) merupakan perpustakaan khusus yang mempunyai mandat menyediakan informasi teknologi pertanian melalui berbagai layanan informasi, khususnya bagi peneliti, pengkaji, penyuluh dan pengguna lainnya. PUSTAKA juga menyediakan informasi hasil penelitian, tingkat nasional penelitian pertanian dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian), Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) seperti, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Atom Nasional (Batan), Badan Koordinasi Survei dan pemetaan Nasional (Bakorsurtanal), Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), perguruan tinggi, organisasi profesi, dan swasta. Hasilnya cukup banyak, namun pemanfaatannya oleh masyarakat belum optimal. Hal tersebut di duga karena masyarakat belum atau tidak mengetahui adanya hasil penelitian yang mereka butuhkan, atau meskipun mengetahui, mereka tidak memanfaatkan hasil penelitian, mungkin karena faktor bahasa, atau informasi hasil penelitian yang mereka terima secara ekonomis kurang menguntungkan, secara teknis kurang kompatibel dengan teknologi yang sudah ada dan terapkan, serta budaya dan kearifan lokal (Rogers dan Shoemaker, 2003). Untuk memperkuat penelitian pertanian tersebut, lembaga penelitian yang berkompeten dengan tugas penelitian dan pengembangan memerlukan dukungan perpustakaan.

Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan juga tidak terlepas dari dukungan hasil penelitian berupa rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diterapkan dalam berbagai agroekosistem, termasuk upaya penyebarannya melalui diseminasi hasil penelitian serta kerjasama dari berbagai pihak, yaitu petani, penyuluh, peneliti, aparat pemerintah, dan swasta. Teknologi hasil penelitian diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan di pasaran nasional maupun internasional, serta sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

Penelitian ini mengangkat kasus di PUSTAKA yang secara struktural PUSTAKA merupakan unsur penunjang Kementerian Pertanian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian melalui Sekretaris


(25)

8

Jenderal. Namun dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, PUSTAKA dibina oleh Badan Litbang Pertanian. Badan Litbang Pertanian melalui unit kerja/unit pelaksana teknis (UK/UPT) yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia setiap tahun menghasilkan laporan penelitian/pengkajian yang dihasilkan oleh peneliti/pengkaji di unit kerja masing-masing. PUSTAKA mempunyai tugas pokok yaitu mengumpulkan, melestarikan dan menyajikan publikasi, kemudian publikasi UK/UPT dikelola dengan format dan tampilan beragam, serta tidak terintegrasi dalam situs khusus, selanjutnya dilakukan penyebaran informasi teknologi dan hasil-hasil penelitian pertanian melalui pengembangan jaringan informasi dan promosi inovasi pertanian.

PUSTAKA saat ini memberi pelayanan kepada pengguna yang datang langsung ke PUSTAKA maupun pengguna yang memanfaatkan sarana komunikasi untuk mendapatkan informasi yang dimiliki PUSTAKA. Layanan tersebut diberikan dalam bentuk jasa sirkulasi/peminjaman, jasa penelusuran informasi, jasa penyediaan dokumen, jasa informasi terbaru dan terseleksi, serta kerjasama pemanfaatan informasi secara bersama dengan lembaga-lembaga lainnya. Jasa sirkulasi ditujukan untuk melayani pengguna yang mempunyai kesempatan datang langsung ke PUSTAKA sedangkan jasa penelusuran, penyebaran informasi terbaru dan terseleksi lebih diutamakan untuk melayani pengguna yang tidak dapat datang langsung secara fisik ke PUSTAKA. Dengan menggunakan fasilitas surat elektronik, jasa pos, faximil, dan telepon pengguna dapat meminta informasi ke PUSTAKA.

PUSTAKA juga telah melakukan kebijakan tukar menukar bahan pustaka. Untuk keperluan pertukaran, perpustakaan harus memiliki publikasi yang mempunyai daya guna untuk dipertukarkan, baik berupa majalah/jurnal, bahan pustaka seperti buku, CD yang secara konsisten dikirimkan ke lembaga perpustakaan lain yang telah sepakat melakukan pertukaran publikasi dan informasi. PUSTAKA memperoleh hasil pertukaran sebanding dengan bahan pustaka hasil pembelian, banyak bahan pustaka tertentu yang tidak dapat di perjualbelikan ataupun dilanggan dan hanya bisa didapat melalui pertukaran.

Pertukaran bahan pustaka, PUSTAKA juga melakukan kebijakan pertukaran informasi. Pertukaran informasi tidak lepas dari adanya jaringan. PUSTAKA telah ditunjuk sebagai pusat jaringan informasi bidang pertanian dan biologi sejak 1971. Jaringan tersebar di berbagai daerah yang terdiri dari instansi-instansi lingkup pertanian. Namun kenyataannya masih banyak dijumpai kendala dan kelemahan dalam mekanisme koordinasi dan perkembangan jaringan informasi tersebut, salah satunya adalah kurangnya pembinaan yang berkesinambungan yang mampu meningkatkan kemampuan, baik secara individu para anggota jaringan maupun secara integral pada pola atau mekanisme kerjasama.

Tingkat international, PUSTAKA merupakan anggota (mewakili Indonesia) dari jaringan informasi pertanian yang dikelola FAO, berpusat di Roma, Italia. Materi kerjasama yang dihasilkan PUSTAKA berupa pangkalan data bibliografis yang dikemas dan dapat diakses secara offline dan online. Informasi yang diproses menjadi pangkalan data bibliografis berasal dari bahan pustaka yang dikumpulkan dari instansi penelitian lingkup kementerian pertanian dan instansi lainnya, seperti pemerintah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, baik


(26)

9 yang secara rutin mengirimkan publikasi ilmiahnya serta hasil penelusuran PUSTAKA secara aktif dalam pencarian informasi tersebut.

Hasil pertukaran informasi yang diterima PUSTAKA berbentuk tercetak dan digital, misalnya informasi yang dikirimkan oleh FAO. Informasi yang terkandung dalam CD-ROM AGRIS (FAO) berupa informasi bibliografis hasil penelitian pertanian yang telah dilaksanakan di seluruh dunia. Dengan demikian kebutuhan pengguna akan lebih cepat terpenuhi dengan adanya bahan pustaka dalam bentuk digital yang tidak hanya memuat informasi bibliografis, tetapi juga teks lengkapnya.

Kegiatan penyebarluasan dan layanan informasi hasil penelitian dan teknologi pertanian merupakan bagian dari tugas PUSTAKA. Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung penyebarluasan dan layanan PUSTAKA mengelola website sebagai salah satu bentuk layanan publik yang secara kontinyu terus dikembangkan baik dari sisi jenis layanan maupun kelengkapan informasinya. Hal ini terus di upayakan dalam rangka peningkatan layanan informasi pertanian yang dibutuhkan steakholder, seperti: (1) penentu kebijakan, (2) peneliti dan mahasiswa, (3) penyuluh, petani dan masyarakat luas. Dengan dukungan teknologi informasi tersebut maka penyampaian informasi dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

Upaya-upaya tersebut dimaksudkan agar pengguna dapat memanfaatkan informasi yang ada di PUSTAKA secara optimal untuk memperoleh informasi mutakhir sesuai dengan bidang dan minat dan spesialisasinya atau bidang tugasnya. Melalui jasa tersebut pengguna dapat memperoleh informasi lengkap dalam bentuk fotocopy dari dokumen asli atau turunannya (download).

