Kelompok Kegunaan 1. Pemanfaatan Tumbuhan

5.2.1 Kelompok Kegunaan 1.

Tumbuhan Obat Berdasarkan kelompok kegunaannya, tumbuhan obat di tiga titik sebaran memiliki jumlah jenis terbanyak yaitu sebanyak 116 jenis atau sebesar 32,68. Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan jenis tumbuhan obat di tiga lokasi tersebut masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang serupa. Penelitian Nopriadi 1997 pada masyarakat Dayak di sekitar Areal HPH PT Berkat Cahaya Timber Kalimantan Tengah hanya menemukan 69 jenis tumbuhan obat. Tumbuhan obat masih mendominasi kelompok kegunaan tumbuhan di masing-masing areal studi. Jenis yang tercatat memiliki khasiat sebagai obat pada PT Sawit Kapuas Kencana adalah 100 jenis yang dikelompokkan kedalam 47 famili tumbuhan. Famili dengan jenis tumbuhan obat terbanyak berasal dari kelompok famili Moraceae yaitu sebanyak 10 jenis, disusul oleh famili Poaceae yaitu 7 jenis, serta famili Araceae dan Euphorbiaceae yang masing-masing terdiri dari 6 jenis tumbuhan obat. Tumbuhan seperti tabat barito Ficus deltoidea yang termasuk kedalam famili Moraceae memiliki kegunaan sebagai obat untuk keputihan pada wanita. Pasak bumi Eurycoma longifolia yang merupakan anggota dari kelompok famili Simaroubaceae telah dikenal oleh masyarakat untuk digunakan sebagai obat malaria, penambah stamina dan aprodisiak pada laki-laki. Jenis tumbuhan berguna di PT Paramitra Internusa Pratama di dominasi oleh tumbuhan obat yaitu sebanyak 60 jenis. Tumbuhan yang berasal dari famili Poaceae seperti sereh Cymbopogon citratus dapat dimanfaatkan akarnya untuk obat demam, obat kumur dan pencegah muntah. Selain itu dapat dimanfaatkan daunnya sebagai tumbuhan aromatik. Contoh tumbuhan obat yang ditemukan di areal studi dapat ditampilkan pada Tabel 15. Daftar lengkap tumbuhan obat di areal studi tersaji pada Lampiran 6. Areal ijin PT Persada Graha Mandiri tercatat memiliki jumlah jenis tumbuhan obat sebanyak 38 jenis. Jika dilihat dari jumlah jenisnya, areal ini dapat dikatakan memiliki jumlah jenis terendah dibandingkan dua areal ijin lainnya. Namun di areal PT PGM, tumbuhan obat merupakan jenis kelompok kegunaan paling tinggi dibandingkan kelompok kegunaan lainnya. Beberapa tumbuhan obat yang ditemukan di areal studi dapat dilihat pada Tabel 12. Daftar lengkap tumbuhan obat di areal studi tersaji pada Lampiran 6. Tabel 12 Beberapa jenis tumbuhan obat yang terdapat pada areal studi No. Nama Ilmiah Nama Lokal Bagian yang dimanfaatkan Penyakit yang diobati Perusahaan 1 Bambusa vulgaris Bambu kuning Rebung Sakit kuning, bengkak 1 2 Chrysopogon aciculatus Rumput jarum Akar dan daun Kanker, tumor 1 3 Cymbopogon citratus Sereh Daun Demam, obat kumur, dan pencegah muntah. 1 4 Imperata cylindrica Lalang Akar Peluruh air seni 1, 2, 3 5 Drynaria sparsisora Rejang Akar Obat sakit mata, diare, maag, demam, bengkak 1, 2 6 Selaginella doederleinii Plenjan, rumput lumut Batang, tangkai Obat pemerah, bengkak 1, 2, 3 7 Eurycoma longifolia Pasak bumi Kulit akar Demam, borok di mulut, dan cacingan 2, 3 8 Embelia ribes Akar asam, kacam Getah batuk murus 1 9 Psidium guajava Jambu biji Daun Diare 1, 2 10 Buettneria reinwardtii Akar temperingat Akar Sakit kepala 1 11 Areca catechu Pinang Biji Obat cacing, luka baru, batuk, peluruh haid, pelangsing tubuh, peluruh air seni dan urus-urus 1, 2, 3 Keterangan: 1= PT Sawit Kapuas Kencana, 2= PT Paramitra Internusa Pratama, 3= PT Persada Graha Mandiri Sumber : Identifikasi dari Pustaka Heyne 1987, IKAPI 1987, Rudjiman et al. 2003, Zuhud et al. 2003 Jumlah jenis tumbuhan obat yang berhasil diidentifikasi sebanyak 100 jenis 39 pada PT SKK, 60 jenis 29 pada PT PIP dan 38 jenis 28 pada PT PGM. Untuk kategori tumbuhan obat dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai bagian tumbuhan yang digunakan serta identifikasi kegunaan lanjutannya dalam menyembuhkan penyakit yang ada. Berdasarkan kelompok penyakit atau penggunaannya, jenis tumbuhan obat pada ketiga perusahaan tersebut dapat dikelompokkan kedalam 26 kelompok penyakit atau penggunaannya Tabel 13. Daftar jenis tumbuhan obat di areal studi beserta kegunaannya disajikan pada Lampiran 6. Tabel 13 Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan obat pada areal studi berdasarkan kelompok penyakit atau penggunaannya No Kelompok PenyakitPenggunaan Jumlah Jenis PT SKK PT PIP PT PGM 1 Gangguan Peredaran Darah 5 3 3 2 Penawar Racun 7 3 3 3 Pengobatan Luka 21 19 9 4 Penyakit Diabetes 2 - 1 