Program Pengawasan pengawasan dan pemeliharaan sangat lebih penting Program pengawasan pengawasan dan pemeliharaan jauh lebih penting

226 Skenario Pakar ke Jawaban CR Ket 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 1 3 1 0.33 0.20 0.33 0.20 0.11 0.33 0.20 0.33 0.02 Konsisten 2 5 3 0.20 0.14 0.33 0.20 0.14 0.14 0.14 1 0.10 Konsisten 3 3 3 0.14 0.20 0.33 0.20 0.33 0.20 0.33 0.33 0.04 Konsisten 4 3 3 0.33 0.14 0.14 0.20 0.11 0.33 0.20 0.20 0.14 5 3 3 0.11 0.20 0.33 0.20 0.20 0.33 0.33 0.33 0.46 6 3 3 0.33 0.20 0.33 0.20 0.20 0.33 0.20 0.33 0.08 Konsisten 7 5 1 0.33 0.14 0.33 0.20 0.11 0.33 0.20 0.33 0.04 Konsisten Matriks Pendapat Gabungan Faktor 1 3 5 6 4 0.33 1 4 5 3 0.20 0.25 1 3 0.33 0.17 0.20 0.33 1 0.20 0.25 0.33 3 5 1 Stakeholder Program 1 0.20 0.50 3 1 4 5 2 0.25 1 2 0.33 0.2 0.50 1 Skenario 1 3 2 0.200 0.143 0.33 1 0.33 0.20 0.14 0.50 3 1 0.20 0.33 5 5 5 1 0.33 7 7 3 3 1 Lampiran 13. Jawaban Pakar dan Analisis AHP Lanjutan 1 0.33 3 1 227 Hasil perhitungan CR Matriks Pendapat Gabungan Kriteria Ukuran matriks CR CR maks Ket Faktor 5 x 5 0.076 0.1 konsisten Stakeholder 4 x 4 0.067 0.08 konsisten Program 2 x 2 konsisten Skenario 5 x 5 0.09 0.1 Konsisten 228 Lampiran 14. Penilaian Pengaruh Kegiatan Terhadap Skenario dengan Metode Bayes Skor Skenario peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat 3 Jika lebih dari 50 anggaran dialokasikan pada peningkatan kapasaitas kelembagaan masyarakat yang mengelola lahan di bantaran sungai. 2 Jika kurang dari 50 anggaran dialokasikan pada peningkatan kapasaitas kelembagaan masyarakat yang mengelola lahan di bantaran sungai. 1 Jika terdapat sedikit anggaran dialokasikan pada peningkatan kapasaitas kelembagaan masyarakat yang mengelola lahan di bantaran sungai. Skor Skenario insentif dana bagi masyarakat 3 Jika lebih dari 50 anggaran dialokasikan sebagai pemberian insentif bagi masyarakat pengelola lahan di bantaran sungai. 2 Jika kurang dari 50 anggaran dialokasikan sebagai pemberian insentif bagi masyarakat pengelola lahan di bantaran sungai. 1 Jika terdapat sedikit anggaran yang dialokasikan sebagai pemberian insentif bagi masyarakat pengelola lahan di bantaran sungai. Skor Skenario bantuan bibit dan penyuluhan 3 Jika lebih dari 50 anggaran dialokasikan untuk menyediakan bibit pohon dan penyuluhan pengelolaan sungai pada masyarakat di bantaran sungai. 2 Jika kurang dari 50 anggaran dialokasikan untuk menyediakan bibit pohon dan penyuluhan pengelolaan sungai pada masyarakat di bantaran sungai. 1 Jika terdapat sedikit anggaran yang dialokasikan untuk menyediakan bibit pohon dan penyuluhan pengelolaan sungai pada masyarakat di bantaran sungai. 229 Lampiran 14. Penilaian Pengaruh Kegiatan Terhadap Skenario dengan Metode Bayes Lanjutan Skor Skenario pengawasan dan pemeliharaan 3 Jika lebih dari 50 anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pengawasan dan pemeliharaan penataan bantaran sungai sebagai upaya pengendali banjir 2 Jika kurang dari 50 anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pengawasan dan pemeliharaan penataan bantaran sungai sebagai upaya pengendali banjir 1 Jika terdapat sedikit anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pengawasan dan pemeliharaan penataan bantaran sungai sebagai upaya pengendali banjir Skor Skenario penyediaan sarana dan prasarana untuk peningkatan nilai ekonomi lahan 3 Jika lebih dari 50 anggaran dialokasikan untuk menyediakan sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan nilai ekonomi lahan 2 Jika kurang dari 50 anggaran dialokasikan untuk menyediakan sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan nilai ekonomi lahan 1 Jika terdapat sedikit anggaran yang dialokasikan untuk menyediakan sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan nilai ekonomi lahan 230 231 Lampiran 15. Analisis Kelayakan Ekonomi Perhitungan biaya Biaya Penanaman pohon - pemeliharaan - insentif No. Sasaran Kegiatan Luas ha Biayaha Rp. Total biaya