Kegiatan penyebarluasan dan layanan informasi hasil penelitian dan teknologi pertanian perlu dioptimalkan melalui berbagai media. Melalui optimalisasi kegiatan penyebarluasan dan layanan informasi khususnya dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia diharapkan inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian dapat dipercepat adopsinya oleh pengguna dalam mendukung usaha tani dan meningkatkan pendapatannya.

Waktu yang dibutuhkan petani dalam proses adopsi antara lain dipengaruhi oleh jenis inovasi/teknologi yang diintroduksi. Keterbatasan beberapa aspek pada petani akan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam penentuan teknologi yang akan diterapkan petani. Rendahnya tingkat kekosmopolitan atau kemampuan petani untuk membuka diri terhadap suatu pembaharuan dan atau informasi yang berkaitan dengan unsur pembaharuan juga semakin memperburuk kondisi petani dalam membuat keputusan untuk menolak atau menerima inovasi. Hal ini akan bermuara pada rendahnya pendapatan dan keadaan usaha tani yang sulit berkembang.

Dengan demikian, dalam bidang pengembangan pertanian, akses terhadap informasi pasar dan teknologi pertanian menjadi hal yang sangat penting demi kelangsungan usaha tani yang dilaksanakan. Informasi yang dibutuhkan oleh petani merupakan informasi yang telah matang yang bermanfaat bagi petani untuk peningkatan kesejahteraannya. Untuk itu dibutuhkan penyuluh dalam penyampaian informasi yang dibutuhkan.

Model transfer inovasi pertanian hasil penelitian melalui penyuluhan sampai dengan di adopsi petani disajikan pada Gambar 2.


(27)

10

Sumber: Seminar Peran Literasi Informasi Terhadap Penyuluh oleh Dr.Ir. Momon Rusmono, Desember 2013.

Gambar 2. Model transfer inovasi pertanian melalui penyuluhan mulai dari penelitian yang menghasilkan inovasi pertanian sampai diadopsi oleh petani.

Gambar 2 menjelaskan hasil penelitian dari lembaga penelitian menghasilkan inovasi yang berupa pengetahuan, diperlukan tahapan dalam mengolahan hasil penelitian tersebut oleh PUSTAKA menjadi bahasa yang lebih sederhana dan dapat dimengerti oleh petani, karena inovasi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian masih sangat ilmiah. Selanjutnya penyusunan materi penyuluhan dilakukan oleh BPTP.

Materi penyuluhan pada hakekatnya merupakan segala pesan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada sasarannya. Sehubungan dengan pesan Havelock (Mardikanto, 1992) membedakannya dalam empat macam tipe pesan, yaitu pengetahuan dasar, hasil riset terapan dan pengembangan, pengetahuan praktis dan pesan dari penggunanya. Dari keempat tipe pesan tersebut, tiga pesan pertama merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh sumber (misalnya lembaga penelitian), sedangkan pesan terakhir merupakan umpan balik yang disampaikan oleh sasaran penyuluhan.

Penyampaian pesan, dapat dilakukan menggunakan berbagai media atau saluran komunikasi. Menurut Lacy dan Busch, selain komunikasi formal (sumber tertulis) seperti artikel majalah, buku, laporan teknik, bulletin, dan sebagainya, pesan atau informasi dapat disampaikan juga melalui saluran informal, biasanya


(28)

11 bersifat lisan seperti pembicaraan tatap muka, melalui telepon, koresponden perorangan, seminar, pertemuan ilmiah dan sebagainya.

Jenis-jenis informasi dan teknologi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian meliputi: (a) alternatif kebijakan; (b) data karakter sumberdaya pertanian; (c) teknologi sarana produksi; termasuk varietas unggul, benih, dan sarana produksi lainnya; (d) teknologi budidaya; (e) teknologi panen dan pengolahan hasil.

2.2. Peran Penyuluh dalam Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, karena pembangunan pertanian telah memberikan kontribusi nyata dalam mendorong laju pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh kemampuan sumberdaya manusia pertanian dalam mengelola sistem yang dapat mengikuti dan mengimbangi dinamika kemajuan pembangunan.

Oleh karena itu pemberdayaan manusia perlu ditingkatkan untuk mampu menangkap berbagai peluang ekonomi dan membaca isyarat pasar guna peningkatan pendapatan dan taraf hidupnya karena semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, maka akan semakin mendorong timbulnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fokus utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pertanian perlu diarahkan pada: (1) peningkatan kualitas penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan (2) penguasaan kualitas ketrampilan yang disertai dengan pembinaan semangat, disiplin dan profesionalisme kerja (Baharsjah,1994).

Upaya pemberdayaan petani-nelayan tidak terlepas dari peran penyuluh pertanian sebagai pendidik non-formal pada masyarakat petani-nelayan, juga sebagai fasilitator dan katalisator terjadinya proses belajar antar petani dan petani dengan sumber-sumber ilmu dan teknologi, sebagai konsultan atau penasehat, komunikator dalam rangka proses alih ilmu pengetahuan dan teknologi dan motivator gerak usaha tani yang mampu menumbuhkembangkan kepemimpinan mandiri petani pembina ketrampilan serta pembentukan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai dasar dan kebutuhan masyarakat dinamik yang membangun (munandar, 2000).

Menurut Mosher (1987), setiap penyuluh harus mampu melaksanakan peran sebagai: (a) Guru, untuk mengubah perilaku masyarakat sasarannya; (b) penganalisis, dengan melakukan pengamatan terhadap keadaan dan masalah-masalah serta kebutuhan masyarakat sasaran yang dilanjutkan dengan analisis tentang alternatif pemecahan masalahnya; (c) penasehat, dengan memberikan pertimbangan kepada masyarakat sasaran dalam memilih alternativ yang tepat; (d) organisator, mampu menjalin hubungan baik dengan segenap lapisan masyarakat, mampu menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan partisipasi masyarakat, mampu berinisiatif bagi terciptanya perubahan-perubahan serta dapat memobilisasi sumberdaya, mengarahkan dan membina kegiatan-kegiatan maupun mengembangkan kelembagaan yang efektif.

Keberhasilan pembangunan pertanian bukan hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian yang sangat strategis dan kualitas sumberdaya manusia yang mendukungnya, yaitu


(29)

12

SDM yang menguasai serta mampu memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan.

Penyuluh dapat digambarkan sebagai penghubung antara dunia penelitian dan petani. Penyuluh berfungsi menyampaikan teknologi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian kepada petani, sebaliknya menyampaikan kebutuhan hasil penelitian yang diharapkan oleh petani kepada lembaga-lembaga penelitian.

