2. Menghambat pergantian kulit, 3. Mengganggu komunikasi serangga,
4. Menyebabkan serangga menolak makan, 5. Menghambat reproduksi serangga betina,
6. Mengurangi nafsu makan, 7. Memblokir kemampuan makan serangga,
8. Mengusir serangga, 9. Menghambat perkembangan patogen penyakit.
2.2.2.7 Tumbuhan Penghasil Serat
Indonesia sebagai negara dengan kekayaan hayati yang tinggi memiliki peluang yang besar untuk mengeksplorasi pemanfaatan bahan serat alam sebagai
penguat material komposit. Karena sifat kekuatan serat alam ini bervariasi, maka pemanfaatannya akan bervariasi mulai dari bahan komposit untuk penggunaan
yang ringan dan tidak terlalu memerlukan kekuatan tinggi sampai bahan komposit untuk penggunaan yang memerlukan kekuatan dan ketangguhan tinggi. Menurut
Vendy 2010, sepanjang kebudayaan manusia penggunaan serat alam sebagai salah satu material pendukung kehidupan, mulai dari serat ijuk sebagai bahan
bangunan, serat nanas atau tumbuhan kayu sebagai bahan sandang dan serat alam yang dapat digunakan untuk membuat tambang. Seiring dengan perkembangan
teknologi bahan, peran serat-serat alam mulai tergantikan oleh jenis bahan serat sintetik seperti serat gelas atau serat karbon. Seiring dengan inovasi yang
dilakukan dalam bidang material, serat alam kembali “dilirik” oleh peneliti untuk dijadikan sebagai bahan penguat komposit.
Elastis, kuat, melimpah, ramah lingkungan dan biaya produksi yang lebih rendah merupakan kelebihan yang dimiliki oleh serat alam. Selain itu juga
terdapat kekurangan dari jenis serat ini terutama kekuatan yang tidak selalu merata. Jenis-jenis serat alam seperti Sisal, Flex, Hemp, Jute, Rami dan Kelapa,
mulai digunakan sebagai bahan penguat untuk komposit polimer. Bahan komposit merupakan hasil penggabungan dari dua jenis atau lebih bahan yang memberikan
sifat berbeda dari pada bahan-bahan tersebut jika dalam keadaan terpisah. Filosofinya adalah efek kombinasi dari bahan-bahan penyusunnya.
Tumbuhan rami Boehmeria nivea, L. Gaud merupakan salah satu tumbuhan penghasil serat alam yang dapat menjadi sumber bahan baku produk
tekstil seperti halnya kapas karena memiliki kemiripan dengan kapas, bedanya kapas merupakan serat pendek, sedangkan rami adalah serat panjang. Dibanding
dengan kapas, serat rami lebih kuat, mudah menyerap keringat dan tidak mudah kena bakteri atau jamur. Selain diambil serat dari kulit batangnya, semua bagian
tanaman rami dapat dimanfaatkan. Akar tanaman rhizome dapat digunakan sebagai bahan tanaman bibit untuk pengembangan rami, daunnya dapat
digunakan sebagai pakan ternak, sedangkan kulit batang dan kayunya dapat digunakan untuk bahan baku pulp maupun kompos. Prospek pengembangan pasar
untuk serat rami sangat baik karena harga jual yang relatif tinggi. Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan rami karena memiliki
lahan yang relatif luas dan iklim yang cocok untuk tumbuhan rami. Rami sangat cocok dikembangkan di Indonesia bagian barat yang beriklim basah karena jenis
tumbuhan ini memerlukan curah hujan sepanjang tahun Anonim 2010.
2.2.2.8 Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna dan Tanin