nilai COC menurun, namun penurunan tersebut belum mampu untuk meningkatkan nilai EVA. Pada tahun 2007 ini pun, perusahaan
mampu menciptakan nilai tambah ekonomis. Pada tahun 2008 nilai EVA sebesar 1.299.567,26 juta Rupiah.
Nilai ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007 sebesar 750.898,51 juta rupiah atau 136,85 persen. Peningkatan yang sangat
tinggi ini disebabkan oleh meningkatnya NOPAT sebesar 52,55 persen serta menurunnya jumlah COC sebesar 416.492 juta Rupiah
yang sebagai kompenen pengurang dari EVA. Tahun 2008 ini merupakan nilai EVA tertinggi dibandingkan dengan 5 tahun
terakhir EVA Lonsum. Pada tahun 2009 nilai EVA mencapai 540.079,05 juta Rupiah.
Nilai ini mengalami penurunan dibanding tahun 2008 yaitu sebesar 759.488,21 juta Rupiah atau 58,44 persen. Penurunan ini disebabkan
oleh menurunnya NOPAT sebesar 21,66 persen. Nilai NOPAT sangat dipengaruhi oleh laba bersih. Tahun 2009 ini, merupakan
tahun yang terkena imbas dari krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, penurunan penjualan merupakan faktor yang signifikan
terhadap penurunan nilai NOPAT. Selain itu pada tahun ini terjadi peningkatan nilai COC yang sangat besar yaitu 249.16 persen.
Walaupun nilai EVA pada tahun 2009 mengalami penurunan, namun nilainya tetap bernilai positif. Hal tersebut berarti pada tahun 2009
perusahaan masih dapat mampu menciptakan nilai tambah ekonomis.
4.2.3. Market Value Added
MVA merupakan perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah
diberikan. Kekayaan pemegang saham akan menjadi maksimal dengan memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas
perusahaan dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor. Nilai MVA yang positif jika nilai pasar perusahaan lebih besar
dibandingkan dengan jumlah ekuitas modal investor. Semakin positif
nilai MVA, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik, karena telah berhasil melakukan penambahan nilai atas modal
yang dipercayakan investor kepada perusahaan. Adapun hasil MVA yang berhasil dicapai perusahaan dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 9. Grafik Hasil MVA Lonsum Periode 2005-2009 .
Gambar diatas menunjukan nilai MVA periode 2005 sampai 2009 menunjukan kinerja yang baik, hal tersebut dikarenakan nilai
MVA selalu bernilai positif walupun jumlah yang dihasilkan mengalami kenaikan dan penurunan. Dari tahun 2005 sampai 2007
nilai MVA terus mengalami kenaikan, kemudian dari tahun 2007 ke 2008 nilai MVA mengalami penurunun, dan dari tahun 2008 ke 2009
nilai MVA kembali meningkat. Pada tahun 2005 nilai MVA yang dihasilkan yaitu 2.105.989
juta Rupiah. Hasil ini diperoleh dari hasil perkalian antara nilai pasar perusahan dengan jumlah saham yang beredar kemudian
dikurangkan dengan nilai buku atau nilai ekuitas. Pada tahun 2006 nilai MVA mengalami peningkatan sebesar 3.776.624 juta Rupiah
atau 179,33 persen. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya harga saham dari Rp. 2950 per lembar saham 2005 menjadi Rp.
6600 per lembar saham 2006 harga saham dapat dilihat pada lampiran 9. Sedangkan jumlah saham yang beredar pada tahun 2005
sama dengan tahun 2006 yaitu 1.095.229.293 lembar saham.
Walaupun pada tahun 2006 nilai ekuitas meningkat sebesar 220.963 juta Rupiah dibanding tahun 2005, namun peningkatan tersebut tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil MVA di tahun 2006.
Tabel 7. Nilai MVA Lonsum 2005-2009
Tahun Nilai
pasar Jumlah saham Nilai buku ekuitas MVA
a blembar
cjuta rupiah Juta
Rupiah 2005
2.950 1.095.229.293 1.124.937.000.000 2.105.989
2006 6.600 1.095.229.293 1.345.900.000.000
5.882.613 2007 10.650 1.364.572.793 2.315.027.000.000 12.217.673
2008 2.925 1.364.572.793 3.197.059.000.000
794.316 2009
8.350 1.364.572.793 3.813.465.000.000 7.580.718
Sumber: Laporan Keuangan dan Data Saham Lonsum data diolah. Pada tahun 2007 nilai MVA sebesar 12.217.673 juta Rupiah.