Penyuluh memiliki tingkat pengetahuan tertentu, yang untuk kebutuhan tugasnya mungkin masih memerlukan tambahan pengetahuan berupa masukan-masukan baru seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau hasil-hasil penelitian. Informasi yang demikian dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi.

Wardani (1994) mengemukakan bahwa sumber informasi adalah partisipan atau peserta yang menciptakan informasi. Sumber informasi dapat berupa individu atau lembaga yang menciptakan informasi sebagai pesan dalam suatu proses komunikasi, sedangkan saluran adalah yang menyampaikan pesan dari pihak sumber kepada penerima. Saluran dapat berubah fungsi sebagai sumber informasi, apabila komunikan menggunakan informasi-informasi yang terkandung dalam media komunikasi sebagai sumber informasi.

Kegunaan sumber-sumber informasi menurut Kadir (1986) mengatakan bahwa dengan informasi kita dapat: (a) memperoleh pemahaman, (b) menjadikan sumberdaya dasar bagi usaha mengarahkan dan membina struktur masyarakat di masa depan, (c) mencapai tujuan pembangunan, dan (d) apabila informasi sudah memasyarakat akan mempersempit jurang pembangunan. Dari hal yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa kegunaan sumber informasi bagi penyuluh adalah sebagai sumber utama bagi materi penyuluhan, memperluas wawasan penyuluh, dan sebagai sumber bagi pengembangan ilmu dan teknologi.

Menurut Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (2002:5-9) menyatakan bahwa kondisi penyuluhan dewasa ini mengalami tantangan dan perubahan-perubahan strategis yang mencakup globalisasi, otonomi daerah, kebijakan pembangunan pertanian, dan kondisi petani dan keluarganya. Dengan kondisi seperti ini, maka seluruh aparat di seluruh sektor pertanian khususnya penyuluh harus mempersiapkan diri dengan kemampuan-kemampuan untuk menghadapi dan mengantisipasi tantangan dan perubahan yang terjadi. Dalam menjalankan tugasnya penyuluh harus memiliki kemampuan umum yang dapat dipergunakan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi. Dalam beberapa konsep tentang kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki penyuluh sangat bervariasi, namun setelah generalisasi menggunakan konsep dari Finn report dan

Meyer Report ternyata kemampuan yang harus dimiliki salah satunya adalah pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penyuluhan memiliki peran yang sangat strategis di dalam mendukung dan mengawal program utama pembangunan, untuk tercapainya empat sukses pembangunan pertanian, yaitu: (1) Swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2) Diversifikasi pangan; (3) Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan (4) Peningkatan kesejahteraan petani. Untuk meningkatkan peran penyuluhan pertanian dalam pembangunan pertanian, perlu adanya sinergitas dan penyamaan persepsi terhadap kegiatan-kegiatan penyuluhan di daerah dengan program


(30)

13 penyuluhan di pusat, sesuai dengan peran pemerintah sebagai regulator, koordinator dan supervisor.

Berdasarkan kondisi umum sumberdaya penyuluhan dan hasil-hasil yang telah dicapai selama periode 2005-2009, maka permasalahan yang dihadapi dalam pemantapan sistem penyuluhan guna mewujudkan sumberdaya manusia yang profesional, kreatif, inovatif dan berwawasan global, adalah sebagai berikut: a. lemahnya kapasitas kelembagaan penyuluhan; b. belum optimalnya jumlah dan kompetensi penyuluh; d. belum optimalnya penyelenggaraan penyuluhan; e. belum optimalnya dukungan sarana-prasarana dan pembiayaan dalam penyelenggaraan penyuluhan.

2.3. Peranan Sektor Pertanian untuk Mendukung Pembangunan Daerah Sektor pertanian menjadi salah satu komponen pembangunan daerah dalam menuju swasembada pangan guna mengentaskan kemiskinan. Pentingnya peran sektor pertanian dalam pembangunan daerah diantaranya: sebagai penyerap tenaga kerja, menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa, bahan baku industri, sumber bahan pangan dan gizi, serta pendorong bergeraknya sektor-sektor ekonomi lainya.

Di era otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki keleluasaan dalam perumusan permasalahan dan kebijakan pembangunan pertanian. Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi diharapkan akan mampu menjamin efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pembangunan pertanian, sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.

Pada kenyataannya, sampai saat ini sektor pertanian masih menghadapi banyak permasalahan. Kebijakan pemerintah daerah yang kurang berpihak pada sektor pertanian menjadi kendala dalam perkembangan sektor pertanian. Pemerintah daerah lebih memperhatikan sektor industri karena sektor industri selama ini diklaim memberikan pendapatan yang tinggi kepada daerah. Investor juga lebih tertarik menanamkan modalnya pada sektor industri dibanding sektor pertanian. Ini semakin menambah deretan permasalahan pembangunan sektor pertanian.

Sebagai komponen dalam pembangunan dan penopang seluruh kehidupan masyarakat, sektor pertanian sering dihadapkan pada berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan dalam sektor pertanian antara lain : (1) Penguasaan dan akses teknologi pertanian lemah: Tingkat pendidikan petani yang sebagian besar masih rendah menyebabkan sistem alih teknologi lemah dan penerapan teknologi kurang tepat sasaran. Akses informasi teknologi yang mendukung pembangunan pertanian diperdesaan cenderung lebih sulit didapatkan, sehingga menyebabkan pembangunan pertanian menjadi terhambat. Pada era desentralisasi kegiatan penyuluhan kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Hal ini mengakibatkan keterkaitan antara peneliti, penyuluh, dan petani kurang intensif sehingga diseminasi teknologi menjadi lambat dan kurang tepat sesuai kebutuhan; (2) Infrastruktur pertanian terbatas dan terabaikan: Masalah yang paling krusial dan sampai saat ini belum teratasi dengan bijaksana yaitu pengembangan infrastruktur pertanian. Keberadaan kelembagaan seperti balai karantina, laboratorium uji mutu, irigasi, listrik, transportasi, keuangan, unit pengolahan dan pemasaran masih terbatas akibatnya usaha pertanian kurang


(31)

14

berkembang; (3) Kelembagaan pertanian belum berfungsi secara maksimal: Kelembagaan petani di tingkat desa sebagian besar merupakan kelembagaan informal dimana sistem organisasi, manajemen, maupun administrasi kelembagaannya belum dapat berfungsi secara maksimal. Lembaga petani yang dapat menjadi alat untuk meningkatkan skala usaha untuk memperkuat posisi tawar petani sudah banyak yang tidak berfungsi.

