15 dengan kondisi yang berbeda lokal spesifik; 5 Mampu mensinergikan
kepentingan lokal dengan kepentingan yang lebih luas. Karakteristik penyuluh menurut Anwas 2009 yaitu umur, pendidikan
formal, pengalaman kerja sebagai penyuluh, motivasi, dan kepemilikan media komunikasi. Menurut Schemerhorn 1997 dalam Anwas 2009 umur atau usia
seseorang berhubungan dengan kemampuan, kemauan belajar, dan fleksibilitas. Umur juga berhubungan dengan pengalaman, artinya umur yang tua relatif
memiliki pengalaman yang lebih dibandingkan dengan yang muda. Oleh karena itu umur diduga dapat mempengaruhi terhadap intensitas pemanfaatan media dan
tingkat kompetensi penyuluh. Pendidikan adalah adanya proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku baik aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu dalam berpikir dan berperilaku. Menurut Mardikanto 1993 dalam Anwas 2009 makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap efisien bekerja dan semakin banyak tahu cara-cara dan teknik bekerja yang lebih baik dan lebih
menguntungkan.
Kepemilikan media komunikasi adalah sejumlah alat komunikasi dan informasi publik yang dimiliki penyuluh saat penelitian dilakukan. Kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi juga telah melahirkan perubahan dan demokratisasi dalam penyuluhan. Kondisi ini ditandai dengan adanya perubahan
dalam berkomunikasi dengan cepat dan mudah baik dengan sesama penyuluh, pimpinan lembaga penyuluhan, klien petani, penelitipakar, dan pihak-pihak
terkait dalam penyuluhan. Kemudahan akses informasi dan komunikasi dengan pihak terkait ini diduga akan berpengaruh terhadap intensitas pemanfaatan media
dan tingkat kompetensi penyuluh.Teknologi informasi yang dimiliki pada dasarnya memungkinkan dan memudahkan penyuluh mengakses informasi yang
diperlukan untuk mendukung kesuksesan penyuluhan. Pengalaman bekerja berarti serangkaian pengetahuan yang dialami individu selama yang bersangkutan bekerja.
Begitu pula pengalaman kerja penyuluh adalah serangkaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan individu yang dialaminya selama yang bersangkutan menjadi
penyuluh Anwas 2009.
Penggunaan sumber informasi oleh seseorang ditunjukkan oleh karakteristik demografisnya. Karakteristik tersebut menunjukkan kemampuan
seseorang berkomunikasi dan memilih media, dan memanfaatkan informasi yang diperolehnya. Penyuluh dengan karakteristik demografis yang berbeda akan
berbeda pula dalam penggunaan sumber informasi. Karakteristik demografis ini antara lain umur, pendidikan, masa kerja, jabatan fungsional, dan kekosmopolitan.
Kekosmopolitan adalah keterbukaan seseorang pada informasi melalui hubungannya dengan berbagai sumber informasi. Roger 1971 mengemukakan
bahwa orang yang sifatnya kosmopolitnya tinggi biasanya mencari informasi dari sumber di luar lingkungannya, sebaliknya orang yang rendah sifat kosmopolitnya
cenderung mempunyai ketergantungan yang tinggi pada tetangga atau teman- teman dalam lingkungan yang sama sebagai sumber informasi.
Rhaza dan Moriarty 1970 mengatakan bahwa tingkat pengetahuan dan pengalaman yang dinyatakan dalam masa kerja berpengaruh terhadap penggunaan
informasi. Dengan demikian maka lama masa kerja akan meningkatkan pengetahuan dan akan menambah pengalaman.
16 Hasil penelitian Wardhani 1994 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
serta penghasilan berhubungan dengan pemanfaatan sumber informasi, sedangkan pengalaman tidak berhubungan secara nyata dengan pemanfaatan sumber
informasi.
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian mengenai teknologi informasi dalam penyuluhan banyak dilakukan oleh para peneliti dalam berbagai literatur yang ada diantaranya
adalah Suryantini 2001 dalam penelitiannya Pemanfaatan Informasi Teknologi Pertanian oleh penyuluh pertanian, menunjukkan kebutuhan informasi penyuluh
terhadap informasi hasil penelitian sangat tinggi, terutama kebutuhan informasi teknis untuk materi penyuluhan, akan tetapi kebutuhan informasi penyuluh
pertanian yang tinggi tidak didukung oleh ketersediaan sumber informasi yang memadai. Pemanfaatan informasi tentang pertanian yang diperoleh penyuluh dari
berbagai sumber informasi paling banyak dimanfaatkan berdasarkan urutan adalah untuk bahan penyusunan materi penyuluhan, penyusunan pedoman teknis,
penyusunan rencana kerja penyuluh pertanian.