Rp. Jangka waktu tahun 1 Lahan kosong Penanaman pemeliharaan 53.96 2 433 000 131 294 412 Insentif 53.96 2 500 000 134 910 000 3 2 Kebun Penanaman pemeliharaan 114.73 486 600 55 828 591 Insentif 114.73 1 000 000 114 732 000 3 3 Sawah Penanaman pemeliharaan 132.25 2 433000 321 769 116 Insentif 132.25 9 000 000 1 190 268 000 3 4 Pemukiman Penanaman pemeliharaan 70.45 2 433 000 171 409 716 Insentif 70.45 10 000 000 704 520 000 3 No. Sasaran Kegiatan Biaya Rp. 1 Lahan kosong Penanaman pemeliharaan 131 294 412 Insentif 404 730 000 2 Kebun Penanaman pemeliharaan 55 828 591 Insentif 344 196 000 3 Sawah Penanaman pemeliharaan 321 769 116 Insentif 3 570 804 000 4 Pemukiman Penanaman pemeliharaan 171 409 716 Insentif 2 113 560 000 Jumlah 7 113 591 835 232 Lampiran 15. Analisis Kelayakan Ekonomi Lanjutan Pelaksanaan kegiatan penanaman pohon - pemeliharaan – insentif Sasaran Tahun 1 2 3 4 5 Lahan kosong 131 294 412 Insentif 134 910 000 134 910 000 134 910 000 Kebun 55 828 591 Insentif 114 732 000 114 732 000 114 732 000 Sawah 80 442 279 80 442 279 80 442 279 80 442 279 Insentif 297 567 000 595 134 000 892 701 000 1 190 268 000 Pemukiman Insentif Jumlah 436 765 003 627 651 279 925 218 279 973 143 279 1 270 710 279 Sasaran Tahun 6 7 8 9 10 Lahan kosong Insentif Kebun Insentif Sawah Insentif 595 134 000 Pemukiman 171 409 716 Insentif 704 520 000 704 520 000 704 520 000 Jumlah 595 134 000 875 929 716 704 520 000 704 520 000 233 Lampiran 15. Analisis Kelayakan Ekonomi Lanjutan Biaya peningkatan produktivitas hasil perkebunan No. Sasaran Luas ha Biayaha Rp. Biaya Rp. Jangka waktu tahun 1 Lahan kosong 53 96 784 051 42 310 528 3 2 Kebun 114 73 784 051 89 955 739 3 3 Sawah 132 25 784 051 103 692 313 3 4 Pemukiman 70 45 784 051 55 237 961 3 No. Sasaran Biaya Rp. Jangka waktu Total biaya Rp. 1 Lahan kosong 42 310 528 3 126 931 584 2 Kebun 89 955 739 3 269 867 218 3 Sawah 103 692 313 3 311 076 939 4 Pemukiman 55 237 961 3 165 713 883 Jumlah 873 589 624 Sasaran Tahun 1 2 3 4 5 Lahan kosong 42 310 528 42 310 528 42 310 528 Kebun 89 955 739 89 955 739 89 955 739 Sawah 103 692 313 Pemukiman Jumlah 89 955 739 132 266 267 235 958 580 42 310 528 - Sasaran Tahun 6 7 8 9 10 Lahan kosong Kebun Sawah 103 692 313 103 692 313 Pemukiman 55 237 961 55 237 961 55 237 961 Jumlah 103 692 313 103 692 313 55 237 961 55 237 961 55 237 961 234 Lampiran 15. Analisis Kelayakan Ekonomi Lanjutan Biaya peningkatan kapasitas industri kecil No. Sasaran Luas ha Jumlah Unit Biayaunit Rp. Biaya Rp. 1 Lahan kosong 53.96 5 1 833 625 98 949 740 2 Kebun 114 .73 11 1 833 625 210 375 464 3 Sawah 132.25 13 1 833 625 242 500 574 4 Pemukiman 70. 45 7 1 833 625 129 182 549 No. Sasaran Biaya Rp. Jangka waktu tahun Total biaya Rp. 1 Lahan kosong 98 949 740 3 296 849 219 2 Kebun 210 375 464 3 631 126 391 3 Sawah 242 500 574 3 727 501 721 4 Pemukiman 129 182 549 3 387 547 646 Jumlah 2 043 024 975 Biaya peningkatan sarana dan prasarana Biaya untuk 10 tahun pertama No Desakelurahan Biayadesakel Rp. Jangka waktu tahun Biaya 1 Lawo 150 000 000 10 1 500 000 000 2 Ompo 150 000 000 10 1 500 000 000 3 Ganra 150 000 000 10 1 500 000 000 Jumlah 4 500 000 000 235 Biaya untuk 10 tahun kedua No Desakelurahan Biayadesakel Rp. Jangka waktu tahun Biaya 1 Lawo 75 000 000 10 750 000 000 2 Ompo 75 000 000 10 750 000 000 3 Ganra 75 000 000 10 750 000 000 Jumlah 2 250 000 000 Biaya pembuatan tanggul Perkiraan Volume m 3 Biayam Biaya Rp. 3 1200 3 677 869 4 413 442 800 No. Jenis kegiatan Biaya Rp. 1 Biaya Penanaman pohon - pemeliharaan - insentif 7 113 591 835 2 Peningkatan produktivitas 873 589 624 3 Peningkatan kapasitas industri kecil 2 043 024 975 4 Peningkatan sarana prasarana 6 750 000 000 5 Biaya struktur tanggul 4 413 442 800 Total Biaya Rp. 18 943 649 234 236 Lampiran 15. Analisis Kelayakan Ekonomi Lanjutan Perhitungan manfaat Tahun Luas lahan eks genangan periodik Luas lahan eks genangan periodik ha Benefit 1 Rp. 1 2 3 4 10 47.11 423 954 000 5 20 94.21 847 