Untuk lebih meningkatkan peran sektor pertanian pelaku pembangunan pertanian harus mampu membangun usaha yang berdaya saing tinggi dan mampu berperan serta dalam melestarikan lingkungan hidup. Beberapa rekomendasi strategi pembangunan pertanian dalam upaya peningkatan peran sektor pertanian dan perdesaan, yaitu : (1) Meningkatkan kegiatan penyuluhan guna menggalakan sistem alih teknologi dan percepatan penyebaran informasi pembangunan pertanian melalui pendampingan petani; (2) Perbaikan infrastruktur pertanian dan peningkatan teknologi tepat guna yang berwawasan pada konteks kearifan lokal serta pemanfaatan secara maksimal penelitian dibidang pertanian; (3) Penguatan sistem kelembagaan pertanian dan perdesaan melalui penumbuhan kesadaran petani terhadap hak-hak petani melalui pembinaan yang berkelanjutan, penguatan organisasi dan jaringan tani; (4) Peningkatan nilai tambah komoditas melalui pengembangan agroindustri yang berbasis sumber daya domestik dan perdesaan, sehingga dapat meningkatkan daya saing komoditas pertanian dan kesempatan kerja terhadap perekonomian perdesaan makin luas; (5) Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi, kewirausahaan, dan manajemen usaha tani melalui penyuluhan pertanian, dan pengembangan sistem pendidikan dibidang pertanian yang menarik minat dan bakat generasi muda; (6) Kebijakan daerah mengenai program insentif usaha tani melalui pemberian jaminan harga, subsidi pupuk yang tepat sasaran dan bersifat produktif, serta keringanan pajak.

2.4. Hubungan antara Karakteristik Individual Penyuluh dengan Penggunaan Sumber Informasi

Penyuluh dapat digambarkan sebagai penghubung antara dunia penelitian dengan petani. Penyuluh berfungsi menyampaikan teknologi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian kepada petani. Penyuluh memiliki tingkat pengetahuan tertentu, meskipun demikian dalam menjalankan tugasnya masih banyak memerlukan tambahan pengetahuan berupa masukan-masukan baru seperti informasi-informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau hasil-hasil penelitian.

Menurut Sumardjo (2008) dalam Anwas (2009) penyuluh harus memiliki kompetensi yang cukup sesuai tuntutan tersebut. Penyuluh yang kompeten apabila seseorang mampu: (1) mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan penyuluhan dengan terampil untuk memberdayaan orang-orang dalam upaya meraih kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakatnya; (2) mengorganisasikan sistem penyuluhan sehingga efektif memfasilitasi masyarakat dengan cermat agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri; (3) melakukan tindakan yang tepat bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana penyuluhan semula; (4) bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugasnya sebagai penyuluh meski


(32)

15 dengan kondisi yang berbeda (lokal spesifik); (5) Mampu mensinergikan kepentingan lokal dengan kepentingan yang lebih luas.

Karakteristik penyuluh menurut Anwas (2009) yaitu umur, pendidikan formal, pengalaman kerja sebagai penyuluh, motivasi, dan kepemilikan media komunikasi. Menurut Schemerhorn (1997) dalam Anwas (2009) umur atau usia seseorang berhubungan dengan kemampuan, kemauan belajar, dan fleksibilitas. Umur juga berhubungan dengan pengalaman, artinya umur yang tua relatif memiliki pengalaman yang lebih dibandingkan dengan yang muda. Oleh karena itu umur diduga dapat mempengaruhi terhadap intensitas pemanfaatan media dan tingkat kompetensi penyuluh. Pendidikan adalah adanya proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu dalam berpikir dan berperilaku. Menurut Mardikanto (1993) dalam Anwas (2009) makin tinggi tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap efisien bekerja dan semakin banyak tahu cara-cara dan teknik bekerja yang lebih baik dan lebih menguntungkan.

Kepemilikan media komunikasi adalah sejumlah alat komunikasi dan informasi publik yang dimiliki penyuluh saat penelitian dilakukan. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi juga telah melahirkan perubahan dan demokratisasi dalam penyuluhan. Kondisi ini ditandai dengan adanya perubahan dalam berkomunikasi dengan cepat dan mudah baik dengan sesama penyuluh, pimpinan lembaga penyuluhan, klien (petani), peneliti/pakar, dan pihak-pihak terkait dalam penyuluhan. Kemudahan akses informasi dan komunikasi dengan pihak terkait ini diduga akan berpengaruh terhadap intensitas pemanfaatan media dan tingkat kompetensi penyuluh.Teknologi informasi yang dimiliki pada dasarnya memungkinkan dan memudahkan penyuluh mengakses informasi yang diperlukan untuk mendukung kesuksesan penyuluhan. Pengalaman bekerja berarti serangkaian pengetahuan yang dialami individu selama yang bersangkutan bekerja. Begitu pula pengalaman kerja penyuluh adalah serangkaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan individu yang dialaminya selama yang bersangkutan menjadi penyuluh (Anwas 2009).

Penggunaan sumber informasi oleh seseorang ditunjukkan oleh karakteristik demografisnya. Karakteristik tersebut menunjukkan kemampuan seseorang berkomunikasi dan memilih media, dan memanfaatkan informasi yang diperolehnya. Penyuluh dengan karakteristik demografis yang berbeda akan berbeda pula dalam penggunaan sumber informasi. Karakteristik demografis ini antara lain umur, pendidikan, masa kerja, jabatan fungsional, dan kekosmopolitan. Kekosmopolitan adalah keterbukaan seseorang pada informasi melalui hubungannya dengan berbagai sumber informasi. Roger (1971) mengemukakan bahwa orang yang sifatnya kosmopolitnya tinggi biasanya mencari informasi dari sumber di luar lingkungannya, sebaliknya orang yang rendah sifat kosmopolitnya cenderung mempunyai ketergantungan yang tinggi pada tetangga atau teman-teman dalam lingkungan yang sama sebagai sumber informasi.

Rhaza dan Moriarty (1970) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dinyatakan dalam masa kerja berpengaruh terhadap penggunaan informasi. Dengan demikian maka lama masa kerja akan meningkatkan pengetahuan dan akan menambah pengalaman.


(33)

16

Hasil penelitian Wardhani (1994) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan serta penghasilan berhubungan dengan pemanfaatan sumber informasi, sedangkan pengalaman tidak berhubungan secara nyata dengan pemanfaatan sumber informasi.

2.5. Hasil Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian mengenai teknologi informasi dalam penyuluhan banyak dilakukan oleh para peneliti dalam berbagai literatur yang ada diantaranya adalah Suryantini (2001) dalam penelitiannya Pemanfaatan Informasi Teknologi Pertanian oleh penyuluh pertanian, menunjukkan kebutuhan informasi penyuluh terhadap informasi hasil penelitian sangat tinggi, terutama kebutuhan informasi teknis untuk materi penyuluhan, akan tetapi kebutuhan informasi penyuluh pertanian yang tinggi tidak didukung oleh ketersediaan sumber informasi yang memadai. Pemanfaatan informasi tentang pertanian yang diperoleh penyuluh dari berbagai sumber informasi paling banyak dimanfaatkan berdasarkan urutan adalah untuk bahan penyusunan materi penyuluhan, penyusunan pedoman teknis, penyusunan rencana kerja penyuluh pertanian.

