Hasil  analisis  lama  makan  rusa  sambar  berdasarkan  jenis  umur  dan  jenis kelamin  dengan  uji  chi-square  dengan  selang  kepercayaan  95  menunjukkan
bahwa lama makan sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin dan umur rusa sambar χ
2
hitung = 121,547; χ
2
tabel = 7,378. Nilai χ
2
hitung yang lebih besar lebih besar jika dibandingkan dengan nilai
χ
2
tabel menunjukkan bahwa hipotesis awal ditolak
dan  berarti  hipotesis  yang  menyatakan  bahwa  kelas  dan  jenis  kelamin berpengaruh terhadap lamanya waktu makan diterima. Perbedaan lamanya waktu
makan  antar  rusa  menurut  Staines  et  al.  1982  dapat  dipengaruhi  oleh  tiga  hal, yaitu  :  1  Adanya  kebutuhan  gizi  yang  berbeda  antar  individu,  2  bobot  badan
atau ukuran badan yang berbeda antar individu dan, 3 perbedaan dalam makanan yang  dimakan.  Dari  pernyataan  Staines  1982  di  atas,  jika  diasumsikan  satwa
tidak  hamil,  tidak  tumbuh,  sama  besar  dan  tidak  menyusui,  maka  jumlah  waktu yang dibutuhkan dalam mencari makanan antara pejantan dan betina adalah sama
besarnya. Waktu  yang  digunakan  oleh  rusa  sambar  untuk  makan  per  segmen  sangat
sedikit  yakni  paling  lama  hanya  sekitar  12  menit.  Waktu  yang  digunakan  untuk masing-masing  kelas  umur  dan  jenis  kelamin  adalah  sekitar  3  menit  31  detik
untuk jantan tua, 7 menit 49 detik untuk betina tua, 3 menit 12 detik untuk jantan muda, 5 menit 26 detik untuk betina muda, 4 menit 21 detik untuk jantan anak dan
untuk  betina  anak  adalah  sekitar  2  menit  25  detik.  Hal  ini  dikarenakan perpindahan yang cepat  oleh rusa sambar ketika makan. Rusa sambar akan terus
berjalan ketika makan dan ini mengakibatkan waktu pengamatan dan mengetahui perilaku  makan  rusa  sambar  semakin  sedikit.  Selain  itu  kewaspadaan  rusa  yang
tinggi  seringkali  menyebabkan  rusa  tidak  dapat  diamati  secara  lengkap  perilaku makannya karena rusa mengetahui keberadaan pengamat.
5.4.3 Perilaku lain
perilaku rusa sambar di Taman Nasional Tanjung Puting TNTP cenderung lebih terlihat bersifat soliter dan jarang dapat ditemukan dalam kelompok besar di
alam  Gambar  16.  Hal  ini  diketahui  dengan  hanya  ditemukannya  1  individu dalam  satu  kali  perjumpaan  yakni  sebanyak  14  kali  66,67.  Selain  itu  rusa
sambar  juga  ditemukan  dalam  kelompok  kecil  dengan  ditemukannya  2  individu
dan 3 individu dalam satu kali perjumpaan dengan masing-masing sebesar 4 kali 19,05    dan  3  kali  14,28  .  Hal  ini  sesuai  dengan  pernyataan  Karant
Sunquist  1992 bahwa rusa sambar di India cenderung hidup secara soliter.
Gambar  16  Tingkat  perjumpaan  rusa  sambar  berdasarkan  jumlah  individu  yang ditemukan di Resort Teluk Pulai, TN Tanjung Puting.
