Hutan Dataran Rendah Hutan Kerangas Hutan Rawa Gambut

berladang itu dilakukan hingga selesai panen, sebagian bekas ladang itu mereka tanam kembali dengan pohon karet, sedangkan bagian lain dibiarkan tumbuh menjadi hutan kembali agar suatu saat dapat dibuka menjadi ladang. Secara tradisional sistem dan pola pengelolaan sumberdaya hutan di Kalimantan masih dapat kita temukan, dimana masing-masing memiliki karakteristik yang belum tentu dapat diduplikasi di tempat lain, misalnya di Kalimatan Barat kita kenal adanya sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang disebut dengan istilah tembawang, sedangkan di Kalimantan Timur dikenal dengan istilah Simpukng Munan dan ragam simpukng lainnya. Sistem pengelolaan sumberdaya hutan oleh orang Dayak tersebut secara ekonomis terbukti mampu memberikan konstribusi untuk pendapatan keluarga sekaligus melestarikan sumberdaya hutan.

2.4 Tipe Ekosistem

Menurut Soemarwoto 1983 dalam Indriyanto 2008, ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi karena ekosistem sistem ekologi itu terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat dikatakan sebagai unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan lingkungannya lingkungan biotik dan abiotik dan di antara keduanya saling mempengaruhi Odum 1993. Menurut Odum 1993, ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang memiliki komponen secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap, serta terdapat proses ekologi secara lengkap, sehingga di dalam unit ini siklus materi dan arus energi terjadi sesuai dengan kondisi ekosistemnya.

2.4.1 Hutan Dataran Rendah

Menurut Vickery 1984 dalam Indriyanto 2008, hutan dataran rendah merupakan salah satu tipe vegetasi hutan tertua yang telah menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 °LU dan 10°LS. Ekosistem hutan dataran rendah terbentuk oleh vegetasi klimaks pada daerah dengan curah hujan 2.000-4.000 mm per tahun, rata-rata temperatur 25 °C dengan perbedaan temperatur yang kecil sepanjang tahun, rata-rata kelembapan udara 80. Hutan dataran rendah merupakan ekosistem yang memiliki kekayaan jenis dan tingkat endemisitas tertinggi dibandingkan dengan tipe ekosistem lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuswanda dan Antoko 2008 mengenai kekayaan hutan dataran rendah, yang menyebutkan bahwa sebagian besar jenis tumbuhan endemis Sumatera ditemukan di hutan-hutan dataran rendah dengan ketinggian tempat dibawah 500 m dpl.

2.4.2 Hutan Kerangas

Kissinger 2002 menyatakan bahwa hutan kerangas merupakan suatu tipe ekosistem hutan yang berada pada tanah miskin hara, mosaik-mosaik kanopi hutan yang memiliki warna hijau kelabu dengan permukaan yang seragam, dan bila dibandingkan dengan hutan dataran rendah maka pohon-pohonnya relatif lebih rendah dan berukuran kecil, sedikit memiliki liana dan rotan serta memiliki jumlah vegetasi tingkat pohon yang lebih sedikit. Komposisi floristik hutan kerangas bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi biasanya terdapat jenis tertentu yang secara konsisten selalu ada dan mencirikan tipe hutan ini terutama dengan tipe tanah podosol Riswan 1987 dalam Kissinger 2002. Hutan kerangas merupakan bentuk tipe hutan yang menggambarkan suatu komunitas tumbuhan yang tumbuh pada kondisi habitat yang relatif stabil dan serba terbatas. Didalamnya terkandung suatu mekanisme proses pertumbuhan dan perkembangan suatu organism yang tumbuh pada kondisi lingkungan yang khusus Kissinger 2002.

2.4.3 Hutan Rawa Gambut

Hutan gambut adalah hutan yang tumbuh di atas kawasan yang digenangi air dalam keadaan asam dengan pH 3,5-4,0 Arief 1994. Hal tersebut tentunya menjadikan tanah sangat miskin hara. Sedangkan menurut Indriyanto 2008, hutan gambut didefinisikan sebagai hutan yang terdapat pada daerah bergambut adalah daerah yang digenangi air tawar dalam keadaan asam dan di dalamnya terdapat penumpukan bahan-bahan tanaman yang telah mati. Menurut Santoso 1996 dalam Indriyanto 2008, ekosistem hutan gambut merupakan suatu tipe ekosistem hutan yang cukup unik karena tumbuh di atas tumpukan bahan organik yang melimpah. Daerah gambut pada umumnya mengalami genangan air tawar secara periodik dan lahannya memiliki topografi bergelombang kecil sehingga menciptakan bagian-bagian cekungan tergenang air tawar.

2.4.4 Hutan Rawa Air Tawar

Dokumen yang terkait

Language Disorder In Schizophrenia Patient: A Case Study Of Five Schizophrenia Paranoid Patients In Simeulue District Hospital

1 32 102

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 60 209

Potensi tumbuhan berguna pada areal HCV (High Conservation Value) di perkebunan kelapa sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu)

2 52 188

Dynamic Model of Small Scale Timber Regulation and Carbon (Case Study at Indegenous Forests in Manokwari District West Papua Province).

0 12 225

Analysis of farmer’s perceptions and strategies in smallholder timber plantation business (case studies of smallholder timber plantations at Gunungkidul District, Special Province of Yogyakarta and Tanah Laut District, Province of South Kalimantan)

0 11 331

Diversity and Dispersal of Amphibian in Palm Oil Agriculture Landscape Elements: Case Study PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan District, West Sumatra

2 20 273

The economic impact of High Conservation Value Areas (HCVA) management on palm oil estate (Case study: PT Inti Indosawit Subur Kebun Buatan, Riau Province).

2 22 179

Zoning of local marine conservation areas for marine mariculture (A case study at Pasi Island, District of Kepulauan Selayar, South Sulawesi Province)

0 7 131

UND PT. ALAM KAPUAS PERSADA

0 0 1

Potential for Ecotourism in Kapuas Hulu and Malinau

0 0 87