Suryantini 2003 dalam kajiannya Kebutuhan Informasi dan Motifasi Kognitif Penyuluh Pertanian serta Hubungannya dengan Penggunaan Sumber
Informasi, menunjukkan bahwa informasi teknis sangat dibutuhkan oleh penyuluh untuk materi penyuluhan. Motifasi kognitif penyuluh pertanian dalam
menggunakan sumber informasi dapat untuk memperoleh pengetahuan atau informasi yang sesuai dengan kebutuhan atau untuk memecahkan masalah yang
dihadapi di lapangan.
Maksum 2010 dalam penelitiannya Pemanfaatan Hasil Penelitian Pertanian Lembaga Pemerintah Non Departemen oleh Peneliti dan Penyuluh,
menunjukkan tiga peringkat utama manfaat hasil penelitian pertanian lingkup Lembaga Pemerintah Non Departemen LPND bagi peneliti dan penyuluh yaitu
1 sebagai acuan untuk penelitian lanjutan, 2 transfer ilmu pengetahuan, dan 3 sebagai referensi atau rujukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah. Karakteristik
peneliti dan penyuluh tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan aksesbilitas terhadap informasi dan pemanfaatan hasil penelitian pertanian LPND.
Terdapat hubungan yang nyata antara aksesbilitas terhadap informasi dengan pemanfaatan hasil penelitian pertanian oleh peneliti dan penyuluh.
Andraty 2011 dengan penelitiannya Kajian Kebutuhan Informasi Teknologi Pertanian di Beberapa Kabupaten di Jawa menunjukkan informasi yang
sangat dibutuhkan adalah mengenai teknologi produksi diikuti informasi pemasaran dan pasca panen. Namun kebutuhan akan informasi tersebut belum
terpenuhi.
17
III. METODOLOGI
3.1. Kerangka pemikiran
Penyuluh merupakan salah satu mata rantai dalam transfer teknologi, yaitu sebagai penghubung antara lembaga penelitian sebagai penghasil teknologi
dengan pengguna petani teknologi hasil penelitian. Salah satu peran penyuluh adalah memilih, menginterpretasikan dan menyampaikan informasi yang
dihasilkan oleh suatu komunitas yaitu lembaga penelitian dan pengembangan kepada komunitas lain petani. Hal ini menuntut penyuluh untuk memiliki akses
terhadap berbagai sumber informasi. Sumber-sumber informasi tersebut digunakan oleh penyuluh sebagai sumber bagi materi penyuluhan yang akan
disampaikan kepada petani. Selain itu juga dimanfaatkan untuk mendukung tugas dan pengembangan karirnya. Tersedianya berbagai jenis media saat ini dengan
beragam informasi yang disajikan mendorong penyuluh untuk memanfaatkan media dan informasi yang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya.
PUSTAKA mempunyai tugas pokok yaitu penyebaran informasi teknologi dan hasil-hasil penelitian pertanian melalui pengembangan jaringan
informasi dan promosi inovasi pertanian. PUSTAKA memberi pelayanan kepada pengguna yang datang langsung ke PUSTAKA maupun pengguna yang
memanfaatkan sarana komunikasi untuk mendapatkan informasi yang dimiliki PUSTAKA. Sistem penyebarluasan informasi kurang efektif dan pemanfaatan
saluran informasi kurang tepat mengakibatkan PUSTAKA kurang termanfaatkan.
Dalam pengembangkan PUSTAKA untuk mendukung peran penyuluh diperlukan langkah untuk pengidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal
sehingga dapat diketahui hambatan dan kendala yang dihadapi penyuluh maupun PUSTAKA dalam memanfaatkan potensi PUSTAKA. Hambatan dan kendala
tersebut dilakukan analisis dan kemudian hasil analisis dilakukan penyusunan strategi dan perancangan program pengembangan PUSTAKA untuk mendukung
penyuluh di Kabupaten Bogor.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi mengenai strategi pengembangan PUSTAKA. sebagai dilakukan untuk
mengetahui strategi pengembangan PUSTAKA untuk mendukung peran penyuluh. Berdasarkan uraian tersebut, kerangka berpikir dapat digambarkan dalam pola
hubungan seperti disajikan pada gambar 3.