Suryantini (2003) dalam kajiannya Kebutuhan Informasi dan Motifasi Kognitif Penyuluh Pertanian serta Hubungannya dengan Penggunaan Sumber Informasi, menunjukkan bahwa informasi teknis sangat dibutuhkan oleh penyuluh untuk materi penyuluhan. Motifasi kognitif penyuluh pertanian dalam menggunakan sumber informasi dapat untuk memperoleh pengetahuan atau informasi yang sesuai dengan kebutuhan atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi di lapangan.

Maksum (2010) dalam penelitiannya Pemanfaatan Hasil Penelitian Pertanian Lembaga Pemerintah Non Departemen oleh Peneliti dan Penyuluh, menunjukkan tiga peringkat utama manfaat hasil penelitian pertanian lingkup Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) bagi peneliti dan penyuluh yaitu (1) sebagai acuan untuk penelitian lanjutan, (2) transfer ilmu pengetahuan, dan (3) sebagai referensi atau rujukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah. Karakteristik peneliti dan penyuluh tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan aksesbilitas terhadap informasi dan pemanfaatan hasil penelitian pertanian LPND. Terdapat hubungan yang nyata antara aksesbilitas terhadap informasi dengan pemanfaatan hasil penelitian pertanian oleh peneliti dan penyuluh.

Andraty (2011) dengan penelitiannya Kajian Kebutuhan Informasi Teknologi Pertanian di Beberapa Kabupaten di Jawa menunjukkan informasi yang sangat dibutuhkan adalah mengenai teknologi produksi diikuti informasi pemasaran dan pasca panen. Namun kebutuhan akan informasi tersebut belum terpenuhi.


(34)

17

III.

METODOLOGI

3.1. Kerangka pemikiran

Penyuluh merupakan salah satu mata rantai dalam transfer teknologi, yaitu sebagai penghubung antara lembaga penelitian sebagai penghasil teknologi dengan pengguna (petani) teknologi hasil penelitian. Salah satu peran penyuluh adalah memilih, menginterpretasikan dan menyampaikan informasi yang dihasilkan oleh suatu komunitas (yaitu lembaga penelitian dan pengembangan kepada komunitas lain (petani). Hal ini menuntut penyuluh untuk memiliki akses terhadap berbagai sumber informasi. Sumber-sumber informasi tersebut digunakan oleh penyuluh sebagai sumber bagi materi penyuluhan yang akan disampaikan kepada petani. Selain itu juga dimanfaatkan untuk mendukung tugas dan pengembangan karirnya. Tersedianya berbagai jenis media saat ini dengan beragam informasi yang disajikan mendorong penyuluh untuk memanfaatkan media dan informasi yang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya.

PUSTAKA mempunyai tugas pokok yaitu penyebaran informasi teknologi dan hasil-hasil penelitian pertanian melalui pengembangan jaringan informasi dan promosi inovasi pertanian. PUSTAKA memberi pelayanan kepada pengguna yang datang langsung ke PUSTAKA maupun pengguna yang memanfaatkan sarana komunikasi untuk mendapatkan informasi yang dimiliki PUSTAKA. Sistem penyebarluasan informasi kurang efektif dan pemanfaatan saluran informasi kurang tepat mengakibatkan PUSTAKA kurang termanfaatkan.

Dalam pengembangkan PUSTAKA untuk mendukung peran penyuluh diperlukan langkah untuk pengidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal sehingga dapat diketahui hambatan dan kendala yang dihadapi penyuluh maupun PUSTAKA dalam memanfaatkan potensi PUSTAKA. Hambatan dan kendala tersebut dilakukan analisis dan kemudian hasil analisis dilakukan penyusunan strategi dan perancangan program pengembangan PUSTAKA untuk mendukung penyuluh di Kabupaten Bogor.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi mengenai strategi pengembangan PUSTAKA. sebagai dilakukan untuk mengetahui strategi pengembangan PUSTAKA untuk mendukung peran penyuluh. Berdasarkan uraian tersebut, kerangka berpikir dapat digambarkan dalam pola hubungan seperti disajikan pada gambar 3.


(35)

18

Gambar 3. Kerangka pemikiran 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 dengan lokasi kajian di Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan tingkat aksesbilitas cukup tinggi terhadap informasi, mengingat di wilayah bogor terdapat berbagai unit kerja penelitian, perguruan tinggi, pusat-pusat informasi. Dengan demikian terdapat berbagai pilihan bagi penyuluh dalam memanfaatkan sumber informasi.

Potensi PUSTAKA

- Sumber informasi yang terus berkembang

- Koleksi PUSTAKA mendukung penyuluhan dalam rangka penyebaran inovasi-inovasi baru - Sistem informasi berbasis

digital untuk memberikan manfaat dan keuntungan bagi penyuluh

Peran Penyuluh

- Sebagai pendidik non formal - Sebagai fasilitator

- Sebagai komunikator - Sebagai motivator

- Sebagai inisiator

Hambatan-hambatan

- Kurangnya promosi PUSTAKA dan kapasitas informasi serta jenis layanan yang disediakan belum maksimal yang diakibatkan karena kemampuan SDM dalam mengelola dan mengoperasikan TIK masih belum ideal,

- Kemampuan sebagian penyuluh masih kurang dalam mengakses informasi

Analisis hambatan-hambatan yang dihadapi stakeholder (PUSTAKA)

Analisis hambatan-hambatan yang dihadapi penyuluh

Perumusan strategi pengembangan PUSTAKA mendukung peran penyuluh


(36)

19 3.3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan skunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dilapangan melalui beberapa instrument pendukung seperti kamera dan catatan di lapangan, wawancara, dan pengisian kuesioner secara langsung di lapangan kepada responden. Teknik pengumpulan data primer akan diidentifikasi melalui proses wawancara, kuesioner, observasi dan informan yang sudah ditentukan.

Uraian proses dalam teknik pengumpulan data tersebut sebagai berikut:

1. Wawancara, dilakukan dengan mengajukan seperangkat pertanyaan pertanyaan secara verbal kepada informan melalui sebuah proses interaksi. Wawancara dilakukan ditempat kerja informan ataupun ditempat tinggal informan. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan data dan informasi baik tentang potensi PUSTAKA terkait dengan peran penyuluh, hambatan-hambatan bagi penyuluh dalam memanfaatkan PUSTAKA hambatan-hambatan PUSTAKA dalam mendukung penyuluh, tantangan PUSTAKA ke depan dalam memudahkan penyuluh, harapan para stakeholder internal dan eksternal terhadap PUSTAKA dalam mendukung peran penyuluh, serta informasi tentang arahan strategi pengembangan PUSTAKA dalam rangka keberhasilan program.

2. Observasi, digunakan untuk melengkapi keakuratan data hasil wawancara melalui kegiatan pengamatan langsung mengenai kondisi empiric di lokasi penelitian. Dengan demikian melalui observasi akan diperoleh gambaran nyata atas fenomena yang terjadi secara obyektif. Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk mendapatkan informasi secara langsung dalam mempelajari karakteristik dan aktivitas lokal masyarakat sekaligus crosscheck

atas kebenaran informasi yang diperoleh dari informan.

