I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rusa sambar Cervus unicolor merupakan rusa yang terbesar ukurannya di daerah  tropika.  Penyebaran  rusa  sambar  di  Indonesia  hanya  terbatas  di  daerah
Sumatera  dan  Kalimantan  Yasuma  1994.  Meskipun  belum  terdaftar  dalam Convention  on  International  Trade  in  Endangered  Species  of  Wild  Fauna  and
Flora CITES Soehartono  Mardiastuti 2003, di Indonesia, rusa sambar telah terdaftar dalam Keputusan Menteri Kehutanan No 305 Kpts-111991, tanggal 19
Juni  1991  dan  PP  No  7  Tahun  1999  tentang  Pengawetan  Jenis  Tumbuhan  dan Satwa sebagai jenis satwa yang dilindungi. Selain itu dalam IUCN International
Union  for  Conservation  of  Nature,  rusa  sambar  dikategorikan  dalam  jenis  yang terancam vurnerable akibat populasinya yang terus menurun IUCN 2010.
Keberadaan  rusa  sambar  yang  semakin  terancam  terjadi  akibat  adanya kerusakan  habitat.  Penurunan  populasi  rusa  sambar  dapat  dihindari  dengan
melakukan  pembinaan  habitatnya.  Komponen  habitat  rusa  sambar  yang  perlu mendapatkan perhatian lebih adalah pakan. Hal ini dikarenakan pakan merupakan
faktor  pembatas  dan  sumber  energi  utama  bagi  rusa.  Selain  itu,  vegetasi  pakan ditinjau  dari  potensinya  memiliki  korelasi  positif  dengan  jumlah  populasi  dan
daya dukung habitatnya. Secara umum, keadaan tumbuhan pakan di suatu habitat tidak selalu tersedia dengan cukup, sempurna dan merata. Kondisi yang demikian
misalnya  terjadi  akibat  adanya  gangguan  baik  dari  rusa  itu  sendiri,  kondisi lingkungan  iklim  dan  tanah,  pengaruh  manusia  atau  persaingan  antar  jenis
tumbuhan.  Oleh  karena  itu,  diperlukan  campur  tangan  manusia  untuk  mengelola habitat agar tercapai kondisi optimum dalam mendukung kehidupan rusa sambar.
Selain  aspek  pakan,  pemahaman  tentang  perilaku  makan  rusa  sambar  juga penting  diketahui  dalam  rangka  perumusan  usaha  perbaikan  habitat  dan
pembinaan  populasi  satwa  tersebut  secara  tepat.  Hal  ini  dikarenakan  perilaku makan  sangat  erat  kaitannya  dengan  jenis  pakan  yang  dimakan  oleh  satwa
tersebut Wirdateti et al. 1997. Salah satu kawasan konservasi yang penting dalam upaya perlindungan rusa
sambar  secara  in-situ  di  Indonesia  adalah  Taman  Nasional  Tanjung  Puting.
Meskipun  telah  ditetapkan  sebagai  kawasan  cagar  biosfer  dunia  oleh  UNESCO sejak tahun 1977, namun masih terdapat banyak permasalahan di Taman Nasional
Tanjung  Puting.  Diantara  permasalahan  tersebut  adalah  adanya  degradasi  dan konversi  lahan  akibat  perambahan  hutan,  illegal  logging  dan  penambangan  liar
dalam  kawasan  Soedjito  2004,  yang  diduga  berdampak  negatif  pada  kerusakan habitat  rusa  sambar.  Jika  kondisi  ini  tetap  dibiarkan,  maka  dalam  jangka  waktu
yang  tidak lama  populasi  rusa  sambar terancam  punah  di  habitat  alaminya.  Oleh karena  itu  perlu  dilakukan  perbaikan  populasi  dan  perlindungan  terhadap
habitatnya. Salah  satu  bentuk  pengelolaan  rusa  sambar  di  Taman  Nasional  Tanjung
Puting  adalah  akan  didirikannya  pusat  pembinaan  habitat  rusa  sambar. Keberhasilan  pengelolaan  tergantung  pada  rencana  pengelolaan  dan  pemahaman
terhadap  seluruh  proses  ekologi  yang  berjalan  di  dalam  ekosistem.  Oleh  karena itu, pemahaman tentang kondisi habitat terutama aspek pakan dan aspek perilaku
makannya  merupakan  salah  satu  informasi  penting  dalam  menentukan  rencana pengelolaan rusa sambar di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting secara tepat
dan berdaya guna.
1.2 Tujuan Penelitian