5 Penyakit Gangguan Urat Syaraf 1 - - 6 Penyakit Gigi 1 - 2 7 Penyakit Ginjal - 1 1 8 Penyakit Jantung 1 - - 9 Penyakit Kanker 3 2 2 10 Penyakit Kelamin 17 2 1 11 Penyakit Khusus Wanita 15 7 5 12 Penyakit Kulit 5 3 1 13 Penyakit Kuning 3 3 1 14 Penyakit Malaria 5 2 1 15 Penyakit Mata 3 1 1 16 Penyakit Mulut 10 6 7 17 Penyakit Otot dan Persendian 12 9 6 18 Penyakit Tulang 1 - - 19 Penyakit Saluran Pembuangan 31 25 18 20 Penyakit Saluran Pencernaan 23 15 8 21 Penyakit Saluran PernafasanTHT 20 13 7 22 Perawatan kehamilan dan persalinan 7 3 2 23 Perawatan Organ Tubuh Wanita 3 2 1 24 Sakit Kepala dan Demam 24 17 14 25 Tonikum 3 2 - 26 Lain-lain 5 4 8 Sumber: Heyne 1987, IKAPI 1987, Rudjiman et al. 2003, Zuhud et al. 1994, Zuhud et al. 2003 dan PROSEA 1992 Kelompok penyakit pada saluran pembuangan memiliki jumlah jenis tumbuhan obat terbanyak. PT SKK memiliki jumlah jenis tumbuhan obat untuk kelompok penyakit pada saluran pembuangan sebanyak 31 jenis, Sedangkan untuk PT PIP dan PT PGM berturut-turut memiliki jumlah jenis sebanyak 25 jenis dan 18 jenis tumbuhan obat. Kelompok penyakit terbanyak kedua yaitu untuk obat sakit kepala dan demam di PT SKK sebanyak 24 jenis, PT PGM 14 jenis. sedangkan di PT PIP terbanyak keduanya yaitu tumbuhan obat untuk pengobatan luka sebanyak 19 jenis. Jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat untuk pengobatan luka di PT SKK dan PT PGM merupakan urutan terbanyak ketiga, berturut-turut sebanyak 21 jenis dan 9 jenis tumbuhan obat. Sedangkan untuk PT PIP, urutan terbanyak ketiga adalah jenis tumbuhan untuk obat sakit kepala dan demam, yaitu sebanyak 17 jenis, untuk sisanya terbagi kedalam berbagai kelompok penyakit yang terdapat di Tabel 12. Jenis tumbuhan tersebut mempunyai manfaat yang banyak bagi dunia kesehatan manusia. Pada umumnya setiap jenis tumbuhan mempunyai kegunaan menyembuhkan lebih dari satu penyakit dan kelompok penyakit atau penggunaannya, namun terdapat jenis yang hanya untuk satu kelompok penyakit atau penggunaannya. Terdapatnya jenis yang memiliki lebih dari satu kegunaan dalam menyembuhkan penyakit merupakan hal yang perlu diutamakan dan mendapat perhatian. Hal ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk pemilihan jenis potensial yang dapat dikembangkan oleh masyarakat. Salah satunya yaitu jenis gaharu Aquilaria malaccensis selain digunakan sebagai obat penyembuh penyakit asma, jenis ini juga dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit stress, liver, ginjal, radang lambung, radang usus, rhematik, tumor dan kanker. Selain sebagai tumbuhan obat, gaharu memiliki kegunaan lainnya, yaitu sebagai tumbuhan aromatik, untuk upacara adat dan bahan baku untuk sabun atau sampo Selain itu terdapat jenis akar kempas Ficus ampelas yang juga memiliki lebih dari satu kegunaan, yaitu sebagai obat diare dan pelancar air seni. Jenis tumbuhan ini juga dapat ditemukan di ketiga areal studi. Selain itu, terdapat juga jenis-jenis tumbuhan yang lain, seperti; Kelapa Cocos nucifera, pinang Areca catechu, pacing Costus speciosus, rejang Asplenium nidus, pelai pipit Alstonia angustifolia, sembung Blumea balsamifera dan lain-lain, yang masing-masing memiliki lebih dari satu kegunaan. Terdapat jenis-jenis yang dipilih karena berkhasiat untuk mengobati penyakit yang sulit untuk disembuhkan atau beresiko tinggi, seperti kelompok penyakit diabetes, ginjal, jantung, gangguan peredaran darah, kuning dan malaria, diantaranya yaitu, sirih merah Piper porphyrophyllum kayu garu Aquilaria malaccensis, pelai Alstonia scholaris, bungur Lagerstroemia speciosa, kayu ambus Baeckea frutescens dan akar kuning Arcangelisia flava. Pada aspek bagian tumbuhan yang dimanfaatkan, biasanya bagian yang bermanfaat adalah daun, akar, kulit batang, tunas muda, getah, buah, biji, dan bunga. Masing-masing jenis memiliki kekhasan tersendiri untuk bagian mana yang bisa dimanfaatkan. Beberapa jenis tumbuhan ada yang memiliki lebih dari satu bagian yang dimanfaatkan, bahkan ada yang seluruh bagian tumbuhannya dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini merupakan informasi yang cukup penting dan berharga bagi upaya pengembangan lebih lanjut. Jenis tumbuhan obat yang telah teridentifikasi pada areal studi dapat dijadikan sebagai informasi bagi kemandirian kesehatan masyarakat di sekitar kawasan areal studi, mengingat adanya keterbatasan fasilitas berupa puskesmas dan dokter atau bidan yang ada di wilayah masing-masing desa di sekitar perusahaan.

