diantaranya daun dan buahnya yang dimanfaatkan oleh rusa sambar sebagai pakannya, sedangkan 2 jenis lainnya hanya buahnya saja. Jenis tersebut adalah
betiti Mangifera longipetiolata dan belimbing kasai Pometia alnifolia. Dalam mendapatkan buah pakannya rusa sambar cenderung menunggu dan memakan
buah-buah yang berguguran dan telah masak. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya rusa sambar hanya memanfaatkan buah sebagai pakan tambahan dan
bukan merupakan pakan utama. Kedua buah ini mungkin memiliki kandungan senyawa tertentu yang berguna bagi rusa sambar. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Lekagul dan McNeely 1988 yang menyatakan bahwa pakan utama rusa sambar adalah daun-daun muda, liana muda, ranting-ranting semak dan buah-
buahan yang telah gugur dari pohonnya.
5.2.3 Pola sebaran tumbuhan pakan
Analisis data menunjukkan bahwa pola sebaran tumbuhan pada beberapa jenis dominan yang memiliki INP terbesar pada masing-masing tingkat
pertumbuhan dan tipe hutan menunjukkan pola sebaran mengelompok Tabel 4. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa berdasarkan indeks penyebaran tumbuhan
Ludwig dan Reynold 1988 untuk petak contoh sebanyak 25, jenis tumbuhan memiliki pola sebaran acak pada selang kepercayaan 95 jika nilai indeks
tumbuhan tersebut berada pada kisaran 12,401 −39,364. Jika nilai indeksnya lebih
besar dari 39,364 maka jenis tumbuhan tersebut dinyatakan menyebar secara mengelompok, sedangkan jika nilai indeksnya kurang dari 12,401 maka menurut
Ludwig dan Reynold 1988 tumbuhan tersebut menyebar merata. Tinggi rendahnya nilai indeks ini dikarenakan perbedaan jumlah tumbuhan
yang ditemukan pada tiap-tiap plot yang menyebabkan besarnya nilai ragam variasi. Sebagai contoh adalah jenis ribu-ribu Lygodium microphyllum yang
merupakan jenis dominan pada tingkat semai. Nilai indeks ribu-ribu sesuai perhitungan sangat besar yakni 2.027,115 yang berarti bahwa Lygodium
microphyllum menyebar secara mengelompok. Lygodium microphyllum pada penelitian ini dapat ditemukan di 13 dari 25 plot. Selain itu, hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa di salah satu plot jenis ini dapat ditemukan sebanyak 147 individu. Hal ini tentu menimbulkan variasi yang sangat besar dikarenakan
terdapat 12 plot yang tidak ditemukan jenis ini 0 individu. Sedangkan pada
tumbuhan yang dominan akan tetapi penyebarannya acak hal ini umumnya karena jenis ini dapat ditemukan di beberapa plot tetapi keragaman variasi tidak terlalu
besar. Hal ini disebabkan jumlah individu yang ditemukan tidak jauh berbeda antar plot. Sebagai contoh adalah bedaru Cantleya corniculata. Jenis ini
diketahui dapat ditemukan di 11 dari 25 plot contoh. Jumlah yang ditemukan berkisar 1
−3 individu dan ada yang ditemukan sampai 6 individu dalam satu plot. Hal ini menyebabkan ragam variasi tidak terlalu tinggi sehingga didapatkan nilai