908 000 6 30 141.32 1 271 862 000 7 40 188.42 1 695 816 000 8 50 235.53 2 119 770 000 9 60 282.64 2 543 724 000 10 70 329.74 2 967 678 000 11 80 376.85 3391 632 000 12 90 423.95 3 815 586 000 13 100 471.06 4 239 540 000 14 100 471.06 4 239 540 000 15 100 471.06 4 239 540 000 16 100 471.06 4 239 540 000 17 100 471.06 4 239 540 000 18 100 471.06 4 239 540 000 19 100 471.06 4 239 540 000 20 100 471.06 4 239 540 000 Jumlah 52 994 250 000 237 Lampiran 15. Analisis Kelayakan Ekonomi Lanjutan Tahun luas lahan pengelolaan bantaran 5 luas lahan pengelolaan bantaran ha Benefit 2 Rp. 1 2 3 4 10 37.44 269 568 000 5 20 74.88 539 136 000 6 30 112.32 808 704 000 7 40 149.76 1 078 272 000 8 50 187.20 1 347 840 000 9 50 187.20 1 347 840 000 10 60 224.64 1 617 408 000 11 70 262.08 1 886 976 000 12 80 299.52 2 156 544 000 13 90 336.96 2 426 112 000 14 100 374.40 2 695 680 000 15 100 374.40 2 695 680 000 16 100 374.40 2 695 680 000 17 100 374.40 2 695 680 000 18 100 374.40 2 695 680 000 19 100 374.40 2 695 680 000 20 100 374.40 2 695 680 000 Jumlah 32 348 160 000 238 Lampiran 15. Analisis Kelayakan Ekonomi Lanjutan Tahun Benefit 1 Rp. Benefit 2 Rp. Total Benefit Rp. 1 2 3 4 423 954 000 269 568 000 693 522 000 5 847 908 000 539 136 000 1 387 044 000 6 1 271 862 000 808 704 000 2 080 566 000 7 1 695 816 000 1 078 272 000 2 774 088 000 8 2 119 770 000 1 347 840 000 3 467 610 000 9 2 543 724 000 1 347 840 000 3 891 564 000 10 2 967 678 000 1 617 408 000 4 585 086 000 11 3391 632 000 1 886 976 000 5 278 608 000 12 3 815 586 000 2 156 544 000 5 972 130 000 13 4 239 540 000 2 426 112 000 6 665 652 000 14 4 239 540 000 2 695 680 000 6 935 220 000 15 4 239 540 000 2 695 680 000 6 935 220 000 16 4 239 540 000 2 695 680 000 6 935 220 000 17 4 239 540 000 2 695 680 000 6 935 220 000 18 4 239 540 000 2 695 680 000 6 935 220 000 19 4 239 540 000 2 695 680 000 6 935 220 000 20 4 239 540 000 2 695 680 000 6 935 220 000 Jumlah 52 994 250 000 32 348 160 000.00 85 342 410 000 239 Lampiran 15. Analisis Kelayakan Ekonomi Lanjutan Biaya Tahun 1 2 3 4 5 Biaya Penanaman pohon - pemeliharaan - insentif 436 765 003 627 651 279 925 218 279 973 143 279 1 270 710 279 Biaya peningkatan produktivitas 89 955 739 132 266 267 235 958 580 42 310 528 - Peningkatan kapasitas industri kecil 98 949 740 309 325 203 309 325 203 Peningkatan sarana prasarana 450 000 000 450 000 000 450 000 000 450 000 000 450 000 000 Biaya struktur tanggul 1 103 360 700 1 103 360 700 1 103 360 700 1 103 360 700 Jumlah 2 080 081 443 2 313 278 246 2 813 487 299 2 878 139 710 2 030 035 482 Biaya Tahun 6 7 8 9 10 Biaya Penanaman pohon - pemeliharaan - insentif 595 134 000 875 929 716 704 520 000 704 520 000 Biaya peningkatan produktivitas 103 692 313 103 692 313 55 237 961 55 237 961 55 237 961 Peningkatan kapasitas industri kecil 452 876 037 371 683 122 371 683 122 129 182 549 Peningkatan sarana prasarana 450 000 000 450 000 000 450 000 000 450 000 000 450 000 000 Biaya struktur tanggul Jumlah 1 601 702 350 1 801 305 151 1 581 441 083 1 338 940 510 505 237 961 240 Lampiran 15. Analisis Kelayakan Ekonomi Lanjutan Biaya Tahun 11 12 13 14 15 Biaya Penanaman pohon - pemeliharaan - insentif Biaya peningkatan produktivitas Peningkatan kapasitas industri kecil Peningkatan sarana prasarana 225 000 000 225 000 000 225 000 000 225 000 000 225 000 000 Biaya struktur tanggul Jumlah 225 000 000 225 000 000 225 000 000 225 000 000 225 000 000 Biaya Tahun 16 17 18 19 20 Biaya Penanaman pohon - pemeliharaan - insentif Biaya peningkatan produktivitas Peningkatan kapasitas industri kecil Peningkatan sarana prasarana 225 000 000 225 000 000 225 000 000 225 000 000 225 000 000 Biaya struktur tanggul Jumlah 225 000 000 225 000 000 225 000 000 225 000 000 225 000 000 241 Lampiran 15. Analisis Kelayakan Ekonomi Lanjutan Perhitungan BC Tahun Benefit Rp. Cost Rp. 1+it B1+it C1+it 1 2 080 081 443 1.07 1 948 554 044 2 2 313 278 246 1.14 2 029 981 623 3 2 813 487 299 1.22 2 312 