Tumbuhan untuk Upacara Adat Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman, dan Kerajinan

Menurut Lemmens dan Soetjipto 1999, tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat, seringkali berupa ekstrak dari pepagan atau bagian lain terutama daun, buah, dan puru. Hasil dari penyamakan kulit dengan tanin berupa kulit samak yang banyak manfaatnya, selain samak kulit juga dapat menyamak jala, tali dan layar. Tanin juga digunakan sebagai perekat, bahan pewarna dan mordan.

2.2.2.9 Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan

Haygreen dan Bowyer 1989 dalam Purnawan 2006 mengemukakan bahan bangunan kayu merupakan salah satu produk yang paling sederhana, paling mudah digunakan, kayu dapat dipotong dan dibentuk dengan mudah, digunakan dan mudah dipasang. Pada saat yang sama, kayu adalah salah satu bahan yang sangat kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing memiliki struktur lubang-lubang kecil, selaput dan dinding-dinding yang berlapis- lapis rumit. Unsur-unsur penyusunan kayu tergabung dalam jumlah senyawa organik, yaitu: selulosa, hemiselulosa dan lignin.

2.2.2.10 Tumbuhan untuk Upacara Adat

Diantara pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tentang tumbuhan, ada yang bersifat spiritual, magis dan ritual. Demikian pula tentang pemanfaatannya, salah satunya yaitu pemanfaatan di bidang upacara. Indonesia yang terdiri kurang lebih 350 etnis dapat memberikan gambaran pemanfaatan tumbuhan di masing- masing tempat yang khususnya dipakai dalam berbagai upacara. Dalam upacara- upacara adat yang dilakukan, terutama yang berkenaan dengan upacara daur hidup, tumbuhan banyak dipakai Kartikawati dan Wahyono 1992. Salah satu contoh kegiatan upacara adat yang cukup penting di Bali adalah ‘Ngaben’ atau ‘Pelebon’ pembakaran mayat merupakan ‘Pitra Yadnya’ pengorbanan pada roh manusia dimaksud agar unsur jasad dan roh manusia yang meninggal dapat kembali dengan cepat ke asalnya. Terdapat 39 jenis tumbuhan yang dipakai untuk keperluan ngaben. Dari identifikasi dan analisis jenis-jenis yang digunakan tercatat banyak diantaranya yang tergolong dalam tumbuhan penghasil minyak atsiri dengan bau harum seperti cendana, kenanga, sirih dan pandan. Beberapa jenis yang sudah agak sulit ditemukan yaitu majegau Dysoxyllum densiflorum dan cendana Santalum album. Majegau dulu banyak dijumpai di hutan namun sekarang sudah banyak ditebang. Dari segi pemanfaatannya, kedua jenis tersebut termasuk ke dalam jenis utama untuk upacara ngaben.

2.2.2.11 Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman, dan Kerajinan

Tanaman yang termasuk dalam kelompok sumber bahan sandang, tali temali dan anyaman antara lain: kapas Gossypium hirsutum, kenaf Hibiscus cannabinus, rosella Hibiscus sabdariffa, yute Corchorus capsularis dan C. olitoris, rami Boehmeria nivea, abaca Musa textilis, dan agave atau sisal Agave sisalana dan A. cantula Isdijoso 1992. Widjaya, Mahyar, dan Utama 1989 dalam Frankistoro 2006 mengemukakan bahwa diantara jenis tumbuhan penghasil bahan kerajinan, rotan merupakan bahan baku utama kerajinan anyaman di Indonesia. Hasil kerajinan tangan yang terbuat dari rotan banyak dijumpai di daerah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Karena di pulau-pulau tersebut merupakan pusat tempat rotan tumbuh. Tumbuhan kedua yang berpotensi tinggi adalah bambu. Hasil kerajinan bambu umumnya berasal dari Bali, Jawa dan Sulawesi; sedangkan untuk di daerah Sumatera dan Kalimantan produksinya lebih sedikit. Selanjutnya yaitu pandan, merupakan bahan baku yang juga berpotensi, hanya saja hasil kerajinannya tidak begitu tinggi apabila dibandingkan dengan rotan dan bambu. Tumbuhan ini biasanya hanya dibuat di dataran-dataran rendah dimana banyak tumbuhan pandan yang cocok sebagai bahan baku anyaman.

2.2.2.12 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar

Dokumen yang terkait

Language Disorder In Schizophrenia Patient: A Case Study Of Five Schizophrenia Paranoid Patients In Simeulue District Hospital

1 32 102

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 60 209

Potensi tumbuhan berguna pada areal HCV (High Conservation Value) di perkebunan kelapa sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu)

2 52 188

Dynamic Model of Small Scale Timber Regulation and Carbon (Case Study at Indegenous Forests in Manokwari District West Papua Province).

0 12 225

Analysis of farmer’s perceptions and strategies in smallholder timber plantation business (case studies of smallholder timber plantations at Gunungkidul District, Special Province of Yogyakarta and Tanah Laut District, Province of South Kalimantan)

0 11 331

Diversity and Dispersal of Amphibian in Palm Oil Agriculture Landscape Elements: Case Study PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan District, West Sumatra

2 20 273

The economic impact of High Conservation Value Areas (HCVA) management on palm oil estate (Case study: PT Inti Indosawit Subur Kebun Buatan, Riau Province).

2 22 179

Zoning of local marine conservation areas for marine mariculture (A case study at Pasi Island, District of Kepulauan Selayar, South Sulawesi Province)

0 7 131

UND PT. ALAM KAPUAS PERSADA

0 0 1

Potential for Ecotourism in Kapuas Hulu and Malinau

0 0 87