37,556 yang berarti bahwa nilai indeks berada pada kisaran nilai tabel sehingga menurut Ludwig dan Reynold 1988 bedaru Cantleya corniculata menyebar
secara acak. Selanjutnya untuk penyebaran merata berarti jenis tersebut dapat ditemukan di hampir seluruh lokasi dengan rata-rata perjumpaan individu hampir
sama sehingga nilai keragaman variasi harus kecil mendekati 0. Tabel 4 Pola penyebaran jenis beberapa jenis dominan pada berbagai tingkat
pertumbuhan di seluruh habitat
Tipe Habitat Tingkat
Pertumbuhan Nama Lokal
Nilai Indeks Pola sebaran
Hutan Dataran Rendah
Semai
Ribu-Ribu 2.027,115 Berkelompok
Ubar Merah 612,963 Berkelompok
Pancang Tembaras
128,464 Berkelompok Ubar Merah
115,444 Berkelompok
Tiang Lewari
75,838 Berkelompok Bulin Payak
79,143 Berkelompok
Pohon Lewari
52,727 Berkelompok Idat
40,211 Berkelompok
Tumbuhan Bawah
Langkur 328 Berkelompok
Ubi Hantu 24 Acak
Hutan Rawa Air Tawar
Semai Poga
483,333 Berkelompok Medang
213,355 Berkelompok
Pancang Ketiau
42,667 Berkelompok Bedaru
52 Berkelompok
Tiang
Bedaru 37,556 Acak
Bekapas 63,882 Berkelompok
Pohon
Ketiau 22,681 Acak
Lanan 23,667 Acak
Tumbuhan Bawah
Sirih Hantu 96 Berkelompok
Pekat Laki 346,667 Berkelompok
Padang Rumput
-
Tilam Buaya 104,599 Berkelompok
Tratat 181,568 Berkelompok
Semak Belukar -
Sempiring 173,578 Berkelompok
Kelakai 58,479 Berkelompok
Secara umum jenis tumbuhan di Resort Teluk Pulai untuk habitat hutan dataran rendah dan hutan rawa air tawar memiliki pola penyebaran acak,
sedangkan pada habitat padang rumput dan semak belukar jenis tumbuhannya cenderung menyebar secara berkelompok. Akan tetapi untuk jenis tumbuhan yang
memiliki pola penyebaran merata tidak ditemukan. Pola sebaran jenis tumbuhan pakan lebih mengikuti pola acak pada habitat hutan dataran rendah dan hutan
rawa air tawar, sedangkan pada padang rumput dan semak belukar pola berkelompok lebih dominan. Hal ini juga terjadi pada jenis tumbuhan non pakan
kecuali pada tingkat pertumbuhan semai di hutan rawa. Sebaran tumbuhan pada berbagai tingkat pertumbuhan disajikan dalam Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5 Sebaran jenis tumbuhan pada tingkat pertumbuhan di berbagai tipe habitat di Resort Teluk Pulai
Tipe Habitat Tingkat
Pertumbuhan Pakan
Non Pakan Total
A B
M A
B M
A B
M Hutan Dataran
Rendah Semai
3 3
18 20
21 23
Pancang 6
6 28
16 34
22 Tiang
9 2
28 6
37 8
Pohon 11
2 40
6 51
8 Tumbuhan Bawah
2 2
2 2
Hutan Rawa Air Tawar
Semai 1
6 9
26 10
32 Pancang
2 6
15 18
17 24
Tiang 9
1 34
5 43
6 Pohon
7 1
31 4
38 5
Tumbuhan Bawah 3
7 10
Padang Rumput -
2 13
2 13
Semak Belukar -
2 10
1 3
3 13
Keterangan: A = Acak, B = Berkelompok, M = Merata.
Tabel di atas menunjukkan bahwa penyebaran secara acak lebih banyak terjadi pada tingkat tiang dan pohon di habitat hutan dataran rendah dan rawa air tawar.
