hari. Hal ini dikarenakan betina muda belum memiliki teritori khusus dan masih mengadopsi teritori induknya Mathews  Porter 1993. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya kompetisi dan konflik. Hal ini pulalah yang menyebabkan rusa  betina  muda  di  hasil  penelitian  ini  hanya  ditemukan  secara  soliter  dan  jauh
dari induknya meskipun masih dalam satu kelompok.
5.4.2 Lama waktu makan
Perjumpaan langsung dengan rusa sambar yang melakukan aktivitas makan dalam  penelitian  ini  sangat  kecil,  yakni  hanya  21  kali  perjumpaan  dan  tercatat
sebanyak  31  individu.  Hal  ini  dikarenakan  selama  penelitian  hujan  terjadi  terus- menerus. Kelton dan Skipworth 1987 menyatakan bahwa rusa sambar akan lebih
susah dijumpai pada saat penghujan karena rusa sambar akan cenderung tinggal di dalam hutan yang memiliki pelindung cover. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa rusa sambar menggunakan waktu untuk makan secara acak Gambar 15.
Gambar  di  atas  menunjukkan  bahwa  paling  tinggi  rusa  sambar  banyak ditemukan adalah pada malam hari yakni mulai pukul 20.01
−22.00 WIB sebanyak 8  individu,  sedangkan  untuk  waktu  yang  sama  sekali  tidak  ditemukan  adanya
perilaku  makan  rusa  sambar  adalah pada  pukul  10.00  WIB−14.00  WIB  serta
pukul 00.00−00.04 WIB. Padahal berdasarkan penelitian Sutrisno 1986 aktivitas rusa sambar untuk merumput dilakukan pada dini hari hingga menjelang pagi dan
sore  hari.  Pada  dini  hari  sekitar  03.45 −05.00  WIB  sedangkan  sore  hari
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Jum la
h i
n d
ivi du
y an
g di
te m
uka n
Waktu perjumpaan
Gambar 15 Sebaran waktu ditemukannya rusa sambar ketika makan di Resort Teluk Pulai, TN Tanjung Puting.
17.30 −18.30  WIB.  Diantara  dua  periode  tersebut  rusa  sambar  banyak  terlihat
dalam  keadaan  berbaring  pada  jam  15.00  WIB.      Kondisi  ini  menurut  Bentley 1978 yang diacu dalam Semiadi 2006 merupakan suatu kewajaran karena pada
dasarnya  aktivitas  mencari  makan  oleh  rusa  sambar  sangat  dipengaruhi  oleh fotoperiod.
Kemampuan bereaksi terhadap fotoperiod menunjukkan bahwa hewan mempunyai mekanisme mengukur jumlah jam siang dan jumlah jam malam atau
salah  satu  diantaranya. Sedangkan  Subagyo  2000  mengemukakan  bahwa
perubahan pola grazing pada siang hari dan waktu yang digunakan untuk grazing merupakan respon perilaku hewan terhadap efek fisiologi akibat perubahan iklim
dan  jumlah  pakan  yang  tersedia.  Selain  itu  juga  dikarenakan  perbedaan  umur, ukuran tubuh dan status fisiologi.
Hasil  pengamatan  di  lapangan  juga  menunjukkan  bahwa  pejantan  tua  rusa sambar  lebih  sering  teramati  yakni  sebanyak  12  individu  jika  dibandingkan
dengan  kelas  umur  dan  jenis  kelamin  yang  lain  data  terlampir.  Hal  ini dikarenakan  pada  saat  makan,  pejantan  tua  akan  lebih  aktif.  Di  penangkaran
dalam mencari makan pejantan akan lebih aktif mencari makanan dan betina juga memakan sisa makanan dari pejantan Reinken 1990.
Secara  umum  lama  waktu  makan  pejantan  per  segmen  lebih  cepat  jika dibandingkan  betina  kecuali  pada  saat  anakan  Tabel  8,  karena  kecepatan
pagutan  per  menit  pejantan  lebih  banyak  jika  dibandingkan  dengan  betina. Kecepatan  memagut  rumput  pada  rusa  sambar  jantan  dan  betina  pada  penelitian
Subagyo  2000  menunjukkan  bahwa    pagutan  menit  untuk  rusa  jantan 49,2
−66,54  dan  51,36−65,54  pagutan  menit  untuk  rusa  betina.  Sedangkan penelitian  Semiadi  et  al.  1993  di  penangkaran  menunjukkan  bahwa  kecepatan
makan  rusa  sambar  adalah  65,5 −66,9  pagutan  menit  pada  rusa  jantan  dan  62,9
pagutan menit pada rusa betina. Tabel  8  Analisis  lama  makan  rusa  sambar  dalam  satu  segmen  di  Resort  Teluk
Pulai, TN Tanjung Puting dengan Uji Chi-square
Kelas Umur O
i
E
i
χ
2
hitung
Jantan Tua 211,17
282,09 1,66
Betina Tua 469,5
399,07 12,43
Jantan Muda 192,5
214,94 17,58
Betina Muda 326,5
304,06 36,25
Jantan Anak 261
168,14 51,28
Betina Anak 145
237,86 2,34
Total 121,55
Hasil  analisis  lama  makan  rusa  sambar  berdasarkan  jenis  umur  dan  jenis kelamin  dengan  uji  chi-square  dengan  selang  kepercayaan  95  menunjukkan
bahwa lama makan sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin dan umur rusa sambar χ
2
hitung = 121,547; χ
2
tabel = 7,378. Nilai χ
2
hitung yang lebih besar lebih besar jika dibandingkan dengan nilai
χ
2
tabel menunjukkan bahwa hipotesis awal ditolak
dan  berarti  hipotesis  yang  menyatakan  bahwa  kelas  dan  jenis  kelamin berpengaruh terhadap lamanya waktu makan diterima. Perbedaan lamanya waktu
makan  antar  rusa  menurut  Staines  et  al.  1982  dapat  dipengaruhi  oleh  tiga  hal, yaitu  :  1  Adanya  kebutuhan  gizi  yang  berbeda  antar  individu,  2  bobot  badan
atau ukuran badan yang berbeda antar individu dan, 3 perbedaan dalam makanan yang  dimakan.  Dari  pernyataan  Staines  1982  di  atas,  jika  diasumsikan  satwa
tidak  hamil,  tidak  tumbuh,  sama  besar  dan  tidak  menyusui,  maka  jumlah  waktu yang dibutuhkan dalam mencari makanan antara pejantan dan betina adalah sama
besarnya. Waktu  yang  digunakan  oleh  rusa  sambar  untuk  makan  per  segmen  sangat
sedikit  yakni  paling  lama  hanya  sekitar  12  menit.  Waktu  yang  digunakan  untuk masing-masing  kelas  umur  dan  jenis  kelamin  adalah  sekitar  3  menit  31  detik
untuk jantan tua, 7 menit 49 detik untuk betina tua, 3 menit 12 detik untuk jantan muda, 5 menit 26 detik untuk betina muda, 4 menit 21 detik untuk jantan anak dan
untuk  betina  anak  adalah  sekitar  2  menit  25  detik.  Hal  ini  dikarenakan perpindahan yang cepat  oleh rusa sambar ketika makan. Rusa sambar akan terus
berjalan ketika makan dan ini mengakibatkan waktu pengamatan dan mengetahui perilaku  makan  rusa  sambar  semakin  sedikit.  Selain  itu  kewaspadaan  rusa  yang
tinggi  seringkali  menyebabkan  rusa  tidak  dapat  diamati  secara  lengkap  perilaku makannya karena rusa mengetahui keberadaan pengamat.
5.4.3 Perilaku lain