Rusa  sambar  sebenarnya  cenderung  membentuk  kelompok  kecil  kecuali pada saat muda. Pejantan rusa sambar biasanya pada saat makan akan berjalan di
depan, sedangkan betina akan mengikuti pergerakan pejantan dibelakangnya kira- kira dengan rentang jarak 100 m. Jika betina tersebut memiliki anak pejantan yang
berumur  kurang  dari  1  tahun,  maka  anak  rusa  tersebut  akan  mengikuti  induknya dan  selalu  berada  di  dekat  induk  betinanya  dengan  jarak  kira-kira  50  m.  Akan
tetapi  jika  anaknya  betina,  maka  jarak  antara  induk  betina  dan  anaknya  akan cukup  jauh  yakni  sekitar  100  m.    Hal  ini  dapat  dibuktikan  dengan  perbedaan
waktu ditemukannya 3 individu rusa sambar yang terdiri dari pejantan tua, betina tua dan betina anak dalam satu kelompok pada tanggal 17 September 2010 data
terlampir.  Oleh  karena  jauhnya  jarak  antar  individu  di  dalam  kelompok  kecil tersebut,  maka  seringkali  hanya  dijumpai  1  atau  2  individu  saja.  Selanjutnya,
dikarenakan  tingginya  tingkat  kewaspadaan  yang  dimiliki  rusa  sambar menyebabkan  ketika  salah  satu  individu  yang  teramati  mengetahui  keberadaan
manusia, maka individu lain tidak akan terdeteksi keberadaannya. Hal inilah yang menyebabkan  rusa  sambar  cenderung  disebut  sebagai  satwa  soliter.  Hasil
pengamatan  yang  sama  juga  diperoleh  Subagyo  2000  bahwa  rusa  sambar  di Resort  Way  Kanan,  Taman  Nasional  Way  Kambas,  Lampung  diketahui  paling
banyak  dijumpai  secara  soliter  25,  sedangkan  sisanya  dijumpai  dalam kelompok  kecil  2−3  individu  dalam  satu  kelompok.  Akan  tetapi  dalam
67 19
14 1 individu
2 individu 3 individu
penelitian  Subagyo  2000  juga  ditemukan  17,3  rusa  sambar  ditemukan  dalam jumlah  besar  lebih  dari  10  individu  dalam  satu  kelompok.  Adanya  penemuan
dalam jumlah besar ini tidak ditemukan di Resort Teluk Pulai. Hal ini dikarenakan padang  rumput  yang  merupakan  penyedia  pakan  utama  di  kawasan  Resort  Way
Kanan  lebih  besar  lebih  dari  139  ha  jika  dibandingkan  di  Resort  Teluk  Pulai yang  hanya  3,17  ha.  Hal  ini  tentunya  sangat  mempengaruhi  ketersediaan  dan
kemampuan penyediaan pakan bagi rusa sambar. Kondisi  ini  sesuai  dengan  pernyataan  Mattielo  et  al.  1997  bahwa  ketika
waktu  makan  rusa  sambar  kadang-kadang  membentuk  kelompok  besar  dan bergabung dengan betina dari kelompok lain. Hal ini karena strategi berkelompok
memiliki keuntungan bagi rusa yakni dapat memperkecil resiko terhadap ancaman predator,  efisiensi  dalam  mendapatkan  makanan  sebagai  hasil  strategi  mencari
makan  bersama-sama  Manning    Dawkins  1998.  Akan  tetapi  dengan berkelompok maka akan terjadi kompetisi intraspesifik juga berpengaruh terhadap
kecepatan  makan  satwa  Krebs  et  al.  1997.  Oleh  karena  itu  pada  saat  musim kering  ketika  hijauan  pakan  terbatas,  maka  rusa  sambar  akan  cenderung
membentuk  kelompok  kecil  meskipun  dalam  mencari  makan  Ahmed    Sarker 2002. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kompetisi antar individu.
