b. Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan
dilakukan dengan pengawasan langsung DOT= Directly Observed Treatment oleh seorang Pengawas Menelan Obat PMO.
2.3 Multidrug Resistant Tuberculosis TB-MDR 2.3.1 Pengertian TB MDR
Resistansi kuman M.tuberculosis terhadap OAT adalah keadaan dimana kuman sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan OAT. TB resistan OAT pada
dasarnya adalah suatu fenomena buatan manusia, sebagai akibat dari pengobatan pasien TB yang tidak adekuat dan penularan dari pasien TB resistan OAT.
Penatalaksanaan TB resistan OAT lebih rumit dan memerlukan perhatian yang lebih banyak daripada penatalaksanaan TB yang tidak resistan. Penerapan
Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat menggunakan kerangka kerja yang sama dengan strategi DOTS. Permenkes RI No 13 Tahun
2013 Secara umum resistensi terhadap OAT dibagi menjadi:
a. Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat
pengobatan OAT atau telah mendapat pengobatan OAT kurang dari 1 bulan
b. Resistensi inisial ialah apabila tidak diketahui dengan pasti apakah pasien
sudah ada riwayat pengobatan OAT sebelumnya atau belum pernah c.
Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai riwayat pengobatan OAT minimal 1 bulan
22
Universitas Sumatera Utara
Insidensi TB-MDR terus meningkat sejak diperkenalkannya pengobatan TB pertama tahun 1943. Penggunaan rifampisin yang meluas pada awal tahun 1970-
an mengakibatkan munculnya resistensi yang kemudian mengharuskan penggunaan pengobatan TB lini kedua Sinaga, 2013. Selain itu, kesalahan
petugas kesehatan dan ketidakpatuhan pasien selama pengobatan TB juga menjadi pencetus munculnya TB-MDR. Dengan kasus yang terus meningkat dan meluas
di berbagai negara, TB-MDR merupakan masalah global yang harus diatasi bersama Ormerod, 2005.
2.3.2 Faktor Penyebab TB MDR
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 13 Tahun 2013 Faktor penyebab terjadinya TB MDR adalah :
1. Pemberi jasapetugas kesehatan, yaitu karena :
a. Diagnosis tidak tepat,
b. Pengobatan tidak menggunakan paduan yang tepat,
c. Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak adekuat,
d. Penyuluhan kepada pasien yang tidak adekuat
2. Pasien, yaitu karena : a.
Tidak mematuhi anjuran dokter petugas kesehatan b.
Tidak teratur menelan paduan OAT, c.
Menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya. d.
Gangguan penyerapan obat
23
Universitas Sumatera Utara
3.Program Pengendalian TB , yaitu karena : a.
Persediaan OAT yang kurang b.
Kualitas OAT yang disediakan rendah Pharmaco-vigillance
2.3.3 Diagnosis TB MDR
Untuk menegakkan diagnosis resistensi obat TB diawali dengan mengenali faktor risiko dan mempercepat dilakukan diagnosis laboratorium. Deteksi lebih
awal dan memulai terapi MDR TB merupakan faktor penting mencapai keberhasilan pengobatan. Pemeriksaan dilakukan meliputi sputum BTA, uji kultur
M. tuberculosis dan resistensi obat. Kemungkinan resistensi obat TB secara simultan dipertimbangkan dengan pemeriksaan sputum BTA sewaktu menjalani
paduan terapi awal Depkes RI., 2008.
Diagnosis TB MDR tergantung pengumpulan dan proses kultur specimen yang adekuat serta harus dilakukan sebelum terapi diberikan. Jika pasien tidak
dapat mengeluarkan sputum dilakukan induksi sputum dan jika tetap tidak bias, dilakukan bronskopi. Tes sensitivitas terhadap obat lini pertama dan kedua harus
dilakukan pada laboratorium yang memadai. Pemeriksaan mikrobiologik untuk konfirmasi TB MDR dapat berupa pemeriksaan fenotipik, pemeriksaan genotipik,
dan pemeriksaan kondisi factual. Pemeriksaan fenotipik dapat dilakukan dengan jalan memaparkan kuman yang terhadap obat dan selanjutnya melihat ada
tidaknya pertumbuhan kuman dan membandingkan jumlah kuman yang dipaparkan terhadap obat yang dibandingkan kontrolnya.
24
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Kriteria Pasien Suspek TB-MDR
Terdapat delapan kriteria pasien yang diduga menjadi suspek TB-MDR yang meliputi :
a. Kasus kronik atau pasien gagal pengobatan
b. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah bulan ke 3
dengan kategori dua c.
Pasien yang pernah menjalani pengobatan TB termasuk obat lini ke dua d.
Pasien gagal pengobatan kategori 1 e.
Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah sisipan dengan kategori 1
f. Kasus TB kambuh
g. Pasien yang kembali setelah lalaidefault pada pengobatan kategori 1 dan
atau kategori dua h.
Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB-MDR konfirmasi,termasuk petugas kesehatanyang bertugas di bangsal TB-MDR
2.3.5 Pencegahan dan pengobatan TB MDR 1. Pencegahan TB MDR
Pencegahan terjadinya TB MDR dapat dimulai sejak awal penanganan kasus baru TB antara lain : Pengobatan secara pasti terhadap kasus BTA positif pada
pertama kali, penyembuhan secara komplit kasus kambuh, penyediaan suatu pedoman terapi terhadap TB, penjaminan ketersediaan OAT adalah hal yang
krusial, pengawasan terhadap pengobatan, dan adanya OAT secara gratis.
25
Universitas Sumatera Utara
Banyaknya kasus TB MDR oleh karena “man made phenomena” maka jangan
pernah memberikan terapi tunggal pada kasus TB. Peranan pemerintah dalam dalam hal dukungan kelangsungan program dan ketersediaan dana untuk
penanggulangan TB DOTS. Dasar pengobatan TB oleh klinis berdasarkan pedoman terapi sesuai evidence base dan tes kepekaan kuman.
2. Pengobatan TB MDR