Tujuan Penelitian Manfaat penelitian Taksonomi Morfologi

Meskipun telah ditetapkan sebagai kawasan cagar biosfer dunia oleh UNESCO sejak tahun 1977, namun masih terdapat banyak permasalahan di Taman Nasional Tanjung Puting. Diantara permasalahan tersebut adalah adanya degradasi dan konversi lahan akibat perambahan hutan, illegal logging dan penambangan liar dalam kawasan Soedjito 2004, yang diduga berdampak negatif pada kerusakan habitat rusa sambar. Jika kondisi ini tetap dibiarkan, maka dalam jangka waktu yang tidak lama populasi rusa sambar terancam punah di habitat alaminya. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan populasi dan perlindungan terhadap habitatnya. Salah satu bentuk pengelolaan rusa sambar di Taman Nasional Tanjung Puting adalah akan didirikannya pusat pembinaan habitat rusa sambar. Keberhasilan pengelolaan tergantung pada rencana pengelolaan dan pemahaman terhadap seluruh proses ekologi yang berjalan di dalam ekosistem. Oleh karena itu, pemahaman tentang kondisi habitat terutama aspek pakan dan aspek perilaku makannya merupakan salah satu informasi penting dalam menentukan rencana pengelolaan rusa sambar di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting secara tepat dan berdaya guna.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui jenis pakan, bagian yang dimakan dan pola penyebaran tumbuhan pakan rusa sambar di Taman Nasional Tanjung Puting. 2. Mengetahui produktivitas, daya dukung dan ketersediaan pakan rusa sambar di Taman Nasional Tanjung Puting. 3. Mengetahui perilaku makan rusa sambar di Taman Nasional Tanjung Puting.

1.3 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam menentukan rencana konservasi rusa sambar dan manajemen habitatnya di Taman Nasional Tanjung Puting. Selain itu, pemahaman terhadap perilaku terutama perilaku makan dan jenis pakannya merupakan informasi penting dalam usaha pengembangan penangkaran rusa sambar di Indonesia. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi

Rusa sambar C. unicolor atau sering disebut rusa air tergolong dalam famili Cervidae Siregar et al. 1983. Penyebarannya meliputi Srilangka, India, Nepal, Cina, Indocina, Malaysia, Filipina dan Indonesia Gambar 1. Ada beberapa perbedaan morfologi di setiap daerah penyebaran tersebut, sehingga rusa sambar dibagi menjadi 16 sub-spesies. Sub-spesies rusa sambar di Kalimantan adalah C. unicolor brokei yang merupakan rusa sambar paling kecil ke dua setelah C. unicolor nigricans yang berasal dari Filipina Redaksi Ensiklopedi Indonesia 1988. Menurut Lekagul dan McNeely 1988, rusa sambar dikelompokkan ke dalam filum Chordata, sub filum Vertebrata, kelas Mamalia, ordo Artiodactyla, sub ordo Ruminantia, famili Cervidae, genus Cervus dan spesies Cervus unicolor Kerr, 1792. Sedangkan sinonimnya adalah Cervus uqienus Cuvier, 1823; Cervus cambojensis Gray, 1861 dan Rusa dejani Pousargus, 1896. Gambar 1 Daerah penyebaran rusa sambar di dunia.

2.2 Morfologi

Rusa sambar termasuk rusa berukuran tubuh paling besar di antara rusa-rusa yang hidup di Indonesia Semiadi 2006. Berat tubuhnya mencapai 185 −260 kg dengan panjang tubuh 140 −160 cm Lekagul McNeely 1988, bahkan Veever- Sumber: Lekagul dan McNeely 1988 Carter 1978 melaporkan berat rusa sambar dapat mencapai 300 kg. Semiadi 2006 menyatakan bahwa pada pejantan, panjang tubuh rusa sambar dapat mencapai 160 cm dengan berat badan 136 −320 kg. Sedangkan pada betina dewasa di peternakan Australia, berat badan rusa sambar dapat mencapai 228 kg Anderson 1984 diacu dalam Semiadi 1998. Kulit dan rambut pada rusa sambar umumnya kasar dan tidak terlalu rapat. Warna rambut cokelat dengan variasi agak kehitaman atau cokelat gelap pada jantan atau yang telah tua Gambar 2. Perubahan warna menjadi gelap tersebut khususnya pada jantan dominan menandakan masuknya pejantan ke musim kawin terutama pada musim pakan melimpah Semiadi 2006. Sedangkan pada musim panas warna yang lebih gelap pada seluruh rusa sambar terjadi karena rambutnya akan rontok, sehingga rusa sambar akan terlihat lebih gelap Lekagul McNeely 1988. Ciri lain pada rusa sambar adalah telinganya yang besar, ekor panjang dan lebat seperti ekor kuda. Rambut ekor bagian bawah berwarna putih sehingga sangat kontras dengan lingkungan sekitarnya Veever-Carter 1978. Lekagul dan McNeely 1988 menyatakan bahwa fungsi dari rambut ekor yang kontras tersebut dapat digunakan sebagai tanda bahaya bagi rusa yang lain jika diangkat. Ranggah bagi pejantan relatif kecil tetapi padat dan kuat. Susanto 1980 yang diacu dalam Semiadi 2006 mengemukakan bahwa panjang total ranggah berkisar 300 −750 mm sedangkan lebar antar ujung tanduknya 250 −500 mm. Secara sosiologis Bartos 1990 menyatakan bahwa ranggah merupakan status sosial pada pejantan saat musim kawin. Pada musim kawin ukuran dan bentuk ranggah berperan penting untuk kepentingan dominansi kelompok dibandingkan ukuran badan pejantan itu sendiri. Bentuk ranggah dapat digunakan untuk memperkirakan umur rusa sambar hanya pada tingkat umur kurang dari 4 tahun. Rusa sambar jantan yang berusia 1 −2 tahun memiliki ranggah dengan satu cabang, tiga tahun dengan dua cabang Gambar 2 Pejantan tua rusa sambar. Sumber: IUCN 2010 dan empat tahun dengan tiga cabang atau kadang-kadang dengan empat cabang Yasuma 1994. Sedangkan pada rusa sambar betina perkiraan umur didasarkan atas tinggi pada bagian bahu. Betina dewasa tingginya kurang lebih 120 cm; rusa sambar yang tingginya kurang dari 90 cm dikelompokkan sebagai anak dan rusa dengan tinggi antara 90 cm sampai kurang dari 120 cm dikelompokkan sebagai juvenil Eisenberg Lockhart 1972.

2.3 Habitat