Terdapat perbedaan waktu yang sangat signifikan antara induk dan anak saat perjumpaan.  Betina  dan  betina  anaknya  memiliki  selang  waktu  hampir  45  menit
data  terlampir  dalam  satu  kelompok.  Sedangkan  dengan  anak  jantannya  selang perjumpaan  hanya  25  menit.  Hal  ini  menunjukkan  adanya  perilaku  diskriminatif
oleh  induk  betina  terhadap  anaknya  terutama  betina.  Hal  ini  dikarenakan  sistem perkawinan  ungulata  adalah  poligini  Hewison  et  al.  2005.  Hal  ini  pula  yang
menjelaskan  bahwa  sangat  jarang  ada  induk  betina  yang  masih  mengasuh  anak betinanya  melebihi  satu  tahun.  Karena  perilaku  diskriminatif  tersebut  maka
umumnya  anak  betina  lebih  mengadopsi  teritori  induknya  sehingga  terkadang terdapat tumpang tindih teritori hingga betina tersebut menemukan pejantan yang
menjadi pasangannya Mathews  Porter 1993. Aktivitas  lain  yang  teramati  sewaktu  rusa  sambar  melakukan  aktivitas
makan  adalah  berjalan,  mengawasi,  minum,  menggaruk  badan,  berkubang  dan bersuara  Gambar  17.  Aktivitas  berjalan  100  dan  mengawasi  94  adalah
aktivitas  terbanyak  yang  dilakukan  hampir  selalu  bersamaan  dengan  aktivitas makan. Aktivitas berjalan menjadi sangat penting karena rusa jantan akan mencari
makanan dan kemudian akan diikuti oleh betina dan anaknya. Oleh karena itu rusa jantan akan lebih cepat makannya dan memiliki aktivitas berjalan yang lebih lama
jika  dibandingkan  rusa  betina.  Hal  ini  karena  selain  untuk  memenuhi  kebutuhan dirinya  sendiri,  rusa  jantan  juga  harus  menyediakan  pakan  bagi  betina  dan
anaknya. Hal ini juga terjadi di penangkaran bahwa rusa jantan adalah rusa yang pertama  makan,  kemudian  betina  dan  anak  akan  mengikuti  dan  memakan  bekas
dari  makanan  pejantan  Semiadi  2006.  Sedangkan  aktivitas  mengawasi  rusa sambar diketahui dengan cara mengangkat kepalanya dan melihat kondisi sekitar
meskipun  mulut  tetap  mengunyah  makanan.  Hal  ini  karena  berjalan  dan mengawasi merupakan strategi rusa sambar agar tidak mati akibat tertangkap oleh
predatornya. Kondisi ini juga telah dilaporkan oleh  Laundrea et al. 2001 bahwa aktivitas berjalan dan mengawasi dapat mengurangi resiko kematian hingga 35
jika dibandingkan hanya berkonsentrasi untuk makan.
Gambar  17  Tingkat  perjumpaan  aktivitas  rusa  sambar  selain  makan  ketika merumput.
Selama  pengambilan  data  tercatat  sebanyak  21  individu  rusa  sambar 67.74  yang  melakukan  aktivitas  bersuara.  Suara  yang  khas  dan  melengking
merupakan bentuk komunikasi dengan rusa sambar yang lain  dengan tujuan agar kelompoknya lari dan masuk ke dalam hutan karena adanya keberadaan manusia
atau  predator.  Semakin  kecil  lengkingan  suara  sebenarnya  rusa  sambar  berada dekat  dari  sumber  bahaya  dan  kebalikannya,  semakin  keras  lengkingan  suara
31 29
10 2
4 21
5 10
15 20
25 30
35
Berjalan Mengawasi
Minum Menggaruk
badan Berkubang
Bersuara T
in gka
t P
er jum
pa a
n
Aktivitas Lain
tersebut  berarti  rusa  sambar  telah  lari  jauh  dari  sumber  bahaya.  Selain  bersuara diketahui  bahwa  selama  makan  rusa  sambar  menunjukkan  kewaspadaannya
dengan  mengangkat  kepala  mereka  untuk  memeriksa  lingkungan  sekitar  saat makan.  Subagyo  2000  menyatakan  bahwa  ada  empat  cara  sistem  komunikasi
oleh  rusa  sambar,  yaitu:  melalui  suara,  penglihatan,  gerakan  dan  bahan  kimia feromon.  Suara  atau  alarm  call  juga  dilakukan  oleh  rusa-rusa  lain  seperti  rusa
merah  C.  elaphus,  rusa  sika  C.  nippon,  dan  rusa  timor  C.  timorensis Altendrof et al. 2001.
Ketika  merumput  rusa  sambar  menggunakan  waktu  makan  lebih  banyak 51  jika  dibandingkan  aktivitas  lain  seperti  berjalan  21  dan  mengawasi
13 Gambar 18. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan pernyataan Benhaiem  et  al.  2008  bahwa  waktu  mengawasi  47  lebih  banyak  jika
dibandingkan waktu makan ketika rusa sedang merumput 25. Selain itu pada siang hari  rusa rusa juga menggunakan waktunya lebih banyak untuk mengawasi
keadaan  sekitar  38  jika  dibandingkan  dengan  makan  33  Hopewell  et  al. 2005. Selanjutnya  Berger dan Cunningham 1988 menyatakan bahwa sebanyak
95    waktu  makan  dihabiskan  untuk  mengawasi  kondisi  sekitar.  Perbedaan  ini dikarenakan  pada  perbedaan  waktu  pengamatan.  Penelitian  Benhaiem  et  al.
