MVA dapat diterapkan untuk melihat kinerja keuangan dipandang dari sisi kesejahteraan investor.
4.2.1. Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan suatu pendekatan tradisional yang digunakan untuk melihat kinerja keuangan perusahan. Analisis ini
untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan
tersebut. Hasil dan analisis ini merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.
Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan berbasis laba diantaranya yaitu ROA, ROE dan EPS.
1. Return On Assets ROA
ROA merupakan perbandingan antara laba bersih yang diperoleh perusahaan terhadap total asset yang dimiliki. Rasio ini
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas asset atau aktiva yang dikelola dalam kegiatan
operasional sehari-hari. Gambar 5 menjelaskan mengenai nilai ROA perusahaan dari periode 2005 sampai 2009.
Gambar 5. Grafik Hasil ROA Lonsum Periode 2005-2009 Pada tahun 2005 ke 2006 nilai ROA mengalami penurunan,
kemudian pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 nilai ROA
terus mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada tahun 2008, setelah itu pada tahun 2008 menuju tahun 2009 nilai ROA
mengalami penurunan. Tahun 2008 menjadi tahun yang memiliki nilai ROA yang paling tinggi, sedangkan tahun 2006 memiliki nilai
ROA yang paling rendah. Pada tahun 2005 nilai ROA yang dicapai dalah 13,67 persen.
Nilai ini didapat dari perbandingan laba bersih sebesar 355.724 juta Rupiah dengan jumlah aktiva sebesar 2.602.173 juta Rupiah. Pada
tahun 2006 nilai ROA adalah 10,154 persen. Nilai ini mengalami penurunan sebesar 3,52 persen dibandingkan tahun 2005. Penurunan
disebabkan karena menurunnya jumlah laba bersih sebesar 54.619 juta Rupiah, sehingga jumlah laba bersih tahun 2006 sebesar 303.105
juta Rupiah. Penurunan laba bersih ini disebabkan oleh meningkatnya beban pajak penghasilan dari 18.218 juta Rupiah
tahun 2005 menjadi 126.857 juta Rupiah tahun 2006. Selain itu peningkatan pada jumlah aktiva juga menyebabkan nilai ROA
berkurang. Pada tahun 2006 nilai aktiva adalah 2.989.212 juta rupiah.
Nilai ini meningkat sebesar 383.039 juta Rupiah dibanding tahun 2005. Peningkatan ini disebabkan meningkatnya jumlah aktiva
lancar serta aktiva tidak lancar. Penurunan jumlah laba bersih diikuti dengan meningkatnya jumlah aktiva menyebabkan nilai ROA
menjadi turun. Pada tahun 2007 nilai ROA sebesar 14,322 persen. Nilai ini
meningkat sebesar 4,168 persen dibanding tahun 2006. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah laba besih sebesar 260.929
juta Rupiah dibanding tahun 2006, sehingga pada tahun 2007 jumlah laba bersih adalah 564.034 juta Rupiah. Peningkatan laba bersih ini
disebabkan karena meningkatnya laba usaha dari 454.648 juta Rupiah tahun 2006 menjadi 1.990.900 juta Rupiah tahun 2007.
Peningkatan laba usaha ini dipicu karena meningkatnya penjualan. Nilai Aktiva pada tahun 2007 adalah 3.938.140 juta Rupiah. Nilai ini
mengalami peningkatan sebesar 952.928 juta Rupiah dibanding tahun 2006. Walaupun jumlah aktiva meningkat, namun peningkatan
tersebut tidak berpengaruh terhadap ROA. Pada tahun 2008 nilai ROA sebesar 18,809 persen. Nilai ini
meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 4,487 persen. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya jumlah laba bersih sebesar
363.521 juta Rupiah, sehingga jumlah laba bersih pada tahun 2008 adalah 927.555 juta Rupiah. Peningkatan laba bersih ini disebabkan
oleh adanya manfaatpenghasilan lain-lain. Jika pada tahun sebelumnya menghasilkan beban lain-lain, maka pada tahun 2008
tidak ada beban lain-lain melainkan manfaat lain-lain. Nilai aktiva pada tahun ini pun meningkat sebesar 993.388 juta Rupiah, sehingga
nilai aktiva pada saat itu adalah 4.931.528 juta rupiah. Walaupun aktiva mengalami peningkatan, tetapi peningkatan tersebut tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Pada tahun 2009 nilai ROA adalah 14,581 persen. Nilai ini
mengalami penurunan sebesar 4,228 persen dibanding tahun 2008. Penurunan disebabkan karena menurunnya jumlah laba bersih
sebesar 220.068 juta Rupiah, sehingga pada tahun 2009 jumlah laba bersih adalah 707.487 juta Rupiah. Penurunan ini disebabkan karena
menurunnya laba usaha yang dipicu karena menurunnya jumlah penjualan. Pada tahun 2008 jumlah penjulan adalah 3.846.154 juta
Rupiah, kemudian pada tahun 2009 jumlahnya menurun menjadi 3.199.687 juta Rupiah. Nilai Aktiva pada tahun ini adalah sebesar
4.852.277 juta Rupiah. Nilai ini menurun dibanding tahun sebelumnya sebesar 79.251 juta Rupiah. Kondisi ekomomi makro
juga berpengaruh terhadap tahun 2009. Pada Oktober 2008, perekonomian Indonesia mengalami krisis ekonomi. Adanya krisis
berdampak pada menurunnya harga CPO dunia di tahun 2009, sehingga mengakibatkan penjualan komuditas turun akibat harga
komuditas yang turun. Penurunan nilai aktiva disebabkan karena menurunnya jumlah aktiva lancar dari 1.496.132 juta Rupiah tahun
2008 menjadi 1.030.545 juta Rupiah. Penurunan aktiva yang terjadi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Rata-rata nilai
ROA dari tahun 2005 hingga 2009 adalah 14,31 persen. Nilai ini berada lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai SBI dari
tahun 2005 hingga 2009 yaitu 9,074 persen. Sehingga, kinerja ROA dari tahun 2005 hingga 2009 termasuk kategori baik.
2. Return On Equity ROE