2. Tumbuhan Hias

Secara umum tumbuhan hias didefinisikan sebagai tumbuhan yang memiliki bagian tumbuhan yang menarik pandangan. Karena tidak ada batasan secara ilmiah, maka setiap ada tumbuhan yang menarik pandangan bisa dikatakan tumbuhan hias Purnawan 2006. Jenis tumbuhan yang ditemukan di areal studi yang tergolong sebagai tumbuhan hias yaitu sebanyak 25 jenis di PT SKK, 22 jenis di PT PIP dan 9 jenis di PT PGM. Beberapa jenis tumbuhan hias yang terdapat di areal studi dapat dilihat pada Tabel 14. Berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan hias yang telah ditemukan di areal studi, jenis terbanyak di PT SKK yaitu dari famili Araceae, Blechnaceae, Nepenthaceae dan Orchidaceae, yang masing-masing berjumlah 2 jenis tumbuhan. Jumlah jenis terbanyak di PT PIP yaitu dari famili Nepenthaceae 6 jenis dan Polypodiaceae 3 jenis. Sedangkan untuk PT PGM, jumlah jenis terbanyak yaitu dari suku Nepenthaceae 2 jenis. Dari daftar jenis tumbuhan hias di areal studi didominasi oleh kelompok famili Nepenthaceae. Daftar jenis tumbuhan hias yang terdapat di areal studi secara rinci terdapat pada Lampiran 6. Tabel 14 Beberapa jenis tumbuhan hias di areal studi No Nama Ilmiah Nama Lokal Bagian yang dimanfaatkan Penggunaan Perusahaan 1 Alocasia sp. Tembang Herba Hias 1 2 Licuala spinosa Isang Herba Hias 1, 2 3 Blechnum orientale Paku gajah darat Herba Hias 1, 2 4 Blechnum vulcanicum Paku gunung Herba Hias 1 5 Nepenthes alata Akar entuyut Herba Hias 2 6 Nepenthes ampullaria Akar entuyut Herba Hias 1, 2 7 Nepenthes bracheata Akar entuyut Herba Hias 2 8 Nepenthes gracilis Akar entuyut Herba Hias 1, 2, 3 9 Nepenthes rafflesiana Akar entuyut Herba Hias 2 10 Nepenthes reinwardtiana Akar entuyut Herba Hias 2, 3 11 Bromheadia finlaysoniana Anggrek tanah Herba Hias 1, 2, 3 12 Gleichenia microphylla Demam Herba Hias 1, 2, 3 13 Platycerium bifurcatum Paku kijang Herba Hias 3 14 Ixora coccinea Engkerebae Herba Hias 1, 2, 3 Keterangan: 1= PT Sawit Kapuas Kencana, 2= PT Paramitra Internusa Pratama, 3= PT Persada Graha Mandiri Sumber: Identifikasi dari Pustaka Heyne 1987 Famili Nepenthaceae merupakan tumbuhan unik dari hutan yang belakangan menjadi trend sebagai tanaman khas komersil di Indonesia. Karena bentuknya yang unik, sehingga tanaman ini mulai diperjualbelikan oleh masyarakat. Namun, jenis yang diperjualbelikan masih merupakan jenis-jenis yang diambil langsung dari alam, bukan dari hasil penangkaran atau budidaya. Hal tersebut sangatlah memprihatinkan mengingat habitat asli mereka juga terancam oleh kebakaran, pembalakan, pembukaan lahan, dan konversi lahan. Beberapa jenis tumbuhan hias ini termasuk kedalam appendix II CITES. Agar terhindar dari kepunahan maka perdagangan untuk jenis-jenis yang masuk appendix II CITES ini diatur oleh negara. Beberapa contoh jenis yang masuk kedalam appendix II CITES, yaitu; Nepenthes alata, Nepenthes ampullaria Jack, Nepenthes bracheata, Nepenthes gracilis, Nepenthes rafflesiana dan Nepenthes reinwardtiana. Kategori famili selain Nepenthaceae yaitu jenis tumbuhan hias terbanyak kedua yang mudah dijumpai di semua areal studi, yaitu dari kelompok famili Orchidaceae. Jenis tumbuhan tersebut adalah anggrek tanah Bromheadia finlaysoniana.

3. Tumbuhan Aromatik

Minyak atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari daun, akar, batang, kulit, getah dan bunga tumbuhan Anonimous 1991 dalam Kartikawati 2004. Tumbuhan penghasil minyak atsiri mempunyai ciri bau dan aroma, karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik itu parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan, maupun produk rumah tangga lainnya. Pada areal studi, yaitu PT SKK, PT PIP dan PT PGM ditemukan masing- masing 12 jenis, 12 jenis dan 8 jenis yang termasuk kedalam kelompok tumbuhan berguna sebagai penghasil aromatik. Berikut merupakan beberapa jenis tumbuhan penghasil aromatik yang terdapat di areal studi. Tabel 15 Beberapa jenis tumbuhan aromatik di areal studi Keterangan: 1= PT Sawit Kapuas Kencana, 2= PT Paramitra Internusa Pratama, 3= PT Persada Graha Mandiri Sumber: Identifikasi dari Pustaka Heyne 1987 Areal ijin PT SKK memiliki potensi tumbuhan aromatik sebanyak 12 jenis tumbuhan. Jenis yang paling banyak ditemukan yaitu dari kelompok famili Pandanaceae sebanyak tiga jenis. Contohnya yaitu pandan bengkuang Pandanus tectorius. Jenis tumbuhan berhabitus herba ini memiliki fungsi sebagai pengharum ruangan dan bahan pembuat minyak wangi dengan daun sebagai bagian yang dimanfaatkannya. Bunga majemuknya, terdiri dari beberapa daun No Nama Famili Nama lokal Bagian yang dimanfaatkan Penggunaan Perusahaan 1 Blechnum orientale Paku gajah darat Rimpang Asam salisil 1, 2 2 Cyperus compressus Teki rawa Umbi-umbi kecil Minyak atsiri 1, 2 3 Macaranga conifera Purang serang, tarak Batang Anti nyamuk 1, 2, 3 4 Knema laurina Mendarahan Daun Minyak pala 1 5 Pandanus tectorius Pandan bengkuang Daun Pengharum masakan 1 6 Cinnamomum macrophyllum Beruas Kulit batang Penyedap rasa 2 7 Freycinetia angustifolia Ming Daun Minyak atsiri 1, 2, 3 8 Aquilaria malaccensis Garu, kayu garu, gaharu Kulit batang Pengharum atau parfum 2, 3 9 Aquilaria sp. Gaharu tulang Rimpang Minyak atsiri 3 10 Amomum coccineum Tepus Rimpang Minyak atsiri 2, 3 putih yang masing-masing mengandung sesuatu yang menyerupai telur ikan, Apabila daun-daun bunganya telah mekar, maka benda seperti telur ikan itu akan bertambah panjang hingga 1,5 kali, dan zat yang berbutir itu akan menjadi benang-benang tebal yang bercabang dan tertutup semacam tepung kering. Bagian bawah daun pelindung itu sangat harum, dan jika bunga itu diletakkan di suatu ruangan, akan mengharumi ruangan tersebut. Pada umumnya, wanita mempergunakannya untuk mengharumkan pakaian dan pembuatan minyak wangi Heyne 1987. Sama halnya dengan PT SKK, areal ijin PT PIP juga memiliki potensi tumbuhan aromatik sebanyak 12 jenis. Jenis terbanyak ditemukan pada kelompok famili Euphorbiaceae, yaitu sebanyak dua jenis tumbuhan. Salah satunya yaitu jenis kesinduh Aleurites moluccana. Jenis tumbuhan berhabitus pohon ini memiliki kegunaan sebagai tumbuhan penghasil minyak kemiri, dengan biji sebagai bagian yang dimanfaatkannya. Inti bijinya mengandung 60-66 minyak, bila diperas secara dingin akan menjadi berwarna kuning dengan bau dan rasa menyenangkan, namun bila diperas panas maka akan berwarna gelap dan bau serta rasanya menjadi tidak enak atau memuakkan Heyne 1987. Pada areal ijin PT PGM, potensi tumbuhan aromatik yang diidentifikasi sebanyak delapan jenis. Jenis terbanyak ditemukan pada kelompok famili Thymelaeaceae 2 jenis. Sebagai contoh yaitu jenis gaharu Aquilaria malaccensis, yang memiliki fungsi sebagai pengharum dengan kulit batang sebagai bagian yang dimanfaatkan.

