Metode EVA Economic Value Added

terdapat keterbatasan dari analisis rasio keuangan, yaitu Keown et al, 2004: 1. Terkadang sulit untuk mengidentifikasi kategori industri di mana perusahaan berada jika perusahaan beroperasi dengan beberapa bidang usaha. 2. Rasio keuangan dapat menjadi terlalu tinggi ataupun rendah. 3. Rata-rata industri mungkin tidak memberikan target rasio atau norma yang diinginkan. Rata-rata industri hanya dapat memberikan panduan atas posisi keuangan perusahaan rata-rata dalam suatu industri. Itu tidak berarti suatu nilai rasio yang ideal atau terbaik. 4. Banyak perusahaan mengalami situasi musiman dalam kegiatan operasinya. Jadi pos neraca dan rasionya akan berubah sepanjang tahun saat laporan disiapkan. Untuk mengukur kinerja ROA dan ROE perusahaan berada dalam kondisi baik atau tidak, maka diperlukan data pembanding. Munurut Darsono dan Ashari 2005, nilai ROA dan ROE perusahaan dapat dibandingkan dengan tingkat suku bunga bebas risiko seperti SBI. Jika perusahaan memiliki nilai ROA dan ROE diatas nilai SBI, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan telah berkinerja baik, begitu pula sebaliknya, jika nilai ROA dan ROE perusahaan lebih rendah dibanding SBI maka kinerja perusahaan tersebut belum cukup baik.