817 196 4 693 522 000 2 878 139 710 1.30 2 216 360 169 5 1 387 044 000 2 030 035 482 1.39 500 288 850 1 464 415 140 6 2 080 566 000 1 601 702 350 1.48 937 309 321 1 082 366 919 7 2 774 088 000 1 801 305 151 1.58 1 317 062 277 1 140 281 569 8 3 467 610 000 1 581 441 083 1.69 1 645 042 657 937 799 392 9 3 891 564 000 1 338 940 510 1.80 1 926 279 458 743 789 987 10 4 585 086 000 505 237 961 1.92 2 025 094 714 262 916 072 11 5 278 608 000 225 000 000 2.05 2 235 119 591 109 682 110 12 5 972 130 000 225 000 000 2.19 2 410 487 075 102 746 707 13 6 665 652 000 225 000 000 2.34 2 554 740 334 96 249 843 14 6 935 220 000 225 000 000 2.50 2 671 113 021 90 163 787 15 6 935 220 000 225 000 000 2.66 2 603 406 512 84 462 564 16 6 935 220 000 225 000 000 2.84 2 438 788 302 79 121 840 17 6 935 220 000 225 000 000 3.04 2 284 579 205 74 118 819 18 6 935 220 000 225 000 000 3.24 2 140 121 035 69 432 149 19 6 935 220 000 225 000 000 3.46 2 004 797 223 65 041 826 20 6 935 220 000 225 000 000 3.69 1 878 030 185 60 929 111 Jumlah 85 342 410 000 21 193 649 234 31 572 259 768 14 971 230 878 BC = 31 572 259 76814 971 230 878 = 2.11 Lampiran 8. Rekomendasi Garis Sempadan Sungai pada Sungai Lawo Berdasarkan Konsep Ekohidrolik Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan 100 meter 100 meter 50 meter 50 meter 100 – 150 meter 100 – 150 meter Garis Sempadan Sungai PP No. 26 Tahun 2008 PP No. 38 tahun 2011 Ekohidrolik MODEL PENGELOLAAN SUNGAI BERBASIS PADA KONSEP EKOHIDROLIK Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan 100 meter 100 meter 100 meter 100 meter 150 meter 150 meter Garis Sempadan Sungai PP No. 26 Tahun 2008 Permen PU No.63PRT1993 Ekohidrolik Lampiran 8. Rekomendasi Garis Sempadan Sungai pada Sungai Lawo Berdasarkan Konsep Ekohidrolik M PENG S BERB KO EKO MODEL PENGELOLAAN SUNGAI BERBASIS PADA KONSEP EKOHIDROLIK Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan 100 meter 100 meter 50 meter 50 meter 150 meter 150 meter Garis Sempadan Sungai PP No. 26 Tahun 2008 PP No. 38 tahun 2011 Ekohidrolik Lampiran 8. Rekomendasi Garis Sempadan Sungai pada Sungai Lawo Berdasarkan Konsep Ekohidrolik Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan 100 meter 100 meter 50 meter 50 meter 150 meter 150 meter Garis Sempadan Sungai PP No. 26 Tahun 2008 PP No. 38 Tahun 2011 Ekohidrolik MODEL PENGELOLAAN SUNGAI BERBASIS PADA KONSEP EKOHIDROLIK Lampiran 8. Rekomendasi Garis Sempadan Sungai pada Sungai Lawo Berdasarkan Konsep Ekohidrolik MODEL PENGELOLAAN SUNGAI BERBASIS PADA KONSEP EKOHIDROLIK Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan 100 meter 100 meter 50 meter 50 meter 150 meter 150 meter Garis Sempadan Sungai PP No. 26 Tahun 2008 PP No. 38 Tahun 2011 Ekohidrolik Lampiran 8. Rekomendasi Garis Sempadan Sungai pada Sungai Lawo Berdasarkan Konsep Ekohidrolik MODEL PENGELOLAAN SUNGAI BERBASIS PADA KONSEP EKOHIDROLIK Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan 100 meter 100 meter 50 meter 50 meter 120 meter 120 meter Garis Sempadan Sungai PP No. 26 Tahun 2008 PP No. 38 Tahun 2011 Ekohidrolik Lampiran 8. Rekomendasi Garis Sempadan Sungai pada Sungai Lawo Berdasarkan Konsep Ekohidrolik MODEL PENGELOLAAN SUNGAI BERBASIS PADA KONSEP EKOHIDROLIK Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan 100 meter 100 meter 50 meter 50 meter 100 meter 100 meter Garis Sempadan Sungai PP No. 26 Tahun 2008 PP No. 38 Tahun 2011 Ekohidrolik Lampiran 8. Rekomendasi Garis Sempadan Sungai pada Sungai Lawo Berdasarkan Konsep Ekohidrolik MODEL PENGELOLAAN SUNGAI BERBASIS PADA KONSEP EKOHIDROLIK Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan 100 meter 100 meter 50 meter 50 meter 120 meter Garis Sempadan Sungai PP No. 26 Tahun 2008 PP No. 38 Tahun 2011 Ekohidrolik Lampiran 8. Rekomendasi Garis Sempadan Sungai pada Sungai Lawo Berdasarkan Konsep Ekohidrolik MODEL PENGELOLAAN SUNGAI BERBASIS PADA KONSEP EKOHIDROLIK Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan 100 meter 100 meter 50 meter 50 meter 150 meter 150 meter Garis Sempadan Sungai PP No. 26 Tahun 2008 PP N0. 