3. Kuesioner, merupakan teknik pengambilan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya sehingga mendapatkan data-data mengenai sikap, cara pandang, pengetahuan, dan tingkat kapasitas masyarakat guna mengevaluasi dan keberlanjutan program.

Selanjutnya sumber data yang lain dalam penelitian ini adalah data skunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literarur berbagai buku, internet, instansi terkait, dukungan regulasi serta dokumen presentasi yang relevan dalam penelitian.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Demografi

Variabel demografi menggambarkan pengelompokkan penyuluh dalam kategori-kategori berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan masa kerja.


(37)

20

2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian biasa disebut dengan atribut sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Atribut yang diukur dapat berbeda untuk masing-masing perusahaan. Hal ini tergantung pada kebutuhan informasi yang ingin di dapatkan perusahaan terhadap konsumen. (Massnick, 1997). Adapun atribut dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Atribut Pusat Informasi Penelitian.

No Variabel Indikator

1. Sumberdaya Manusia - Tingkat kompetensi SDM

- Tingkat produktivitas SDM

- Tingkat kapasitas SDM

- Tingkat kualitas SDM

2. Fasilitas - Kemudahan akses informasi

- Media dan saluran komunikasi

- Sarana TIK

- Layanan fotocopy

- Ruang baca

- Ruang layanan internet

- Penerangan

- Interior atau tata ruang perpustakaan

3. Koleksi Perpustakaan - Ketersediaan koleksi

- Tingkat kemutakhiran koleksi

- Kelengkapan koleksi

- Kualitas koleksi

- Jumlah koleksi

- Bentuk koleksi

- Keterawatan koleksi

4. Layanan Perpustakaan - Prosedur pelayanan

- Persyaratan pelayanan

- Kejelasan pelaksana pelayanan

- Kedisipinan pelaksana pelayanan

- Tanggungjawab pelaksana pelayanan

- Kemampuan pelaksana pelayanan

- Kecepatan pelayanan

- Akses pelayanan

- Kualitas pelayanan

- Keadilan mendapatkan pelayanan

- Kesopanan dan keramahan pelaksana

pelayanan

- Kewajaran biaya pelayanan

- Kepastian jadwal pelayanan

- Kenyamanan lingkungan

- Keamanan pelayanan

5. Promosi dan Penguatan Institusi - Open hause PUSTAKA

- Pameran

- Bedah buku

- Kunjungan perpustakaan

6. Kerjasama - Kerjasama dengan stakeholder

- Kerjasama dengan universitas


(38)

21 3.5. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengumpulan data diperlukan dalam penelitian dikumpulkan dengan metode survey. Menurut Simamora (2004), metode survey adalah pengumpulan data primer dengan melakukan tanya jawab dengan responden. Intrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang dibagikan kepada penyuluh. Jenis pertanyaan dalam kuesioner adalah pertanyaan berstruktur. Menurut Nazir (2003), pertanyaan berstruktur adalah pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa alternative saja atau kepada satu jawaban saja. Penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan teknik pengambilan sampel secara internal dan eksternal. Dalam hal ini sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dengan dasar tujuan penelitian. Untuk tujuan penelitian pertama dan kedua, responden yang dipilih adalah penyuluh, serta steakholder yang terlibat. Sedangkan untuk tujuan penelitian ke tiga, responden diambil dari masing-masing stakeholder yang terlibat. Semantara untuk tujuan penelitian keempat yaitu untuk merumuskan strategi pengembangan PUSTAKA yaitu responden yang dipilih yaitu para stakeholder (PUSTAKA, PUSLUHTAN, BKP5K).

3.6. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah penyuluh yang terdiri dari penyuluh pertanian lingkup Kabupaten Bogor. Dari populasi yang ada, diambil beberapa responden sebagai bbeberapa sampel. Sampel atau contoh adalah himpunan bagian dari populasi yang dapat mewakili sifat-sifat populasi. Sampel diambil dari perwakilan penyuluh yang terdiri dari penyuluh pertanian 98 orang, penyuluh peternakan 16 orang, penyuluh perikanan 18 orang, dan penyuluh kehutanan 30 orang yang ada di wilayah kabupaten Bogor, dengan satuan administrasi pangkalnya berada pada BKP5K. Penyuluh yang menjadi responden adalah penyuluh pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling dengan jumlah sebanyak 113 sampel dari penyuluh, 17 sampel stakeholder internal dan 20 sampel eksternal. Kriteria dan jumlah responden dalam penelitian ini dapat dilihat di Tabel 2.

Tabel 2. Populasi dan Sampel

No Varian Jumlah Populasi Sampel

1. BP3K 1 Cariu 16 9

2. BP3K 2 Jonggol 18 10

3. BP3K 3 Gunung Putri 11 8

4. BP3K 4 Cibinong 20 9

5. BP3K 5 Ciawi 20 12

6. BP3K 6 Caringin 26 9

7. BP3K 7 Dramaga 19 9

8. BP3K 8 Cibungbulang 27 11

9. BP3K 9 Leuwiliang 23 11

10. BP3K 10 Cigudeg 18 9

11. BP3K 11 Parung Panjang 14 7


(39)

22

No Varian Jumlah Populasi Sampel

13. Stakeholder Internal(PUSTAKA) 109 17

14. Stakeholder Eksternal

- BKP5K

- Penyuluh lingkup KEMENTAN

18 21

3

Jumlah 358 150

3.7. Analisis Data

Setelah data dan informasi sesuai lingkup permasalahan diperoleh, selanjutnya pengolahan data dengan cara pengklarifikasian dan pentabulasian data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

1. Tujuan pertama yaitu mengevaluasi sejauh mana penyuluh memanfaatkan potensi yang tersedia di PUSTAKA dianalisis menggunakan metode

Importance Performance Analysis (IPA). Importance Performance Analysis

(IPA) adalah suatu teknik analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kinerja penting apa yang harus ditunjukkan oleh suatu organisasi dalam memenuhi kepuasan para pengguna jasa mereka (konsumen).

2. Tujuan kedua dan ketiga yaitu menganalisis hambatan-hambatan yang dihadapi oleh penyuluh untuk memanfaatkan potensi yang tersedia di PUSTAKA dan menganalisis bagaimana koordinasi steakholder untuk mengoptimalkan pemanfaatan PUSTAKA dengan menggunakan diskriptif melalui kuesioner yang diolah untuk mendapatkan gambaran tentang persepsi dari pihak responden. Faktor-faktor yang mempengarui program pengembangan PUSTAKA yang diukur terdiri dari 6 point, yaitu, sumberdaya manusia, fasilitas, koleksi perpustakaan, layanan perpustakaan, promosi dan penguatan institusi, serta lokasi.

3. Tujuan keempat adalah merumuskan strategi pengembangan PUSTAKA mendukung peran penyuluh dengan analisis SWOT (Strength-Weaknesses-Opportunities-Threats).