4. Tumbuhan Penghasil Pangan

Secara umum tumbuhan pangan merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Sastrapradja et al. 1977 dalam Purnawan 2006 membagi tumbuhan pangan berdasarkan kandungannya, yaitu 1 tumbuhan mengandung karbohidrat, 2 tumbuhan mengandung protein, 3 tumbuhan mengandung vitamin dan 4 tumbuhan mengandung lemak. Tumbuhan yang memiliki kegunaan sebagai penghasil pangan pada PT Sawit Kapuas Kencana PT SKK, PT Paramitra Internusa Pratama PT PIP dan PT Persada Graha Mandiri PT PGM berturut-turut yaitu sebanyak 63 jenis, 45 jenis dan 35 jenis tumbuhan, dan ketiganya didomisili oleh famili Anacardiaceae. Untuk habitus cukup bervariasi dari tingkat pohon, perdu, herba dan liana. Informasi lebih lanjut mengenai beberapa jenis tumbuhan untuk kategori penghasil pangan ini dapat dilihat di Tabel 16. Sedangkan untuk daftar lengkap jenis tumbuhan penghasil bahan pangan dapat dilihat di Lampiran 6. Tabel 16 Beberapa jenis tumbuhan penghasil pangan di areal studi No Nama Ilmiah Nama Lokal Bagian yang dimanfaatkan Penggunaan Perusahaan 1 Gluta renghas Rengeh Buah Makanan 1, 2, 3 2 Mangifera caesia Asam lembawang Biji Kemang Bahan makanan 1, 2 3 Mangifera foetida Asam kemantan, mbacang Buah Bahan makanan 1, 2, 3 4 Mangifera indica Asam pelam Buah Penghasil vitamin 1, 2 5 Pentaspadon motley Empelanjau Biji Bahan makanan 1, 2, 3 6 Ananas comosus Nanas Buah Bahan makanan dan penghasil vitamin 1, 2 7 Colocasia esculenta Tales Buah Penghasil karbohidrat 2 8 Manihot utilissima Singkong Daun dan umbi Penghasil karbohidrat dan sayur-sayuran 1, 2 9 Durio zibethinus Durian Buah Penghasil lemak dan vitamin 1, 3 10 Parkia speciosa Petai Biji Bahan makanan 1, 3 11 Artocarpus integer Cempedak Buah Bahan makanan dan buah- buahan 1, 2, 3 12 Cocos nucifera Kelapa Buah Minuman dan dapat dimakan daging buahnya 3 Keterangan: 1= PT Sawit Kapuas Kencana, 2= PT Paramitra Internusa Pratama, 3= PT Persada Graha Mandiri Sumber: Identifikasi dari Pustaka Heyne 1987, Zuhud 1994 dan PROSEA 1992 Aspek pemanfaatan dari jenis tumbuh-tumbuhan ini bermacam-macam. Nanas Ananas comosus merupakan contoh jenis dengan pemanfaatan pada bagian buahnya yang dapat dimakan langsung saat matang dan berguna sebagai penghasil vitamin. Terdapat juga jenis tumbuhan yang dimanfaatkan pada bagian daun, seperti ketela Manihot utilisima. Selain itu untuk jenis-jenis yang lain pemanfaatannya pada bagian umbi dan batang.

5. Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak atau Satwaliar

Mannetje dan Jones 1992 dalam Kartikawati 2004 mengemukakan bahwa tanaman pakan merupakan tanaman yang mempunyai konsentrasi nutrisi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa herbivora. Tanaman pakan dapat diolah dan dibudidayakan, meskipun seringkali dapat muncul sebagai tumbuhan liar seperti yang terdapat di padang rumput, contohnya yaitu alang-alang. Terdapat 21 jenis tumbuhan di PT SKK, 14 jenis di PT PIP dan 6 jenis di PT PGM, yang merupakan potensi tumbuhan penghasil pakan ternak atau satwaliar. Beberapa jenis tumbuhan penghasil pakan ternak atau satwaliar disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Beberapa jenis tumbuhan penghasil pakan ternak atau satwaliar di areal studi No Nama Ilmiah Nama Lokal Bagian yang Dimanfaatkan Penggunaan Perusahaan 1 Mangifera indica Asam mempelam Daun Pakan Sapi 1, 2 2 Ageratum conyzoides Rumput mawai Herba Pakan sapi, kerbau, kambing 1, 2 3 Cyperus compressus Teki rawa Herba Pakan sapi, kerbau, kambing 1, 2 4 Cyperus rotundus Rumput empada Herba Pakan sapi, kerbau, kambing 1, 2 5 Manihot utilissima Singkong Daun Pakan Sapi, domba, kambing 1, 2 6 Imperata cylindrica Lalang Herba Pakan sapi, kambing, domba, kerbau 1, 2, 3 7 Colocasia esculenta Tales Daun Pakan Sapi 2 8 Zea mays Jagung Biji Pakan unggas 2 9 Monocarpia euneura Akar rarah Daun Pakan ternak 1, 3 Keterangan: 1= PT Sawit Kapuas Kencana, 2= PT Paramitra Internusa Pratama, 3= PT Persada Graha Mandiri Sumber: Identifikasi dari Pustaka Heyne 1987 Tumbuhan penghasil pakan ternak atau satwaliar yang berhasil diidentifkasi sebanyak 21 jenis tumbuhan pada PT SKK, 14 jenis pada PT PIP dan 6 jenis pada PT PGM. Pada ketiga perusahaan, jumlah jenis yang paling banyak berasal dari kelompok famili Poaceae, dengan jumlah tujuh jenis di PT SKK, enam jenis di PT PIP dan dua jenis di PT PGM. Sebagian besar jenis ini didominasi oleh habitus tumbuhan bawah herba, sedangkan sebagian kecilnya dari habitus pohon dan perdu. Kelompok tumbuhan bawah merupakan kelompok yang biasa dimanfaatkan untuk pakan ternak. Terdapat jenis rumput mawai Ageratum conyzoides, teki rawa Cyperus compressus dan rumput empada Cyperus rotundus. Selain itu juga terdapat jenis singkong, lalang dan rumput paitan yang dimanfaatkan bagian daunnya. Selain rumput-rumputan terdapat pula jenis dari kelompok ficus, yaitu lengkan Ficus hirta, yang dimanfaatkan bagian buahnya sebagai penghasil pakan untuk sapi, kerbau dan kambing.

6. Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati

Secara umum pestisida nabati dapat diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Jenis pestisida ini bersifat mudah terurai biodegradable di alam karena terbuat dari bahan alami atau nabati, sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang Anonimous 2005 dalam Frankistoro 2006. Dari hasil verifikasi tumbuhan berguna di areal studi terdapat 4 jenis tumbuhan di PT SKK, 4 jenis di PT PIP dan 3 jenis di PT PGM yang berpotensi sebagai penghasil pestisida nabati Tabel 18. Tabel 18 Daftar jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati di areal studi No Nama ilmiah Nama lokal Bagian yang Dimanfaatkan Penggunaan Perusahaan 1 Gluta renghas Rengeh Getah Memberi rasa terbakar 1, 2, 3 2 Derris elliptica Akar tuba Akar Insektisida ulat 1 3 Barringtonia sp. Langkung, Daun Insektisida 1, 2, 3 4 Pleomele angustifolia Suji hutan Daun Insektisida 1 5 Melanorrhea wallichii Rengas manuk Getah Memberi rasa terbakar 2 6 Artocarpus kemando Pudu Getah Memberi rasa terbakar 2, 3 Keterangan: 1= PT Sawit Kapuas Kencana, 2= PT Paramitra Internusa Pratama, 3= PT Persada Graha Mandiri Sumber: Identifikasi dari Pustaka Heyne 1987 Berdasarkan hasil identifikasi, diperoleh sebanyak empat jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati di PT SKK, empat jenis di PT PIP dan tiga jenis di PT PGM. Gluta renghas atau rengeh merupakan salah satu jenis tumbuhan yang memiliki potensi sebagai tumbuhan penghasil pestisida nabati. Jenis ini termasuk ke dalam kelompok famili Anacardiaceae dengan habitusnya yaitu berupa pohon. Di daerah Kalimantan, jenis ini sering disebut sebagai raksasa rimba, karena memiliki postur fisik yang sangat besar dan kuat ketika dewasa. Kayunya digambarkan berwarna kuning tua, berkurai merah, berat, agak keras dan awet. Pohonnya dapat mengeluarkan uap yang berbahaya dan mengandung getah yang dapat dimanfaatkan sebagai pemberi rasa terbakar untuk membunuh gulma dan hama. Namun, mesti berhati-hati dalam mengolahnya karena dapat menyebabkan gatal dan panas pada kulit.

7. Tumbuhan Penghasil Serat

Menurut Haygreen dan Bowyer 1989, produk-produk serat kayu, meliputi; kertas, papan isolasi dan papan serat kerapatan sedang. Semua produk- produk ini dibuat dari kayu yang telah dipecah menjadi serat-serat individual, berkas-berkas serat kecil atau bagian-bagian serat. Tumbuhan berguna penghasil serat yang berhasil diidentifikasi terdapat sebanyak enam jenis tumbuhan di PT SKK, lima jenis di PT PIP dan satu jenis di PT PGM. Daftar jenis tumbuhan penghasil serat di tiga areal studi dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Daftar jenis tumbuhan penghasil serat di areal studi No Nama Ilmiah Nama Lokal Bagian yang dimanfaatkan Penggunaan Perusahaan 1 Ceiba pentandra Kabu-kabu Buah Buah kapok 1 2 Macaranga gigantea Kubung, kuwung Daun Bahan pembungkus 1, 2, 3 3 Curculigo capitulata Lembak Daun Bahan atap 1, 2, 3 4 Musa sp. Pisang Daun Bahan pembungkus 1, 2 5 Nepenthes ampullaria Akar entuyut Batang Bahan pengikat 1, 2 6 Pandanus tectorius Pandan bengkuang Akar Bahan pengikat sulur pandan 1 7 Endospermum diadenum Sengkubung Daun Bahan pembungkus 2 8 Nepenthes alata Akar entuyut Batang Bahan pengikat 2 Keterangan: 1= PT Sawit Kapuas Kencana, 2= PT Paramitra Internusa Pratama, 3= PT Persada Graha Mandiri Sumber: Identifikasi dari Pustaka Heyne 1987 Areal ijin PT SKK memiliki potensi tumbuhan penghasil serat sebanyak enam jenis tumbuhan. Salah satu contohnya yaitu kabu-kabu Ceiba pentandra, jenis ini termasuk kedalam famili Bombacaceae yang memiliki kegunaan sebagai bahan kapok pada buahnya. Untuk pengolahannya, diperlukan 15.000 butir buah untuk memperoleh jumlah satu pikul kapok murni, biasanya dikupas sendiri oleh pemetik. Jika kulit buahnya yang keras belum merekah sendiri, maka pemecahan buah itu dilakukan dengan cara memukulnya ringan-ringan dengan palu kayu Heyne 1987. Pada areal ijin PT PIP, memiliki potensi tumbuhan penghasil serat sebanyak lima jenis dan tiga kelompok famili. Contohnya yaitu pada jenis sengkubung Endospermum diadenum yang memiliki kegunaan sebagai bahan pembungkus dengan daun sebagai bagian yang dimanfaatkan. Sedangkan pada areal ijin PT PGM hanya memiliki satu jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan penghasil serat, yaitu merkubung Macaranga gigantea. Jenis ini termasuk kedalam famili Euphorbiaceae dengan pohon sebagai habitusnya. Merkubung memiliki kegunaan sebagai bahan pembungkus dengan daun sebagai bagian yang dimanfaatkan.

8. Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna dan Tanin

Di Indonesia orang telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami tetumbuhan untuk makanan, seperti daun suji untuk warna hijau, rimpang kunir atau kunyit Curcuma domestica untuk warna kuning, dan daun Iresine herbstii untuk mewarnai merah pada agar-agar, kulit kayu soga sebagai bahan pewarna coklat yang penting untuk pewarna batik Heyne 1987. Tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat, seringkali berupa ekstrak dari pepagan atau bagian lain terutama daun, buah dan puru. Terdapat 24 jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai penghasil bahan pewarna dan tanin di PT SKK, 17 jenis di PT PIP dan 6 jenis di PT PGM. Beberapa jenis tumbuhan penghasil pewarna dan tanin di areal studi disajikan pada Tabel 20. Jenis tumbuhan terbanyak sebagai penghasil pewarna dan tanin adalah dari kelompok famili Myrtaceae yang banyak memanfaatkan bagian kulit kayunya sebagai penghasil zat pewarna hitam. Contoh jenis yaitu merpisa Rhodamnia cinerea , jenis ini selain memiliki fungsi sebagai bahan bangunan, juga dapat digunakan sebagai tumbuhan penghasil pewarna, di Jawa dulu kulitnya dipergunakan untuk mengecat hitam, dan di Sumatera menurut Van Hasselt untuk mengecat coklat jala Heyne 1987. Jenis-jenis tumbuhan penghasil pewarna dan nabati yang telah diidentifikasi di areal studi ini dapat dijadikan informasi dan pengetahuan lebih bagi masyarakat di sekitar kawasan areal studi. Tabel 20 Beberapa jenis tumbuhan penghasil pewarna dan tanin di areal studi No Nama Ilmiah Nama lokal Bagian yang Dimanfaatkan Penggunaan Perusahaan 1 Arcangelisia flava Akar kuning Batang Pemberi warna kuning 1, 2 2 Knema cinerea Kumpang kemuju Kulit buah Mewarnai kapas 1 3 Rhodamnia cinerea Merpisa, merkisa Kulit kayu Untuk mengubar dan mencat hitam dan coklat pada jala 1, 2 4 Myristica iners Empang kelasi Kulit kayu Pewarna kapas 2, 3 5 Duabanga moluccana Benuang, sawa Kulit kayu Pemberi warna hitam pada bahan anyaman 1, 3 6 Vitex pubescens Papak Kulit kayu Pemberi warna hijau 1, 2, 3 Keterangan: 1= PT Sawit Kapuas Kencana, 2= PT Paramitra Internusa Pratama, 3= PT Persada Graha Mandiri Sumber: Identifikasi dari Pustaka Heyne 1987

9. Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan

Pada umumnya bagian batang kayu digunakan sebagai bahan tiang, rangka, atap, rangka lantai dan daun pintu. Bagian lain dari tumbuhan seperti daun dan ranting juga dapat digunakan sebagai atap rumah. Jenis tumbuhan berguna yang berpotensi sebagai bahan bangunan di tiga areal studi sebanyak 69 jenis tumbuhan di PT SKK, 58 jenis di PT PIP dan 35 jenis di PT PGM. Beberapa jenis tumbuhan penghasil bahan bangunan di areal studi disajikan dalam tabel berikut Tabel 21. Daftar lengkap jenis tumbuhan penghasil bahan bangunan dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 21 Beberapa jenis tumbuhan penghasil bahan bangunan di areal studi No Nama Ilmiah Nama Lokal Bagian yang Dimanfaatkan Penggunaan Perusahaan 1 Dipterocarpus warbugii Keladan Batang Bahan papan 1, 2 2 Hopea sangal Tekam payau Batang Bahan pembuat perahu lesung 3 3 Antidesma neurocarpum Berenai Batang Bahan papan 1, 3 4 Hopea mangerawan Emang Batang Bahan papan 2, 3 5 Dryobalanops aromatic Keladan Batang Bahan papan dan perabot rumah tangga 2 6 Cryptocarya crassinervia Medang keladi Batang Bahan papan 1, 2, 3 Keterangan: 1= PT Sawit Kapuas Kencana, 2= PT Paramitra Internusa Pratama, 3= PT Persada Graha Mandiri Sumber: Identifikasi dari Pustaka Heyne 1987 Areal ijin PT SKK memiliki potensi tumbuhan penghasil bahan bangunan sebanyak 69 jenis tumbuhan. Jenis yang paling banyak ditemukan yaitu dari kelompok famili Dipterocarpaceae sebanyak 14 jenis. Salah satu contoh yaitu jenis tumbuhan keladan Dipterocarpus warbugii. Jenis ini memiliki kayu yang mudah dikembangkan untuk papan pada bangunan rumah dan untuk perabot rumah tangga Heyne 1987. Jenis tumbuhan yang lain yaitu merkuyung Hopea pachycarpa dan meranti kuning Shorea brunescens. Sedangkan pada areal ijin PT PIP, memiliki potensi tumbuhan penghasil bahan bangunan sebanyak 58 jenis. Sama halnya dengan PT SKK, jenis tumbuhan yang paling banyak terdapat pada kelompok famili Dipterocarpaceae. Salah satu contoh yaitu jenis emang Hopea mengerawan. Bagian yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan pada jenis ini adalah batang dan kulit kayunya. Kayunya memiliki sifat agak keras, padat dan halus, jika baru ditebang, biasanya berurat sangat lurus tetapi kadang berombak-ombak dengan kilaunya yang indah membuat menjadi efek bagus. Kayunya pantas dipakai untuk bangunan bagian luar dan biasa dipakai sebagai bahan pembuat perahu. Sedangkan untuk kulit kayunya, telah banyak dipakai untuk dinding atau kasau setelah di buat pias-pias selebar 5-6 cm Heyne 1987. Pada PT PGM memiliki potensi tumbuhan penghasil bahan bangunan sebanyak 35 jenis. Jenis terbanyak juga terdapat dalam kelompok famili Dipterocarpaceae. Salah satu contohnya yaitu tekam peyau Hopea sangal. Menurut heyne 1987, jenis ini cocok digunakan sebagai bahan pembuat perahu lesung dan penggilingan padi karena kayunya yang awet dan tidak mudah terbelah.