Nilai ini meningkat dibanding tahun 2006 sebesar 6.335.060 juta Rupiah atau 107,69 persen. Peningkatan ini disebabkan oleh
meningkatnya harga saham dan jumlah saham yang berdar. Harga saham pada tahun 2007 sebesar Rp. 10.650 per lembar saham, atau
meningkat Rp. 4.050 dari tahun 2006 dapat dilihat pada lampiran 9. Jumlah saham beredarpun meningkat dari tahun sebelumnya menjadi
1.364.572.793. Jumlah ekuitas pada tahun 2007 meningkat sebesar 969.127 juta Rupiah dibanding 2006, sehingga nilainya menjadi
2.315.027 juta Rupiah, peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan di beberapa komponen penyusun ekuitas yaitu
komponen modal saham ditempatkan dan disetor penuh, tambahan modal disetor serta saldo laba. Walaupun ekuitas meningkat, namun
peningkatan ini tidak terlalu berpengaruh, sehingga walaupun ekuitas menjadi komponen pengurang dalam perhitungan MVA,
nilai MVA tetap meningkat. Tahun 2007 merupakan tahun yang memiliki MVA tertinggi dibandingkan tahun-tahun lainnya dalam 5
tahun terakhir. Pada tahun 2008 nilai MVA sebesar 794.316 juta Rupiah. Nilai
ini mengalami penurunan yang drastis yaitu sebesar 11.423.357 juta
Rupiah atau 93,50 persen. Penurun yang drastis ini dipengaruhi oleh menurunnya harga saham dari Rp. 10.650 per lembar saham menjadi
Rp. 2.925 per lembar saham. Penurunan harga saham ini disebabkan karena pada tahun 2008 ini perekonomian Indonesia sedang tidak
stabil. Pada saat itu tejadi krisis ekonomi global yang menyebabkan nilai IHSG menurun drastis dapat dilihat pada lampiran 11. Jumlah
saham yang beredar pada tahun ini adalah tetap, sama seperti tahun 2007 yaitu sebesar 1.364.572.793 lembar. Selain itu kompenen
pengurang MVA yaitu ekuitas, mengalami kenaikan pada tahuan 2008 dibanding tahun 2007 sebesar 882.032 juta Rupiah. Kenaikan
ekuitas ini disebabkan kenaikan saldo laba yang telah ditentukan penggunanya maupun yang belum ditentukan penggunannya. Oleh
karena itu penurunan harga saham serta peningkatan ekuitas secara bersama-sama mengurangkan nilai dari MVA. Pada tahun 2008,
nilai MVA yang dihasilkan merupakan yang terendah pada saat lima tahun terakhir.
Pada tahun 2009, nilai MVA adalah 7.580.718 juta Rupiah. Nilai ini mengalami peningkatan sebesar 6.786.402 juta Rupiah atau
854,37 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya harga saham, yaitu dari Rp. 2.925
per lembar saham tahun 2008 menjadi Rp. 8.350 per lembar saham tahun 2009. Jumlah saham yang beredar pada tahun 2009 sama
seperti tahun 2008 dan 2007 yaitu 1.364.572.793 lembar. Pada tahun 2009 ini, nilai ekuitas meningkat sebesar 616.406 juta Rupiah
dibanding tahun 2008, sehingga nilainya menjadi 3.813.465 juta Rupiah. Peningkatan ini disebabkan oleh tambahan modal disetor,
dari 888.069 juta Rupiah tahun 2008 menjadi 1.030.312 juta Rupiah tahun 2009 dapat dilihat pada lampiran 7. Walupun jumlah ekuitas
sebagai kompenen pengurang MVA, namun nilai ini tidak berpengaruh secara signifikan, sehingga nilai MVA tetap meningkat
disebabkan kenaikan harga saham yang lebih signifikan.
Hasil kinerja keuangan perusahaan berupa nilai EVA, MVA, ROA, ROE dan EPS secara ringkas dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Nilai EVA, MVA, ROA, ROE dan EPS
Tahun EVA
Juta Rupiah
MVA Juta
Rupiah ROA
Persen ROE
Persen EPS
Juta Rupiah
2005 427,898.20 2,105,989
13.670 31.622
216 2006 376,658.57
5,882,613 10.154
22.521 222
2007 635,498.93 12,217,673 14.322
24.364 413
2008 974,069.85 794,316
18.809 29.013
682 2009 758,299.75
7,580,718 14.581
18.552 525
4.3. Trend dan Peramalan Laporan Keuangan
Perkembangan perusahaan dari tahun ketahun dapat diketahui dengan menganalisis laporan keuangan menggunakan analisis trend atau yang biasa
dikenal dengan analisis horizontal. Analisis trend horizontal digunakan untuk melihat pergerakan masing masing komponen dalam laporan
keuangan dari tahun ke tahun. Melalui analisis trend ini dapat dilihat kecendrungan atau perkembangan dari posisi keuangan maupun hasil-hasil
keuntungan yang diperoleh perusahaan. Apakah meningkat, menurun atau bahkan cenderung tidak bergerak. Setelah menganalisis trend yang terjadi
maka dilakukan peramalan untuk tahun selanjutnya.
4.3.1. Trend Neraca dan Laporan Laba Rugi
1. Trend Neraca
Analisis trend terhadap laporan neraca dilakukan terhadap komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kondisi
keuangan perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Komponen neraca tersebut terdiri dari aktiva, kewajiban
serta ekuitas. Untuk menganalisis laporan keuangan dengan metode analisis trend, dibutuhkan satu tahun yang dapat dijadikan tahun
dasar. Pada penelitian ini yang dijadikan tahun dasar adalah tahun 2005. Selanjutnya setiap pos dalam peride yang diperbandingkan
akan dibagi dengan pos yang sama dalam laporan keuangan di tahun