3.8. Metode Analisis

3.8.1. Analisis Kinerja PUSTAKA dengan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA)

Melakukan analisis terhadap kinerja PUSTAKA dilakukan metode deskripsi kualitatif. Tujuannya untuk membuat deskripsi berkaitan dengan faktor-faktor yang ada dalam program pengembangan PUSTAKA yang sangat mempengaruhi potensi PUSTAKA.

Pengukuran faktor dilakukan dengan membandingkan antara tingkat kepentingan penyuluh sebagai penerima program pengembangan PUSTAKA dan kinerja PUSTAKA sebagai pusat informasi. Metode Importance-Performance Analysis (IPA) diperlukan dalam penelitian ini guna menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi potensi PUSTAKA yang berpengaruh terhadap keberlanjutan program pengembangan PUSTAKA.

Metode Importance-Performance Analysis (IPA) adalah suatu teknik analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur tingkat


(40)

23 kepentingan dan tingkat kinerja atribut. Penerapan teknik Importance-Performance Analysis (IPA) dimulai dengan identifikasi atribut-atribut yang relevan terhadap situasi pilihan yang diamati. Daftar atribut-atribut dapat dikembangkan dengan mengacu kepada literatur-literatur, melakukan interview, dan menggunakan penilaian manajerial.

Sekumpulan atribut yang melekat kepada barang atau jasa di evaluasi berdasarkan seberapa penting masing-masing produk tersebut bagi konsumen dan bagaimana jasa atau barang tersebut dipersepsikan oleh konsumen. Evaluasi ini biasanya dipenuhi dengan melakukan survey terhadap sampel yang terdiri atas responden yaitu dalam penelitian ini adalah penyuluh. Setelah menentukan atribut-atribut yang layak, responden ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang menonjol dan disesuaikan dengan atribut pusat informasi penelitian yaitu PUSTAKA seperti yang ditunjukan di Tabel 1.

Adapun atribut - atribut pada pusat informasi penelitian disesuaikan dengan pola pengembangan pusat-pusat informasi yang berdasarkan dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan teknologi.

Teknik ini mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan penawaran pasar dengan menggunakan dua kriteria yaitu kepentingan relative atribut dan kepuasan konsumen. Penilaian tingkat kinerja yang dapat mempengarui kepuasan konsumen akan mewakili oleh huruf Y. untuk menilai kinerja dan kepentingan konsumen digunakan skor seperti terlihat pada tabel 3.

Tabel 3. Skor Penilaian Kinerja dan Tingkat Kepentingan Konsumen Skor/Nilai Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Skor 1 Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Baik

Skor 2 Tidak Penting Tidak Baik

Skor 3 Penting Baik

Skor 4 Sangat Penting Sangat Baik

Sumber: Analisis Perilaku dan Tingkat Kepuasan, oleh Judo Satria, 2011.

Total penilaian tingkat kinerja dan kepentingan diperoleh dengan cara menjumlahkan skor penilaian yang diberikan konsumen. Hasil perhitungan akan digambarkan dalam diagram kartesius. Masing-masing atribut diposisikan dalam diagram tersebut berdasarkan skor rata-rata, dimana skor rata-rata penilaian kinerja (X), sedangkan posisi atribut pada sumbu Y di tunjukkan oleh skor rata-rata tingkat kepentingan (Y).

Adapun rumus yang digunakan adalah ∑in=1Yi

X = n ∑in=1Xi Y =

n Keterangan: X = Skor rata-rata


(41)

24

Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan N = Jumlah data konsumen

Diagram kartesius merupakan ruang yang dibagi atas empat bagian dan dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (a,b). Titik tersebut diperoleh dari rumus : Yi

∑Xi a = k ∑Yi b = k Keterangan:

a = Batas sumbu X (tingkat kinerja) b = Batas sumbu Y ( tingkat kepentingan) k = Banyaknya atribut yang diteliti

Selanjutnya setiap atribut tersebut dijabarkan dalam diagram kartesius seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Tinggi

I II

Prioritas Utama Pertahankan Prestasi Yi

III IV

Prioritas Rendah Berlebihan

Tinggi Rendah Xi (Tingkat Performance) X Sumber: Analisis Perilaku dan Tingkat Kepuasan, oleh Judo Satria, 2011.


(1)

69 Lampiran 2. Bobot Penilaian Tingkat Kinerja Responden Terhadap Atribut Potensi dan

Atribut Layanan Perpustakaan

Pernyataan Tingkat Kinerja Tingkat Kinerja(%) Total Bobot Rata-rata

STB TB B SB STB TB B SB

A1 1 2 97 13 0% 3% 85% 11% 113 348 3.088

A2 1 2 99 11 0% 3% 88% 9% 113 346 3.062

A3 0 1 105 7 0% 3% 87% 9% 113 345 3.053

A4 0 1 99 13 0% 3% 84% 14% 113 351 3.106

B1 0 2 96 15 0% 5% 79% 17% 113 352 3.115

B2 1 6 92 14 1% 8% 76% 16% 113 345 3.053

B3 2 3 98 10 1% 5% 84% 10% 113 342 3.027

B4 1 6 99 7 0% 10% 81% 9% 113 338 2.991

B5 0 3 103 7 0% 4% 88% 8% 113 343 3.035

B6 4 6 85 19 0% 7% 78% 15% 113 347 3.044

B7 1 4 90 18 0% 7% 76% 18% 113 351 3.106

B8 4 2 92 15 1% 6% 81% 13% 113 344 3.044

C1 4 6 87 16 1% 8% 80% 11% 113 341 3.018

C2 0 8 97 8 1% 9% 79% 11% 113 339 3.000

C3 1 3 102 7 0% 7% 83% 9% 113 341 3.018

C4 0 5 102 6 0% 7% 84% 9% 113 340 3.009

C5 0 5 104 4 0% 7% 87% 6% 113 338 2.991

C6 1 5 100 7 0% 7% 85% 8% 113 339 3.000

D1 1 2 106 4 0% 5% 90% 5% 113 339 3.000

D2 2 4 105 2 0% 7% 90% 3% 113 333 2.947

D3 0 3 105 5 0% 3% 91% 5% 113 341 3.018

D4 2 1 100 10 0% 3% 89% 8% 113 344 3.044

D5 0 2 103 8 0% 3% 89% 9% 113 345 3.053

D6 0 5 103 5 0% 7% 87% 7% 113 339 3.000

D7 0 5 103 5 0% 7% 87% 7% 113 339 3.000

D8 1 2 104 6 0% 4% 89% 7% 113 341 3.018

D9 3 3 92 15 0% 3% 87% 9% 113 345 3.053

D10 0 3 106 5 0% 3% 91% 5% 113 341 3.018

D11 0 3 102 8 0% 4% 87% 9% 113 344 3.044

D12 4 4 99 6 2% 3% 92% 3% 113 333 2.947

D13 4 1 104 4 0% 7% 91% 3% 113 334 2.956

D14 0 5 98 10 0% 3% 88% 9% 113 344 3.044

D15 1 2 99 11 0% 3% 88% 9% 113 346 3.062

E1 2 1 101 9 0% 5% 87% 9% 113 343 3.035

E2 0 6 99 8 0% 8% 82% 10% 113 341 3.018


(2)

