3.3.1.2 Analisis vegetasi untuk padang rumput dan semak belukar Semiadi 2006 melaporkan bahwa rusa sambar tergolong jenis ruminansia
intermediate, yakni rusa sambar selain sebagai browser juga bersifat sebagai grazer. Oleh karena itu, analisis vegetasi di kawasan padang rumput dan semak
belukar perlu dilakukan. Metode yang digunakan adalah jalur berpetak. Akan tetapi sebelumnya digunakan metode kurva species area untuk menentukan
luasan petak ukur Soerianegara Indrawan 1988, yaitu dengan mendaftar jenis vegetasi yang terdapat pada suatu petak kecil. Luasan minimal yang didapatkan
dalam satu plot adalah sama pada habitat padang rumput dan semak belukar yakni 2 m x 2 m data terlampir. Banyaknya petak ukur yang digunakan dalam analisis
vegetasi ini adalah 25 petak dengan jarak antar petak ukur 10 m. Sama halnya dengan analisis vegetasi di hutan dataran rendah dan hutan rawa air tawar,
penempatan plot identifikasi vegetasi dilakukan secara sistematis dengan dasar lokasi yang diketahui merupakan tempat makan rusa sambar.
3.3.2 Identifikasi jenis tumbuhan dan bagian yang dimakan rusa sambar
Identifikasi jenis tumbuhan pakan dilakukan dengan menggunakan dua tahapan utama, yaitu:
1. Identifikasi jenis tumbuhan pakan secara langsung atau dengan melihat
bekas makan rusa sambar yang dikuatkan dengan penemuan jejak atau kotoran feces rusa sambar di sekitarnya.
2. Identifikasi jenis tumbuhan pakan rusa secara tidak langsung dengan studi
literatur meliputi :pakan rusa secara umum dan pakan rusa sambar dari hasil penelitian orang lain.
Hasil identifikasi ini kemudian dicek silang dengan jenis tumbuhan pakan rusa sambar yang ditemukan di lokasi penelitian.
3.3.3 Produktivitas tumbuhan pakan
Produktivitas hijauan tumbuhan pakan diketahui dengan cara pemotongan dan penimbangan tumbuhan pada petak yang dipagar seluas 1 m
2
. Pemotongan tumbuhan pakan jenis rumput dan tumbuhan bawah dilakukan pada ketinggian
yang telah ditentukan, yakni 5 cm di atas permukaan tanah. Sedangkan untuk jenis pohon kayu, tumbuhan yang diambil sebagai contoh produktivitas hanyalah
tumbuhan dengan tingkat pertumbuhan semai dan pancang dengan ketinggian
kurang dari 4 meter dan pemotongan hanya pada daun yang masih muda. Interval waktu pemotongan selama 20 hari sebanyak 3 ulangan waktu. Penentuan waktu
20 hari didasari atas kemampuan hijauan pakan untuk beregenerasi kembali dan menghasilkan pakan yang kaya protein dan rendah serat sesuai kebutuhan rusa
sambar McIlory 1977. Petak ukur yang digunakan sebanyak 10 petak yang ditentukan secara sistematis dengan dasar lokasi yang pernah dijumpai rusa
sambar pada setiap tipe habitat. Jarak antar petak contoh adalah 10 meter. Penghitungan produktivitas ini menggunakan 2 asumsi, yaitu: 1 terdapat 4 tipe
habitat yang digunakan dalam penghitungan produktivitas dan 2 hanya 3 tipe habitat yang digunakan dalam perhitungan produktivitas. Asumsi ini digunakan
karena pada buku statistika TN Tanjung Puting Tahun 2009, berdasarkan data citra yang digunakan, hutan dataran rendah Tanjung Paring dikategorikan sebagai
hutan rawa primer. Hal ini dikarenakan pada musim penghujan hutan dataran rendah di Tanjung Paring akan tergenang akibat luapan danau di sekitarnya.
3.3.4 Potensi ketersediaan pakan