38 Tahun 2011 Ekohidrolik Lampiran 14. Penilaian Pengaruh Kegiatan Terhadap Skenario dengan Metode Bayes Lanjutan Nilai alternatif Nilai alternatif x bobot Nilai alternatif Nilai alternatif x bobot Nilai alternatif Nilai alternatif x bobot Nilai alternatif Nilai alternatif x bobot Nilai alternatif Nilai alternatif x bobot Reboisasi dan Pengkayaan Tanaman 1 0.097 1 0.043 1 0.089 1 0.299 0.528 8 Pengembangan hutan tanaman 1 0.043 2 0.178 2 0.956 1.177 3 Peningkatan produksi tanaman perkebunan dan kehutanan 2 0.178 2 0.956 1.134 4 Penanaman bibit pohon pada bantaran sungai 2 0.194 3 0.267 3 1.434 1.895 1 Program penataan struktur industri kecil dan menengah 1 0.097 1 0.043 1 0.478 0.618 7 Rehabilitasi daerah aliran sungai 3 0.897 0.897 6 Pemetaan dan penyidikan tata lingkungan dan mitigasi bencana 2 0.598 1 0.478 1.076 5 Pengembangan UKM dalam pemanfaatan sumber daya lingkungan 1 0.097 1 0.043 0.14 9 Peningkatan sarana dan prasarana sosial ekonomi masyarakat dan desa. 1 0.043 2 0.598 2 0.956 1.597 2 Nilai Alterna tif Peringkat Alternatif Kriteria Peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat 0.097 Insentif dana bagi masyarakat 0.043 Bantuan bibit dan penyuluhan 0.089 Pengawasan dan pemeliharaan 0.299 Peny sarana dan prasarana untuk peningkatan nilai ekonomi lahan 0.478 iii NURLITA PERTIWI, Development River Management Model Based on Ecohydraulic Concept. Case Study at Lawo River of Soppeng Regency, Province of South Sulawesi. Supervised by ASEP SAPEI, YANUAR J.PURWANTO and I WAYAN ASTIKA. ABSTRACT Ecohydraulic is a concept that combines ecological and hydraulical aspect in managing river environment. The ecological issues in this research is the vegetation grown in the river bank as flood retention, while hydraulical aspect refers to the flows of water in river bank to reduce flooding. The aims of the research were : 1 to develop a river management model based on ecohydraulic concept; to characterize the optimal width of riverbank and appropriate vegetation; 2 to develop government policies to support river management based on ecohydraulic concept, and 3 to study the implementation of the model at Lawo River of Soppeng Regency. The output of river management model can be used as the recommendation of demarcation line of the river, while the policies can be used as a basis of policies of local government. As the implementation of the models, the data were collected from the Lawo River South Sulawesi between May 2010 to December 2010. River management model is based on ecohydraulic concept, it uses six variables were rainfall intensity, channel roughness, water level without management, land use score, flooding and the height of inundation. The policies model were developed in four steps : community participation level, study of social economic condition of community, study of effect social economic condition to the participation and study of policies of river management. The policies model can be used to determine scenarios and strategic activities which can effect the implementation of river management model. The optimal width of riverbanks at Lawo River varies between 100 m and 150 m with vegetation diameter between 10 cm and 20 cm. This implies to the flooding water level less then 2.5 m and velocity of flow can be reduced to 76. The best scenario found in this research suggests the improvement of infrastructure in order to increase the value of land. The best government program is increasing the population of vegetation in the river bank. Keywords : flood retention, ecohydraulic and river management iv NURLITA PERTIWI, Pengembangan Model Pengelolaan Sungai Berbasis Pada Konsep Ekohidrolik Studi Kasus Sungai Lawo Kabupaten Soppeng Propinsi Sulawesi Selatan. Dibimbing Oleh ASEP SAPEI, YANUAR J.PURWANTO dan I WAYAN ASTIKA. RINGKASAN Konsep ekohidrolik merupakan salah satu