70

Pernyataan Tingkat Kinerja Tingkat Kinerja(%) Total Bobot Rata-rata

E4 1 4 104 4 0% 7% 88% 5% 113 337 2.982

F1 4 2 100 7 0% 7% 87% 5% 113 336 2.973

F2 2 3 100 8 0% 7% 85% 8% 113 340 2.009

F3 2 6 98 7 0% 9% 85% 7% 113 336 3.973

F4 0 7 102 4 0% 9% 85% 7% 113 336 2.973

G1 1 8 89 15 1% 7% 80% 13% 113 344 3.044

G2 1 5 97 10 1% 6% 83% 11% 113 342 3.027

G3 1 7 95 10 1% 8% 81% 11% 113 340 3.009

Total 132.991


(3)

71 Lampiran 3. Populasi dan Sampel Penelitian

No Varian Jumlah

Populasi

Sampel Keterangan 1. Penyuluh

BP3K I Cariu

Penyuluh Pertanian Penyuluh Peternakan Penyuluh Kehutanan THL TBPP

THL P2BN BP3K II Jonggol Penyuluh Pertanian Penyuluh Peternakan Penyuluh Kehutanan THL TBPP

THL P2BN

BP3K III Gunung Putri Penyuluh Pertanian Penyuluh Perikanan Penyuluh Kehutanan THL TBPP

THL P2BN

BP3K IV Cibinong Penyuluh Pertanian Penyuluh Peternakan Penyuluh Kehutanan THL TBPP

THL P2BN

BP3K V Cisarua Penyuluh Pertanian Penyuluh Peternakan Penyuluh Perikanan Penyuluh Kehutanan THLTBPP THL P2BN BP3K VI Caringin Penyuluh Pertanian Penyuluh Perikanan Penyuluh Kehutanan THL TBPP 16 6 1 7 2 18 5 1 2 8 2 11 3 2 1 3 2 20 7 1 3 7 2 20 5 2 1 2 6 4 26 8 2 1 12 9 3 1 1 2 2 10 3 1 2 2 2 8 1 2 1 2 2 9 3 1 1 2 2 12 4 1 1 2 2 2 9 2 2 1 2

Sampel diambil sesuai dengan jabatan

fungsional yang ada di setiap balai.

Penyuluh Terampil: - Penyuluh pelaksana - Penyuluh penyelia

Penyuluh Ahli: - Penyuluh pertama

Penyuluh Terampil: - Penyuluh pelaksana - Penyuluh penyelia

Penyuluh Ahli: - Penyuluh pertama - Penyuluh muda

Penyuluh Terampil: - Penyuluh penyelia

Penyuluh Ahli: - Penyuluh pertama - Penyuluh muda

Penyuluh Terampil: - Penyuluh pelaksana

lanjutan

- Penyuluh penyelia Penyuluh Ahli: - Penyuluh muda - Penyuluh madya

Penyuluh Terampil: - Penyuluh pelaksana - Penyuluh penyelia

Penyuluh Ahli: - Penyuluh muda - Penyuluh madya

Penyuluh Terampil: - Penyuluh pelaksana - Penyuluh penyelia


(4)

72

No Varian Jumlah

Populasi

Sampel Keterangan THL P2BN

BP3K VII Dramaga Penyuluh Pertanian Penyuluh Perikanan Penyuluh Kehutanan THL TBPP

THL P2BN

BP3K VIII Cibungbulang Penyuluh Pertanian Penyuluh Perikanan Penyuluh Kehutanan THL TBPP

THL P2BN

BP3K IX Leuwilliang Penyuluh Pertanian Penyuluh Peternakan Penyuluh Perikanan Penyuluh Kehutanan THL TBPP THL P2BN BP3K X Cigudeg Penyuluh Pertanian Penyuluh Kehutanan THL TBPP

THL P2BN

BP3K XI Parung Panjang Penyuluh Pertanian Penyuluh Perikanan Penyuluh Kehutanan THL TBPP

THL P2BN BP3K XII Ciseeng Penyuluh Pertanian Penyuluh Perikanan Penyuluh Kehutanan THL TBPP THL P2BN 3 19 6 1 1 8 3 27 6 1 2 8 8 23 7 1 1 1 7 6 18 5 1 5 7 14 2 1 1 8 2 19 7 2 1 7 2 2 9 3 1 1 2 2 11 4 1 2 2 2 11 4 1 1 1 2 2 9 4 1 2 2 7 1 1 1 2 2 8 2 1 1 2 2

- Penyuluh muda Penyuluh Terampil: - Penyuluh pelaksana - Penyuluh penyelia

Penyuluh Ahli: - Penyuluh muda - Penyuluh Madya

Penyuluh Terampil: - Penyuluh pelaksana - Penyuluh pelaksana

lanjutan

- Penyuluh penyelia Penyuluh Ahli: - Penyuluh muda - Penyuluh madya

Penyuluh Terampil: - Penyuluh pelaksana - Penyuluh penyelia

Penyuluh Ahli: - Penyuluh muda - Penyuluh madya

Penyuluh Terampil: - Penyuluh pelaksana - Penyuluh penyelia

Penyuluh Ahli: - Penyuluh muda - Penyuluh madya

Penyuluh Terampil: - Penyuluh pelaksana

Penyuluh Terampil: Penyuluh Ahli: - Penyuluh muda - Penyuluh Madya


(5)

73

No Varian Jumlah

Populasi

Sampel Keterangan 2.

3.

Stakeholder Internal PUSTAKA

-Kapus -Eselon 3

-Eselon 4

-Pustakawan -Staf PUSTAKA

Stakeholder Eksternal - Eselon 1

- Eselon 2 - Eselon 3

Koordinator Penyuluh - Kepala BP3K

- Penyuluh lingkup Kementrian Pertanian

1 5

9

109

1 1 3

1 12

1 3

2

5 6

1 1 3

1 12

3

Kepala PUSTAKA - Kabid Penyebaran

Teknologi Pertanian - Kabid Perpustakaan - Kakelpus

- Kasubid Layanan Perpustakaan - Kasubid Pengadaan

Buku Perpustakaan - Pustakawan senior - Staf layanan

PUSTAKA

Kepala Badan BKP5K - Sekretaris Badan - Kabid Penyuluhan

Pertanian

- Kabid Penyuluhan perikanan dan kehutanan

- Kabid Ketahanan Pangan

- Koordinator penyuluh di BKP5K

- Seluruh BP3K di Kabupaten Bogor Pusluh dan BBP2TP


(6)

74

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 29 Oktober 1980, sebagai anak ke-4 dari ke-4 bersaudara dari pasangan Alm. Saminto Purwodaryanto dan Srisatuti. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasio l “V ” Yo y k , lulus pada tahun 2003. Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister pada Program Studi Magister Profesional Manajemen Pembangunan Daerah IPB tahun 2012. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Badan Litbang Pertanian.