Sebanyak 37 dari 45 jenis tumbuhan menyebar secara acak pada tingkat tiang di habitat hutan dataran rendah, sedangkan pada tingkat pohonnya diketahui
sebanyak 51 dari 59 jenis. Sedangkan habitat hutan rawa pada tingkat pertumbuhan tiang dan pohon berturut-turut adalah 43 dan 38 dari 49 dan 43 jenis
diketahui penyebarannya secara acak. Sedangkan untuk tingkat pertumbuhan semai dan pancang umumnya bersifat mengelompok kecuali pada semai di tipe
habitat hutan dataran rendah yang memiliki proporsi hampir sama antara tipe penyebaran acak dan mengelompok yakni 21 jenis menyebar secara acak dan 23
lainnya menyebar secara mengelompok. Perbedaan pola sebaran jenis ini dipengaruhi oleh bentuk hidup dari masing-masing jenis. Sebagai contoh adalah
pada habitat padang rumput umumnya jenis memiliki habitus herba seperti jenis
rumput mambun Zoysia matrella, tratat Eleusine indica dan tilam buaya Isachne globosa, ketiganya memiliki pola sebaran jenis mengelompok. Begitu
pula dengan lanan Shorea ovalis pada hutan rawa, jenis ini memiliki pola sebaran acak karena jenis ini berhabitus pohon. Djufri 2002 menyatakan
bahwa ada hubungan yang kuat antara bentuk hidup habitus dengan pola distribusi
spesies. Habitus herba dan terna umumnya memilki sebaran mengelompok sedangkan untuk habitus pohon umumnya pola sebaran tumbuhannya adalah acak
atau mengelompok. Selain faktor bentuk hidup habitus, faktor lain yang turut berpengaruh adalah
dominasi jenis di suatu kondisi habitat. Umumnya jenis-jenis yang dominan memiliki pola sebaran tumbuhan mengelompok dan merata, sedangkan tumbuhan
yang tidak dominan memiliki pola sebaran tumbuhan acak. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pada habitat hutan dataran rendah sesuai uraian di atas, jenis
tumbuhan dominan seperti lewari Schima wallichii dan idat Cratoxylon glaucum memiliki habitus pohon akan tetapi karena dominasi yang tinggi
menyebabkan jenis ini memiliki pola sebaran mengelompok. Sebagai
perbandingan spesies penyusun padang rumput Taman Nasional Baluran cenderung pola distribusinya mengelompok
karena faktor lingkungan dan pengaruh kompetisi
Djufri 2002 . Selain itu pola distribusi tumbuhan cenderung
mengelompok akibat tumbuhan ini berproduksi dengan biji yang jatuh dekat induknya Barbour et al. 1987.
Sebanyak 10 jenis tumbuhan pakan diberbagai tipe habitat ditemukan menyebar secara acak. Sedangkan 35 jenis lainnya memiliki pola sebaran secara
berkelompok dan 16 jenis lainnya tidak diketahui pola sebarannya. Jenis yang tidak diketahui ini ditemukan di luar plot contoh analisis vegetasi akan tetapi
diketahui merupakan pakan rusa sambar. Pola penyebaran tumbuhan pakan pada berbagai tipe habitat dapat dilihat di Gambar 14.
Gambar 14 menunjukkan bahwa secara umum jenis pakan rusa menyebar secara berkelompok yakni sebesar 57,38 dari total jenis pakan yang diketahui.
Pola penyebaran jenis ini merupakan konsekuensi dari pemilihan lokasi analisis vegetasi yang merupakan habitat yang digunakan oleh rusa ketika mencari makan.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Fischhoff et al. 2007 bahwa pemilihan
5 2
2 1
6 8
12 9
2 4
6 8
10 12
14
Hutan Dataran rendah
Hutan Rawa Air Tawar
Padang Rumput
Semak Belukar
Jum la
h j
eni s
Tipe hutan Acak
Mengelompok
habitat oleh satwa salah satunya adalah karena ketersediaan sumber pakan. Dasar ini menunjukkan bahwa satwa akan memilih habitat yang optimal sehubungan
dengan ketersediaan pakan. Satwa akan lebih memilih habitat yang menyediakan sumber makanan yang merata dan mengelompok jika dibandingkan dengan
sumber pakan yang tersebar secara acak. Hal ini karena satwa akan memilih untuk mencari pakan dengan sedikit biaya atau tenaga yang dikeluarkan Hochman
Kotler 2007. Hal ini menunjukkan bahwa rusa sambar akan lebih memilih habitat padang rumput karena tumbuhan pakannya lebih banyak berkelompok. Akan
tetapi karena letaknya yang berada di dekat pemukiman dan luasannya yang sempit, rusa sambar mengakibatkan rusa sambar lebih mudah ditemukan di
habitat semak belukar dan hutan rawa air tawar.
Gambar 14 Sebaran jenis tumbuhan pakan yang ditemukan di berbagai tipe habitat di Resort Teluk Pulai.
5.3 Produktivitas, Daya Dukung dan Ketersediaan Pakan