2008  diketahui  dilakukan  pada  musim  berburu  sehingga  mengharuskan  rusa untuk lebih waspada. Sedangkan pada penelitian ini lokasi yang digunakan adalah
di  kawasan  zona  inti  taman  nasional  sehingga  gangguan  lebih  sedikit.  Hal  ini sesuai  dengan  pernyataan  Fortin  et  al.  2004  bahwa  rusa  hanya  akan  lebih
waspada jika terdapat rangsangan eksternal terutama ketika risiko tinggi.
Gambar 18 Persentase alokasi waktu dari beberapa aktivitas yang dijumpai ketika rusa sambar merumput.
21
13 51
1 1
10 3
Berjalan Mengawasi
Makan Minum
Menggaruk Badan Berkubang
Bersuara
Faktor lain yang juga mempengaruhi adanya waktu mengawasi yang hanya 13    adalah  sering  terdapat  tumpang  tindih  waktu  antara  perilaku  makan  dan
mengawasi  dalam  pengamatan  perilaku  makan.  Hal  inilah  yang  menyebabkan waktu  dalam  mengawasi  lebih  rendah  jika  dibandingkan  waktu  yang  digunakan
oleh  rusa  sambar  untuk  makan.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  kewaspadaan memainkan  peran  utama  dalam  perilaku  makan.  Perilaku  anti  predator
kebanyakan  terjadi  selama  periode  makan  Whittingham  et  al.  2004  dan  secara luas  berpotensi  meningkatkan  kesehatan  serta  mengurangi  risiko  kematian
Watson  et  al.  2007.  Akan  tetapi,  perilaku  ini  secara  tidak  langung  mengurangi tingkat konsumsi pakan karena waktu yang digunakan oleh satwa dalam mencari
makanan akan berkurang Illius  Fitzgibbon 1994. Hal ini berarti dalam jangka panjang  kesehatan  satwa  akan  terganggu  apabila  banyak  gangguan,  sehingga
kemungkinan  waktu  dan  tenaga  untuk  menjaga  kewaspadaan  lebih  tinggi  jika dibandingkan  dengan  kegiatan  mencari  makanan.  Namun,  tingkat  kewaspadaan
satwa  herbivora  dapat  dikurangi  karena  mereka  memiliki  kemampuan  untuk menampung  pakan  dalam  lambungnya  Illius    Fitzgibbon  1994.  Hal  ini
memungkinkan  herbivora  hanya  membutuhkan  sedikit  waktu  untuk  mencari pakan dan mengunyahnya di tempat yang lebih aman Spalinger  Hobbs 1992.
Hasil  penelitian  juga  menunjukkan  bahwa  jantan  tua  lebih  sering mengetahui  keberadaan  pengamat.  Sebanyak  4  kali  dari  12  perjumpaan  data
terlampir  dengan  pejantan  tua  33  rusa  jantan  mengetahui  bahwa  mereka sedang  diamati  dan  ini  menyebabkan  akan  terdengar  suara  lengkingan  alarm
call  yang  menandakan  bahwa  terdapat  gangguan  yang  mengharuskan  rusa menghindar.  Hal  ini  di  dukung  pernyataan  Laundrea  et  al.  2001  yang
menyatakan  bahwa  kewaspadaan  terhadap  predator  lebih  besar  ditunjukkan  oleh pejantan  jika  dibandingkan  dengan  betina.  Subagyo  2000  juga  menyatakan
bahwa  rusa  jantan  memiliki  respon  yang  lebih  cepat  jika  dibandingkan  dengan betina  meskipun  bukan  sebagai  pemimpin  kelompok.  Menurut  Poole  1985
komunikasi  melalui  suara  efektif  digunakan  ketika  signaller  berada  pada  jarak yang  jauh.  Suara  dapat  digunakan  sebagai  penunjuk  keberadaan  individu.  Hal
inilah  yang  digunakan  rusa  agar  individu  lain  atau  anggota  kelompoknya mengetahui  asal  bahaya  dan  dapat  menghindar.  Akan  tetapi  ketika  mendengar
suara  seperti  itu,  maka  betina  tualah  yang  terlebih  dahulu  lari.  Hasil  penelitian Semiadi 1996 menunjukkan bahwa ditingkat penangkaran kelompok rusa betina
akan  menjadi  pemimpin  dan  pengambil  inisiatif  ketika  ada  bahaya  yang mengancam.
5.5 Rekomendasi Pengelolaan