konsep yang digunakan dalam pengelolaan sungai sebagai upaya pencegahan banjir Konsep ekohidrolik yang digunakan adalah pengelolaan sungai secara non struktural melalui upaya penataan bantaran sungai sebagai daerah genangan. Konsep ini dilakukan dengan mengintegrasikan komponen ekologi dan hidrolik sungai. Komponen ekologi pada bantaran sungai dapat dimanfaatkan sebagai komponen retensi hidrolik yang menahan aliran air sehingga terjadi perendaman banjir pada bantaran sungai. Dengan adanya genangan pada bantaran sungai, maka kualitas ekologi sungai dapat dipertahankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pengelolaan sungai berbasis konsep ekohidrolik dengan mengoptimalkan lebar bantaran sungai dan pemilihan diameter vegetasi yang tepat, mengembangkan model kebijakan yang mendukung pelaksanaan pengelolaan sungai dengan konsep ekohidrolik, serta mengkaji penerapan model kebijakan pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik pada Sungai Lawo Kabupaten Soppeng. Kegiatan pengumpulan data penelitian di lokasi penelitian dilaksanakan mulai pada bulan Mei 2010 hingga bulan Desember 2010. Model pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik dibagi atas enam sub model yaitu sub model hidrologi, sub model hidrolika, sub model tata guna lahan, sub model beban banjir dan sub model ekohidrolik. Sub model hidrologi dilakukan untuk menghitung probabilitas curah hujan dengan menggunakan parameter intensitas hujan, hujan efektif dan debit banjir. Sub model hidrolika dilakukan untuk memperoleh karakteristik hidrolika sungai yaitu kekasaran saluran, kapasitas maksimum sungai Q dan tinggi muka air banjir h. Sub model tata guna lahan bertujuan untuk menentukan wilayah yang memiliki potensi bantaran untuk dilakukan pengelolaan sungai secara ekohidrolik. Sub model beban banjir adalah analisis untuk menilai seberapa besar ancaman banjir pada setiap lokasi yaitu dengan menghitung selisih tinggi tanggul dengan muka air banjir. Sub model ekohidrolik terdiri atas perhitungan lebar bantaran optimal dan perhitungan tinggi genangan dan kecepatan aliran Arahan kebijakan pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik disusun untuk mengetahui skenario kebijakan yang dapat mempengaruhi keberhasilan penerapan konsep ekohidrolik pada bantaran sungai. Kebijakan disusun dengan empat tahapan yaitu kajian tingkat partisipasi masyarakat dengan menggunakan metode skala penilaian komperatif, kajian kondisi sosial ekonomi v masyarakat dengan menggunakan tabulasi frekuensi, kajian pengaruh faktor sosial ekonomi masyarakat terhadap tingkat partisipasinya dianalisis dengan menggunakan analisis neural network metode algoritma back propagation dan kajian arahan kebijakan pengelolaan sungai dianalisis dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process dan Metode Bayes. Hasil penerapan model pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik memberikan gambaran bahwa disain penataaan bantaran sungai dengan diameter vegetasi antara 10 cm hingga 20 cm dengan lebar bantaran minimum bervariasi untuk setiap lokasi. Lebar bantaran minimum 150 meter diterapkan pada empat lokasi, lebar minimum 120 meter pada 2 lokasi dan hanya satu lokasi dengan lebar bantaran 100 meter. Dengan konsep ekohidrolik tersebut, maka diperoleh reduksi tinggi genangan di bantaran sungai dan kecepatan aliran air. Tinggi genangan di bantaran sungai tanpa penataan bantaran setinggi 2.6 meter - 11.2 meter sedang dengan adanya penataan bantaran sungai, tinggi genangan menjadi 0.7 meter – 2.5 meter. Kecepatan aliran dapat direduksi antara 10 - 76. