Latar Belakang Studi pakan dan perilaku makan rusa sambar (Cervus unicolor Kerr, 1972) di Resort Teluk Pulai, Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rusa sambar Cervus unicolor merupakan rusa yang terbesar ukurannya di daerah tropika. Penyebaran rusa sambar di Indonesia hanya terbatas di daerah Sumatera dan Kalimantan Yasuma 1994. Meskipun belum terdaftar dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora CITES Soehartono Mardiastuti 2003, di Indonesia, rusa sambar telah terdaftar dalam Keputusan Menteri Kehutanan No 305 Kpts-111991, tanggal 19 Juni 1991 dan PP No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa sebagai jenis satwa yang dilindungi. Selain itu dalam IUCN International Union for Conservation of Nature, rusa sambar dikategorikan dalam jenis yang terancam vurnerable akibat populasinya yang terus menurun IUCN 2010. Keberadaan rusa sambar yang semakin terancam terjadi akibat adanya kerusakan habitat. Penurunan populasi rusa sambar dapat dihindari dengan melakukan pembinaan habitatnya. Komponen habitat rusa sambar yang perlu mendapatkan perhatian lebih adalah pakan. Hal ini dikarenakan pakan merupakan faktor pembatas dan sumber energi utama bagi rusa. Selain itu, vegetasi pakan ditinjau dari potensinya memiliki korelasi positif dengan jumlah populasi dan daya dukung habitatnya. Secara umum, keadaan tumbuhan pakan di suatu habitat tidak selalu tersedia dengan cukup, sempurna dan merata. Kondisi yang demikian misalnya terjadi akibat adanya gangguan baik dari rusa itu sendiri, kondisi lingkungan iklim dan tanah, pengaruh manusia atau persaingan antar jenis tumbuhan. Oleh karena itu, diperlukan campur tangan manusia untuk mengelola habitat agar tercapai kondisi optimum dalam mendukung kehidupan rusa sambar. Selain aspek pakan, pemahaman tentang perilaku makan rusa sambar juga penting diketahui dalam rangka perumusan usaha perbaikan habitat dan pembinaan populasi satwa tersebut secara tepat. Hal ini dikarenakan perilaku makan sangat erat kaitannya dengan jenis pakan yang dimakan oleh satwa tersebut Wirdateti et al. 1997. Salah satu kawasan konservasi yang penting dalam upaya perlindungan rusa sambar secara in-situ di Indonesia adalah Taman Nasional Tanjung Puting. Meskipun telah ditetapkan sebagai kawasan cagar biosfer dunia oleh UNESCO sejak tahun 1977, namun masih terdapat banyak permasalahan di Taman Nasional Tanjung Puting. Diantara permasalahan tersebut adalah adanya degradasi dan konversi lahan akibat perambahan hutan, illegal logging dan penambangan liar dalam kawasan Soedjito 2004, yang diduga berdampak negatif pada kerusakan habitat rusa sambar. Jika kondisi ini tetap dibiarkan, maka dalam jangka waktu yang tidak lama populasi rusa sambar terancam punah di habitat alaminya. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan populasi dan perlindungan terhadap habitatnya. Salah satu bentuk pengelolaan rusa sambar di Taman Nasional Tanjung Puting adalah akan didirikannya pusat pembinaan habitat rusa sambar. Keberhasilan pengelolaan tergantung pada rencana pengelolaan dan pemahaman terhadap seluruh proses ekologi yang berjalan di dalam ekosistem. Oleh karena itu, pemahaman tentang kondisi habitat terutama aspek pakan dan aspek perilaku makannya merupakan salah satu informasi penting dalam menentukan rencana pengelolaan rusa sambar di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting secara tepat dan berdaya guna.

1.2 Tujuan Penelitian