2.4. Metode EVA Economic Value Added

EVA merupakan pendekatan baru dalam penilaian kinerja perusahaan dengan memperhatikan kepentingan manajemen, karyawan maupun para penyedia dana secara adil Bastian, 2007. Menurut Tunggal 2001, konsep EVA dipopulerkan oleh G. Bennet Stewart, III, Managing Partner dari Steward Co dalam bukunya “The Quest for Value” pada tahun 1991. EVA adalah laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal cost capital yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut Tunggal, 2001. EVA merupakan suatu tolak ukur yang menggambarkan jumlah absolut dari nilai pemegang saham yang diciptakan atau dirusak pada suatu periode tertentu, biasanya setahun. Nilai tambah ekonomi memfokuskan pada efektivitas manajerial dalam satu tahun tertentu. Eva adalah suatu estimasi laba ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun berjalan, dan hal ini sangat berbeda dari laba akuntansi. Alasan yang membedakan EVA dengan laba akuntansi adalah bahwa biaya modal ekuitas dikurangkan ketika menghitung EVA. Menurut Bastian 2007 dalam EVA, untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham, perusahaan harus menghasilkan keuntungan yang melebihi biaya modal diseluruh unit bisnisnya. Meskipun demikian tidak berarti bahwa pihak manajemen memanfaatkan profitabilitas hanya untuk jangka pendek akan tetapi benar- benar memperhatikan pertumbuhan EVA untuk waktu yang akan datang, sehingga peningkatan EVA dapat terjadi secara terus menerus. Menurut Subaeti 2008, jika pengembalian modal perusahaan lebih besar dari biaya modalnya, maka ia menciptakan nilai yang benar bagi pemegang sahamnya. Perusahaan yang secara konsisten menghasilkan EVA yang tinggi merupakan akan mampu memberikan return yang layak atas modal yang diinvestasikan. EVA adalah ukuran kinerja keuangan yang paling baik untuk menjelaskan economic profit suatu perusahaan, dibandingkan dengan ukuran yang lain, serta merupakan ukuran kinerja yang berkaitan langsung dengan kemakmuran pemegang saham sepanjang waktu Pradhono, 2004. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA membantu para manajer membuat keputusan investasi yang lebih baik, mengidentifikasi kesempatan-kesempatan untuk peningkatan kinerja dan mempertimbangkan benefit jangka pendek dan jangka panjang untuk perusahaan Panggabean, 2005. Perhitungan EVA Menurut Tunggal 2001, formula untuk menghitung EVA sebagai berikut : EVA = NOPAT – C. CCR ……………………………………………..…1 Dimana : NOPAT = Net Operating Profit After Tax C = Capital CCR = Capital Cost Rate Sehingga dalam analisis EVA mempunyai empat langkah utama yang perlu dilakukan dalam mengukur nilai, yaitu Tunggal,2001: 1. Menghitung laba operasi bersih sesudah pajak NOPAT. 2. Menghitung biaya modal yang diinvestasikan Invested Capital 3. Mengitung biaya modal rata-rata tertimbang Weighted Average Cost of Capital WACC dari seluruh komposisi modal perusahaan. 4. Menghitung Economic Value Added EVA. Sebagai akhir perhitungan EVA, hasilnya dapat menunjukkan angka positif, negatif atau nol. 1. Kondisi EVA positif mencerminkan kompensasi yang lebih tinggi ketimbang biaya modal. Ini berarti, manajemen mampu menciptakan peningkatan kekayaan create value bagi perusahaanpemilik modal, bukan sekadar memberi fatamorgana. Perusahaan yang menghasilkan EVA positif, dipastikan laba bersihnya bagus. 2. Sedangkan kondisi EVA yang negatif menunjukkan adanya penurunan nilai kekayaan destroy value dari pemegang saham. Hal ini berarti bila laba bersihnya lebih rendah ketimbang biaya modal dan manajemen dianggap belum berhasil dalam menciptakan peningkatan kekayaan bagi pemilik modal. 3. Lalu jika kondisi EVA bernilai nol, maka tidak terjadi penurunan ataupun kenaikan dari nilai kekayaan dari pemilik modal. Net Operating Profit After Tax NOPAT Menurut Tunggal 2001 NOPAT merupakan laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan financial cost dan biaya penyusustan. Menurut Subaeti 2008, NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah pajak tetapi sebelum biaya pendanaan dan pencataaan non kas. NOPAT merupakan total kelompok laba yang tersedia bagi pengembalian kas kepada pihak yang menyerahkan modal kepada perusahaan. Modal adalah jumlah kas yang diinvestasikan ke dalam perusahaan, termasuk depresiasi. Biaya Modal Cost of Capital Menurut Tunggal 2001, biaya Modal adalah tingkat pengembalian minimum atas modal yang dibutuhkan untuk mengganti pinjaman dan ekuitas investor. Biaya modal ialah sesuatu yang dibayarkan perusahaan kepada pemilik modal, yaitu kepada kreditur dan kepada perusahaan. Kepada kreditur berupa bunga dan kepada pemilik modal berupa dividen atau tingkat hasil yang diperlukan Darsono, 2006. Biaya modal merupakan rata-rata tertimbang yang terdiri dari biaya hutang cost of debt dan biaya ekuitas perusahaan cost of equity. Biaya hutang dihitung setelah dikurangi dengan pajak after tax. Sedangkan biaya ekuitas adalah lebih abstrak karena investor mempunyai spectrum yang luas pada alternatif investasi yang tersedia. Jika investor mengambil resiko yang lebih tinggi, maka mereka harus ditawarkan prospek yang mempunyai pendapatan yang lebih tinggi. Menurut Pradhono 2004, Cost of Capital perusahaan adalah biaya setiap sumber modal, yang ditimbang sesuai dengan struktur modal perusahaan. Komponen COC berdasarkan struktur modal bisa dibedakan atas biaya hutang dan biaya modal sendiri atau ekuitas. COC sendiri didapat dari komponen WACC dan IC. Biaya modal adalah tingkat pengembalian yang harus dihasilkan perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar sahamnya Sugiono, 2009. Weighted Average Cost of Capital WACC Menurut Tunggal 2001, WACC adalah jumlah biaya dari masing masing komponen modal, misalnya pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang cost of debt serta setoran modal saham cost of equity yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan. WACC didapat dari komponenbiaya ekuitas Ke, biaya hutang Kd, bobot modal We serta bobot hutang Wd.Nilai WACC ditentukan setelah menentukan nilai biaya hutang dan biaya ekuitas Pradono, 2004. Dimana We adalah persentase ekuitas dalam struktur modal dan Wd adalah persentase hutang dalam struktur modal. Baik ekuitas maupun hutang dihitung berdasarkan nilai pasarnya. Sedangkan menurut Darsono 2006, biaya modal rata-rata tertimbang ialah biaya seluruh modal permanen yang disesuaikan dengan kontribusinya setelah diperhitungkan pajak perseroan. Bagi modal dari utang, perusahaan memperoleh penghematan pajak, karena beban bungan mengurangi laba operasi, baru kemudian diperhitungkan pajak atas laba. Invested Capital IC Menurut Tunggal 2001, IC adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar pinjaman jangka pendek tanpa bunga non-interest bearing liabilities atau dapat pula dikatakan bahwa IC merupakan modal yang ditanamkan investor pada suatu perusahaan.. Modal yang diinvestasikan merupakan penjumlahan dari ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang dan kewajiban jangka panjang lainnya Young dan O’Byrne, 2001.Perhitungan IC dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Tunggal, 2001: 1. Pendekatan Operasi Operating Approach Invested Capital = Kas + Working Capital Requirements + Aktiva Tetap …………………………………………………………………...2 Working Capital Requirement = Persediaan + Piutang dagang + Aktiva Lancar lainnya – Hutang Dagang + Biaya-biaya masih harus Dibayar + Uang Muka Pelanggan ……………………………………………….3 2. Pendekatan keuangan Financial Approach Invested Capital = Pinjaman jangka Pendek + Pinjaman jangka panjang yang Lain + Ekuitas Pemegang Saham ………………………...……...4 Kelebihan dan Kekurangan EVA Keunggulan EVA sebagai pengukur kinerja terletak pada kemampuannya untuk menyatukan tiga fungsi penting manajemen, yaitu: capital budgeting, performance appraisal dan incentive compensation Higgins dalam Pradono, 2004. Menurut Tunggal dalam Iramani dan Febrian 2005, beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain: 1. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan trend 2. Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah. Keunggulan EVA adalah Iramani dan Febrian, 2005: 1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungan beban sebagai konsekuensi investasi. 2. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku. 3. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian. 4. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts. 5. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahanpertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis. Selain berbagai keunggulan, konsep EVA juga memiliki kelemahan kelemahan. Menurut Young dan O’Byrne 2001, terdapat tiga keterbatasan EVA, yaitu: 1. Beberapa budaya nasional dan korporasi tidak nyaman dengan insentif kekayaan yang kuat. 2. Dengan beberapa industri yang sangat berhubungan dengan siklus, akan sangat tidak mungkin untung mencapai leverage kekayaan yang kuat tanpa baik risiko penahanan berlebihan atau biaya pemegang saham yang sangat tinggi. 3. EVA bukan merupakan pengukuran kinerja terbaik untuk pemula atau operasi dalam beberapa pasar yang sedang bermunculan.

2.5. Metode MVA Market Value Added