10. Tumbuhan untuk Upacara Adat

Suku Dayak Iban dan Dayak Tanju yang terdapat di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat mempunyai tradisi dan nilai kebudayaan yang tinggi. Tumbuhan erat kaitannya dengan upacara adat atau ritual-ritual lainnya. Karena unsur tumbuhan selalu dipakai dalam hampir seluruh kegiatan tersebut, mengingat sebagian dari masyarakatnya percaya akan hal-hal ghaib. Jenis tumbuhan berguna yang berpotensi sebagai tumbuhan untuk upacara adat di tiga areal studi sebanyak 13 jenis di PT SKK, 11 jenis di PT PIP dan 10 jenis di PT PGM. Beberapa jenis tumbuhan untuk upacara adat di areal studi disajikan pada Tabel 22. Tabel 22 Beberapa jenis tumbuhan untuk upacara adat di areal studi No Nama Ilmiah Nama Lokal Bagian yang dimanfaatkan Penggunaan Perusahaan 1 Dracontomelon mangiferum Benduo, penduo Batang Perlengkapan upacara 1, 2 2 Areca catechu Pinang Daun Aksesoris saat upacara 1, 2, 3 3 Arenga pinnata Enau, daun ijuk Daun Aksesoris saat upacara 1 4 Metroxylon sp. Rambai Daun Aksesoris saat upacara 1, 2, 3 5 Macaranga pruinosa Engkawung, purang Daun dan kulit batang Aromatik saat upacara 1, 2 6 Dracontomelon mangiferum Benduo, penduo Batang Perlengkapan upacara 1, 2 7 Curculigo capitulata Lembak Batang Perlengkapan upacara 1, 2, 3 8 Shorea balangeran Kawi Batang Perlengkapan upacara 2, 3 9 Koompassia malaccensis Kempas Batang Perlengkapan upacara 2, 3 10 Aquilaria malaccensis Garu, kayu garu, gaharu Daun dan kulit batang Aromatik saat upacara 2, 3 Keterangan: 1= PT Sawit Kapuas Kencana, 2= PT Paramitra Internusa Pratama, 3= PT Persada Graha Mandiri Sumber: Identifikasi dari Pustaka Heyne 1987 Areal ijin PT SKK memiliki potensi tumbuhan untuk upacara adat sebanyak 13 jenis tumbuhan. Jenis yang paling banyak ditemukan yaitu dari kelompok famili Araceae 3 jenis, salah satu contohnya yaitu pinang Areca catechu. Jenis ini biasa dimanfaatkan saat upacara adat sebagai pelengkap upacara aksesoris. Bagian pada tumbuhan yang dimanfaatkan yaitu daun. Pada areal ijin PT PIP jenis tumbuhan untuk upacara adat yang paling banyak ditemukan juga terdapat pada kelompok famili Araceae yaitu sebanyak dua jenis. Salah satu jenis tumbuhannya yaitu rambai Metroxylon sp, yang daunnya juga dimanfaatkan sebagai pelengkap aksesoris saat upacara adat. Sedangkan pada PT PGM, jenis tumbuhan untuk upacara adat yang paling banyak ditemukan terdapat pada kelompok famili Thymelaeaceae 2 jenis. Salah satu contohnya yaitu garu Aquilaria malaccensis. Jenis ini dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pelengkap aromatik saat upacara adat. Jenis-jenis tumbuhan untuk upacara adat yang telah diidentifikasi pada areal studi dapat dijadikan informasi dan pengetahuan lebih bagi masyarakat di sekitar kawasan areal studi.

11. Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman dan Kerajinan

Menurut Isdijoso 1992, tanaman yang termasuk dalam kelompok sumber bahan sandang, tali-temali dan anyaman antara lain kapas Gossypium hirsutum, kenaf Hibiscus sp, rosella Hibiscus sp, yute Corchorus sp, rami Boehmeria sp, abaca Musa sp., dan agave atau sisal Agave sp.. Jenis-jenis tersebut dapat menghasilkan serat dengan kualitas bagus. Namun ada pula jenis lain di tiga areal studi yang berpotensi sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan. Jenis tumbuhan berguna yang berpotensi sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan di tiga areal studi sebanyak 21 jenis di PT SKK, 22 jenis di PT PIP dan 16 jenis di PT PGM. Beberapa jenis tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan di tiga areal studi disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Beberapa jenis tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan di areal studi No Nama Ilmiah Nama lokal Bagian yang dimanfaatkan Penggunaan Perusahaan 1 Xylopia sp. Suluh Kulit batang Tikar kulit kayu 1, 2, 3 2 Calamus caesius Rotan duduk Kulit batang Kerajinan perabot rumah tangga 1, 2 3 Licuala spinosa Isang Kulit batang dan daun Teras 1, 2 4 Salacca zalacca Salak Kulit batang dan daun Teras 1 5 Eusideroxylon zwageri Belian Batang Anyaman 1, 3 6 Pandanus tectorius Pandan bengkuang Daun Anyaman 1 7 Dinochloa scandens Bambu lecau Batang Kerajinan perabot rumah tangga 1, 2 8 Gluta renghas Rengeh Ranting Tali 1, 2, 3 9 Dyera lowii Jelutung Ranting Tali 2, 3 10 Cocos nucifera Kelapa Daun dan kulit batang Anyaman dan tali 3 11 Plectocomiopsis borneensis Rotan bambu Batang Perabot rumah tangga dari rotan 3 12 Eusideroxylon zwageri Belian Batang Anyaman 1, 3 Keterangan: 1= PT Sawit Kapuas Kencana, 2= PT Paramitra Internusa Pratama, 3= PT Persada Graha Mandiri Sumber: Identifikasi dari Pustaka Heyne 1987 Areal ijin PT SKK memiliki potensi tumbuhan penghasil penghasil tali, anyaman dan kerajinan sebanyak 21 jenis. Jenis yang paling banyak ditemukan yaitu dari kelompok famili Araceae sebanyak 8 jenis. Salah satu contohnya yaitu enau atau daun ijuk Arenga pinata. Jenis tumbuhan berhabitus pohon ini memiliki kegunaan sebagai bahan pembuat anyaman, sapu dan tali dengan akar sebagai bagian yang dimanfaatkan. Akar-akarnya yang direndam dalam air hingga kulitnya mengelupas menghasilkan suatu material anyaman yang mudah dibelah- belah serta awet. Pada areal ijin PT PIP memiliki potensi tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan sebanyak 22 jenis. Sama halnya dengan PT SKK, famili terbanyak yaitu dari kelompok Arecaceae. Salah satu contoh jenisnya yaitu rotan tunggal Calamus retrophyllus. Jenis tumbuhan berhabitus liana ini memiliki kegunaan sebagai bahan pembuat anyaman yang halus, seperti bakul, serba serkap ikan, barang-barang rumah tangga dan sebagainya. Rotan jenis ini luar biasa liatnya dan mudah dipintal menjadi tali, yang digunakan untuk menambat ternak dan sebagai tali pengekang Heyne 1987. Sedangkan untuk areal ijin PT PGM, memiliki potensi tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan sebanyak 16 jenis. Sama seperti PT SKK dan PT PIP, famili terbanyak yaitu dari kelompok Arecaceae. Salah satu contoh jenis yang terdapat pada areal ini adalah kelapa Cocos nucifera. Daun dan serabutnya memiliki kegunaan sebagai bahan pembuat berbagai anyaman dan tali. Sirip pada daun baik muda maupun yang tua, digunakan untuk bermacam anyaman keperluan rumah tangga yang bersifat sementara saja. Lidi-lidinya dibuat sapu dan anyaman seperti halnya lidi-lidi arenga dan nipa, bedanya lidi-lidi ini lebih halus dan lebih pendek. Sedangkan untuk membuat bermacam-macam tali, dibutuhkan bahan baku berupa serabut tua pada kelapa.

12. Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar

Kayu bakar merupakan bahan yang sangat penting terutama bagi masyarakat pedesaan, dengan alasan ekonomi. Karena harga minyak tanah atau sumber bahan bakar lain yang kurang terjangkau dan kemudahan memperoleh kayu bakar tanpa harus mengeluarkan biaya, merupakan hal termudah yang dapat mereka lakukan. Pada umumnya, hampir semua jenis kayu dapat digunakan sebagai bahan kayu bakar, namun sebenarnya hanya beberapa jenis saja yang berpotensi sebagai bahan kayu bakar yang baik karena memiliki sifat nyalanya yang bagus, awet dan memberikan bara yang cukup. Jenis tumbuhan berguna yang berpotensi sebagai penghasil kayu bakar di areal studi sebanyak 23 jenis tumbuhan di PT SKK, 17 jenis di PT PIP dan 16 jenis di PT PGM. Beberapa jenis tumbuhan penghasil kayu bakar di areal studi disajikan pada Tabel 24. Tabel 24 Beberapa jenis tumbuhan penghasil kayu bakar di areal studi No Nama Ilmiah Nama Lokal Bagian yang Dimanfaatkan Penggunaan Perusahaan 1 Dracontomelon mangiferum Benduo, penduo Batang dan ranting Kayu bakar 1, 2 2 Mangifera foetida Asam kemantan, mbacang Batang Kayu bakar 1, 2, 3 3 Swintonia glauca Raba Batang dan ranting Kayu bakar 1 4 Arenga pinnata Enau, daun ijuk Batang Kayu bakar 1 5 Metroxylon sp. Rambai Batang Kayu bakar 1, 2, 3 6 Durio zibethinus Durian Batang dan ranting Kayu bakar 1, 3 7 Artocarpus anisophyllus Entawa, mentawa Batang dan ranting Kayu bakar 1, 2, 3 8 Eugenia ap. Jambu Batang dan ranting Kayu bakar 2, 3 9 Tristania obovata Melaban merah Batang dan ranting Kayu bakar 1, 2, 3 10 Gigantochloa apus Munti Batang dan ranting Kayu bakar 1, 2 11 Nephelium lappaceum Sibao, sibau Batang dan ranting Kayu bakar 1, 2, 3 Keterangan: 1= PT Sawit Kapuas Kencana, 2= PT Paramitra Internusa Pratama, 3= PT Persada Graha Mandiri Sumber: Identifikasi dari Pustaka Heyne 1987 Jenis-jenis tumbuhan penghasil kayu bakar yang telah diidentifikasi di areal studi dapat dijadikan informasi dan pengetahuan lebih bagi masyarakat di sekitar kawasan areal studi.

13. Tumbuhan Penghasil Lain-lain

Dari 12 kategori pengklasifikasian tumbuhan berdasarkan kegunaannya, terdapat 20 jenis di PT SKK, 18 jenis di PT PIP dan 12 jenis tumbuhan di PT PGM yang belum masuk dalam klasifikasi kegunaan. Jenis-jenis ini memiliki spesialisasi kegunaan tersendiri. Ada yang berguna sebagai tumbuhan pencegah erosi, terdapat pada jenis serang Cratoxylum glaucum dari famili Hypericaceae. Jenis ini terkenal dengan nama lokal serang, ditemukan pada lokasi PT SKK dan PT PIP. Ada juga yang digunakan sebagai bahan pembuat dayung, yaitu pada jenis melaban putih Tristania maingayi dari famili Myrtaceae. Jenis ini ditemukan di setiap lokasi areal studi. Kemudian terdapat jenis simpur daun besar Dillenia grandifolia dari famili Dilleniaceae yang bermanfaat sebagai bahan pembuat pentul korek api. Untuk deskripsi lebih lanjut mengenai detail kategori ini dapat dilihat di Tabel 25. Tabel 25 Daftar jenis tumbuhan penghasil lain-lain di areal studi No Nama Ilmiah Nama Lokal Bagian yang dimanfaatkan Penggunaan Perusahaan 1 Erechthites valerianifolia Sentrong, sintrong Pohon Tanaman Pagar 1 2 Dillenia grandifolia Simpur daun besar Batang Pentul korek api 1, 2, 3 3 Hevea brasiliensis Getah Pohon Pencegah erosi 1, 2, 3 4 Tristania maingayi Melaban putih Batang Dayung 1, 2, 3 5 Coffea robusta Kopi Biji Minuman 1 6 Trema orientalis Meregang Pohon Pohon peneduh 1, 2 7 Vitex pubescens Papak, kepapa Pohon Tanaman Pagar 1, 2, 3 8 Elaeis guneensis Sawit Palem Minyak nabati 1, 2 9 Calophyllum pulcherrimum Bintangur Pohon Pencegah erosi tanah 2, 3 10 Combretocarpus rotundatus Perepat Pohon Fungsi ekologi 2 11 Ficus benjamina Kayu ara Pohon Pohon peneduh 1, 2, 3 12 Aquilaria malaccensis Garu, kayu garu, gaharu Akar Bahan baku sabun dan shampo 2, 3 13 Dyera lowii Jelutung Getah Bahan permen karet 2, 3 Keterangan: 1= PT Sawit Kapuas Kencana, 2= PT Paramitra Internusa Pratama, 3= PT Persada Graha Mandiri Sumber: Identifikasi dari Pustaka Heyne 1987 Jenis-jenis tumbuhan penghasil lain-lain yang telah diidentifikasi di areal studi ini dapat dijadikan sebagai informasi dan pengetahuan lebih bagi masyarakat di sekitar areal studi

5.2.2 Keterkaitan Budaya Masyarakat Dayak terhadap Hutan dan Pembangunan Kebun Kelapa Sawit

Dokumen yang terkait

Language Disorder In Schizophrenia Patient: A Case Study Of Five Schizophrenia Paranoid Patients In Simeulue District Hospital

1 32 102

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 60 209

Potensi tumbuhan berguna pada areal HCV (High Conservation Value) di perkebunan kelapa sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu)

2 52 188

Dynamic Model of Small Scale Timber Regulation and Carbon (Case Study at Indegenous Forests in Manokwari District West Papua Province).

0 12 225

Analysis of farmer’s perceptions and strategies in smallholder timber plantation business (case studies of smallholder timber plantations at Gunungkidul District, Special Province of Yogyakarta and Tanah Laut District, Province of South Kalimantan)

0 11 331

Diversity and Dispersal of Amphibian in Palm Oil Agriculture Landscape Elements: Case Study PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan District, West Sumatra

2 20 273

The economic impact of High Conservation Value Areas (HCVA) management on palm oil estate (Case study: PT Inti Indosawit Subur Kebun Buatan, Riau Province).

2 22 179

Zoning of local marine conservation areas for marine mariculture (A case study at Pasi Island, District of Kepulauan Selayar, South Sulawesi Province)

0 7 131

UND PT. ALAM KAPUAS PERSADA

0 0 1

Potential for Ecotourism in Kapuas Hulu and Malinau

0 0 87