Pakan, bagian yang dimakan dan penyebaran pakan

dan empat tahun dengan tiga cabang atau kadang-kadang dengan empat cabang Yasuma 1994. Sedangkan pada rusa sambar betina perkiraan umur didasarkan atas tinggi pada bagian bahu. Betina dewasa tingginya kurang lebih 120 cm; rusa sambar yang tingginya kurang dari 90 cm dikelompokkan sebagai anak dan rusa dengan tinggi antara 90 cm sampai kurang dari 120 cm dikelompokkan sebagai juvenil Eisenberg Lockhart 1972.

2.3 Habitat

Kehidupan satwaliar memerlukan tempat-tempat yang dapat memenuhi segala kebutuhannya, sebagai contoh adalah tempat makan, minum, berlindung dan berkembang biak. Tempat-tempat yang berfungsi semacam ini jika membentuk satu kesatuan disebut habitat Alikodra 1990. Rusa sambar dapat hidup pada kisaran habitat yang luas. Rusa sambar di Thailand umumnya dijumpai pada hutan dengan tegakan rapat dan kadang-kadang di tepi hutan yang berbatasan dengan perkebunan penduduk Leng-Ee 1978. Hal ini menurut Semiadi 2006 dikarenakan hutan dengan tegakan yang rapat akan melindungi rusa dari terik matahari dan gangguan insekta terutama pada pejantan yang sedang mengelupas kulit velvetnya. Selanjutnya Semiadi 2006 menyatakan bahwa tegakan yang rapat juga dapat dimanfaatkan oleh rusa sebagai tempat persembunyian dan melepaskan diri dari pemangsa. Daerah yang disenangi rusa dapat berupa padang alang-alang, hutan muda, dan daerah yang banyak menerima sinar matahari dari ketinggian 0 mdpl hingga daerah pegunungan yang mencapai ketinggian 600 mdpl Siregar et al. 1983. Seidensticker 1976 yang diacu dalam Subagyo 2000 melaporkan bahwa rusa sambar lebih sering dijumpai di hutan berair yang bagian bawahnya berupa semak-semak. Sedangkan Garsetiasih dan Takandjandji 2007 melaporkan bahwa rusa sambar dapat dijumpai di hutan payau.

2.3.1 Pakan, bagian yang dimakan dan penyebaran pakan

Makanan rusa di Indonesia terdiri dari rumput-rumputan serta daun-daun muda, liana muda, ranting-ranting semak Syarief 1974. Selain itu Lekagul dan McNeely 1988 melaporkan bahwa rusa juga memakan buah-buahan yang telah gugur dan rumput yang berair. Hasil penelitian Ngampongsai 1978 di Thailand bahwa sebanyak 25 jenis dari 72 jenis tumbuhan yang ditemukan merupakan pakan rusa. Berdasarkan tingkat kesukaannya, tujuh jenis yang lebih disukai rusa sambar berturut-turut adalah Paspalum conjugatum, Wrightia tementosa, Alpinia sp., Neyraudia reynaudiana, Veromia elliptica, Imperata cylindrica dan Cratoxylum formosum. Akan tetapi hanya lima jenis yang secara kuantitatif berperan penting dalam pakan rusa, yaitu: Imperata cylindrica, Neyraudia reynaudiana, Ischaemum muticum, Carex crutiaca dan Veronica elliptica. Jenis-jenis pakan rusa sambar di Indonesia berdasarkan hasil penelitian Sutrisno 1986 menunjukkan bahwa berdasarkan familinya jenis hijauan rusa sambar termasuk dalam 6 famili yaitu Graminaceae, Cyperaceae, Fabaceae, Ericaceae dan Commelinaceae. Sedangkan di Pulau Peucang selain famili Graminaceae, sumber makanan rusa kebanyakan terdiri dari famili Euphorbiaceae, Umbelliferaceae dan Urticeae Susanto 1977 diacu dalam Semiadi 2006. Seperti halnya penelitian Ngampongsai 1987, Sutrisno 1986 juga menyatakan bahwa jenis Imperata cylindrica merupakan pakan utama rusa sambar di padang penggembalaan Cigumentong. Pengamatan Ngampongsai 1987 pada rusa sambar yang ditangkarkan menunjukkan bahwa rusa sambar dapat dikategorikan sebagai pemakan segalanya. Namun Bentley 1978 mengklasifikasikannya sebagai pemakan rerumputan. Sedangkan Burke 1982 cenderung mengklasifikasikannya sebagai pemakan dedaunan. Selanjutnya Stafford 1997 menyatakan bahwa rusa sambar di Selandia Baru sangat menyukai rumput yang bertekstur kasar. Hal ini dikuatkan oleh Kelton dan Skipworth 1987 dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa tumbuhan jenis rumput merupakan pakan yang dominan meskipun diketahui rusa sambar memakan berbagai jenis hijauan. Berdasarkan habitusnya, tumbuhan pakan rusa sambar dapat dibagi menjadi 6 kelompok Soerianegara Indrawan 1988, yakni: pohon, semak, terna, liana, perdu dan herba. Pohon adalah tumbuhan berkayu yang memiliki batang utama dan mengalami penebalan kambium. Semak adalah tumbuhan berkayu dengan tinggi 5−6 m yang memiliki cabang banyak dan salah satunya merupakan percabangan utama. Perbedaan habitus ini dengan perdu adalah habitus perdu tidak memiliki percabangan utama. Liana didefinisikan sebagai tumbuhan yang membutuhkan inang agar dapat bersaing dalam mendapatkan cahaya tetapi Gambar 3 Pola penyebaran individu suatu populasi secara mendatar dalam komunitas. akarnya harus berada di tanah karena tumbuhan ini juga memerlukan unsur hara dari tanah. Habitus ini berbeda dengan epifit yang tidak membutuhkan unsur hara dari tanah. Terna adalah tumbuhan yang memiliki batang lunak dikarenakan tidak berkayu. Sedangkan terna yang memiliki khasiat sebagai tumbuhan obat dikategorikan sebagai herba. Pola sebaran erat hubungannya dengan lingkungan. Organisme di suatu tempat bersifat saling bergantung, tidak terikat oleh kesempatan semata, dan jika terjadi gangguan pada suatu organisme atau sebagaian faktor lingkungan berpengaruh terhadap keseluruhan komunitas Sabarno 2002. Setiap jenis tumbuhan dalam suatu komunitas akan mempunyai pola penyebaran yang tersendiri. Pola ini dapat memiliki persamaan dengan jenis lainnya tetapi tidak mungkin seluruhnya sama. Ludwig dan Reynold 1988 membagi tipe penyebaran jenis tumbuhan menjadi 3, yakni acak, mengelompok dan seragam Gambar 3. Sumber: Ludwig dan Reynold 1988 Ludwig dan Reynold 1988 menjelaskan bahwa pola tumbuhan pakan yang acak menggambarkan heterogenitas lingkungan serta pola perilaku yang tidak selektif. Sebaliknya pola sebaran yang mengelompok dan seragam menggambarkan adanya hambatan-hambatan oleh suatu jenis tumbuhan untuk dapat hidup di suatu habitat. Sedangkan pola ke tiga, yakni seragam mengindikasikan bahwa tumbuhan tersebut mampu hidup di berbagai habitat mikro dan jumlah populasinya yang hampir sama di tiap petaknya.

2.3.2 Produktivitas, daya dukung dan ketersediaan pakan