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa penataan bantaran sungai dapat memberi manfaat pada tindakan pengendalian banjir. Penataan ini merupakan dasar dalam penetapan garis sempadan sungai. Hasil penerapan model kebijakan pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden menunjukkan partisipasi dengan kategori yang tinggi yaitu sebanyak 28 orang 46.7. Selanjutnya jumlah responden yang menunjukkan partisipasi rendah dan sedang sebanyak 32 orang 53.3. Hasil analisis frekuensi menunjukkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yaitu tingkat pendidikan didominasi oleh pendidikan SMA 51.7, dengan pendapatan per tahun antaran Rp.5 juta hingga Rp. 10 juta. Masyarakat pada umumnya kurang paham terhadap konsep ekohidrolik dan dominasi luas lahan yang dikelola antara 1 ha hingga 2 ha dengan status kepemilikan adalah milik sendiri. Kerugian akibat pengendalian banjir dinilai kecil oleh masyarakat, sedang kerugian akibat banjir dinilai tinggi. Hasil analisis pengaruh kondisi sosial ekonomi masyarakat terhadap partisipasinya diperoleh bahwa kerugian masyarakat akibat pengelolaan sungai dan kerugian akibat banjir menunjukkan pengaruh yang terbesar dibandingkan dengan faktor lain. Kebijakan pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik disusun dengan memprioritaskan kemampuan sumber daya manusia yang terlibat dalam program yaitu petani serta aparat pemerintah yang diberi wewenang dalam tindakan perencanaan hingga monitoring. Stakeholder yang paling berperan adalah petani dengan program pengembangannya ekonomi masyarakat sebagai program prioritas. Selanjutnya skenario terbaik yang dapat dilakukan dalam penerapan konsep ekohidrolik adalah penyediaan sarana dan prasarana dalam upaya peningkatan nilai ekonomi lahan. Hasil analisis metode Bayes menunjukkan bahwa kegiatan yang paling strategis mendukung kebijakan pengelolaan sungai berbasis pada konsep ekohidrolik adalah penanaman pohon pada bantaran sungai. Kata kunci : pengendalian banjir, ekohidrolik, pengendalian sungai I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di Indonesia adalah degradasi fungsi ekosistem daerah aliran sungai. Dalam Undang Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air diuraikan bahwa daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Fungsi ekosistem tersebut sangat penting terhadap ketersediaan sumber daya air. Namun demikian, fungsi ini menurun akibat kegiatan manusia. Peningkatan jumlah DAS kritis yaitu data pada tahun 1984 tercatat 22 DAS yang mencapai status kritis, tahun 1992 meningkat menjadi 39, dan tahun 1998 menjadi 59 DAS. Pada 2005, jumlah DAS yang kritis di Indonesia mencapai 62 DAS dan pada tahun 2008 tercatat sebanyak 291 DAS kritis yaitu di Pulau Jawa sebanyak 116 DAS dari 141 DAS, sedang di luar Pulau Jawa terdapat 175 DAS yang rusak dari 326 DAS Murtilaksono, 2009. Kriteria penetapan DAS kritis yaitu rendahnya prosentase penutupan lahan, tingginya laju erosi tahunan, besarnya rasio debit sungai maksimum dan debit minimum, serta kandungan lumpur sediment load yang berlebihan Suripin, 2002. Fenomena DAS kritis menuntut adanya pengelolaan sungai yang tepat sehingga dampak kerusakan lingkungan terhadap kehidupan manusia dapat diperkecil. Volume air yang berlebihan atau besarnya debit pada musim hujan menyebabkan banjir atau meluapnya air sungai akibat tingginya curah hujan dan menghasilkan air permukaan run off. Air hujan yang jatuh hanya sebagian kecil yang meresap ke dalam tanah, dan sebagian besar mengalir di permukaan atau menuju sungai. Daya tampung sungai yang semakin kecil menyebabkan terjadinya luapan dan menggenangi wilayah sekitarnya. Daya tampung sungai dipengaruhi oleh terjadinya erosi dan sedimentasi yang berlebihan yang disebabkan oleh kegiatan manusia pada wilayah bantaran sungai serta kemiringan lereng dan kondisi tanah. Aliran air yang berlebihan juga dapat menyebabkan kelongsoran tanah dan memperbesar angkutan sedimen. Banjir menyebabkan kerugian materi bagi manusia sehingga perlu dilakukan tindakan pengelolaan sungai khususnya sebagai upaya pengendalian banjir. Linsley et al. 1996 menguraikan bahwa pengendalian banjir merupakan tindakan pengurangan kerugian banjir flood damage mitigation. Tindakan tersebut dapat berbentuk pengurangan puncak banjir dengan waduk, pengurangan aliran banjir di dalam suatu alur, penurunan permukaan puncak banjir, pengalihan air banjir, usaha membuat kebal banjir, pengurangan limpasan banjir, peringatan banjir dan pengolahan dataran banjir. Secara spesifik, upaya pengendalian banjir dilakukan dengan dua metode yaitu upaya dengan bangunan structural method dan dengan pengaturan yang sifatnya tidak membuat bangunan fisik non structural method. Pengendalian banjir secara struktural pada prinsipnya dilakukan dengan cara membangun struktur atau bangunan air yang dapat meningkatkan kapasitas pengaliran penampang sungai atau mengurangi debit banjir yang mengalir. Pengelolaan sungai secara struktural merupakan konsep yang umum dilakukan di Indonesia dengan tujuan untuk mengalirkan air secepatnya ke hilir, melindungi kawasan sekitar sungai dari banjir serta pemanfaatan air yang optimal. Pembuatan bangunan fisik seperti tanggul atau pembetonan tebing diharapkan dapat melindungi sungai dari kejadian banjir. Dengan demikian, maka terjadi percepatan aliran air menuju ke hilir sehingga bagian hilir akan menanggung volume air yang lebih besar dalam waktu yang lebih cepat. Selain itu, pembetonan atau tanggul pada sisi kiri dan kanan sungai akan meningkatan energi air akibat kecepatannya, dan pada daerah yang tidak mendapat perlindungan tebing, maka terjadi pengikisan atau erosi yang besar. Konsep pengelolaaan sungai yang diuraikan tersebut memberi dampak pada perubahan morfologis sungai yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat. Pembangunan tanggul sungai juga akan menyebabkan hilangnya potensi retensi morfologi dan ekologi di kanan dan kiri sungai serta pengurangan kemampuan penyerapan air pada daerah bantaran sungai. Pengelolaan sungai dengan membangun bendungan akan memutus ekosistem alur sungai secara drastis dari hulu ke hilir, sehingga sungai tidak lagi menjadi satu kesatuan ekosistem. Selain itu, pengendalian banjir secara struktural membutuhkan biaya pembangunan dan pemeliharaan. Dengan kelemahan tersebut, maka dibutuhkan pengelolaan yang dapat mencegah terjadinya banjir serta mempertahankan kondisi ekologis sungai. Pengelolaan sungai dan pencegahan banjir secara non struktural dilakukan dengan penataan bantaran sungai yang dijadikan sebagai daerah genangan. Konsep ini dilakukan dengan mengintegrasikan komponen ekologi dan hidrolik sungai. Komponen ekologi pada bantaran sungai dapat dimanfaatkan sebagai komponen retensi hidrolik yang menahan aliran air sehingga terjadi perendaman banjir pada bantaran sungai. Dengan adanya genangan pada bantaran sungai, maka kualitas ekologi sungai dapat dipertahankan. Konsep ekohidrolik dapat dikembangkan dengan pendekatan eco- engineering atau pemanfaatan komponen ekologi untuk perbaikan struktur fisik wilayah sungai. Maryono 2005 menguraikan bahwa pengelolaan sungai secara ekohidrolik ditujukan untuk melestarikan komponen ekologi di lingkungan sungai dalam rekayasa hidrolik. Penerapan konsep ekohidrolik pada sungai sebagai perlindungan dari erosi tebing sungai yaitu dengan pembuatan riparian buffer strips atau penanaman vegetasi pada bantaran sungai. Dengan adanya vegetasi yang ditanam di tepi sungai juga mendinginkan air sungai yang menciptakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan berbagai jenis binatang air. Landasan teoritis hidrolis dari eco-engineering yaitu vegetasi dengan tajuk tanaman akan memperkecil kecepatan air hingga ke tanah. Dengan memperkecil kecepatan air pada sungai maka masalah banjir pada daerah hilir dapat dikurangi serta kondisi alamiah sungai dapat dipertahankan. Arsyad 2006 menguraikan bahwa tumbuhan berupa pepohonan, rumputan dan semak-semak atau campuran berbagai bentuk dan jenis vegetasi yang ditanam sepanjang tepi kiri dan kanan sungai disebut riparian buffer strips atau filter strips. Penyangga riparian berfungsi untuk menjaga kelestarian fungsi sungai dengan cara menahan atau menangkap tanah lumpur yang tererosi serta unsur –