Tabel 4.3 Tenaga Kesehatan Puskesmas Teladan
No Jenis Tenaga Pendidikan
Jlh Jenis Kelamin
Status Kepegawaian
Laki- Laki
Perempua n
PNS honor
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
Dr Spesialis Dokter Umum
Dokter Gigi SKM
Perawat Bidan
Analis Apoteker
Sanitasi Perawat Gigi
Gizi Fisioterapi
Administrasi Petugas
kebersihan Satpam
Spesialis S1
S1 S1
S1 D3
SPK D3
D3 apoteker
D3 SPRG
D3 S1
D3 SMP
SMK SMA
3 3
3 3
2 9
3 5
4 2
1 2
1 1
1 1
1 1
46 2
1 1
1 1
1 1
7 1
4 3
2 2
9 3
5 4
2 1
2 1
39 3
4 3
3 2
9 3
5 4
2 1
2 1
1 2
1 1
41 1
1 1
2
4.2 Pelaksanaan Strategi DOTS Plus pada program penanggulangan TB MDR di Puskesmas Teladan
Penanggulangan TB kini sudah mendapat tantangan baru dengan munculnya TB MDR yang diakibatkan oleh kuman yang telah resisten. Program
penanggulangan TB MDR dilakukan dengan Strategi DOTS plus dengan lima komponen yang mendukung keberhasilan program penanggulangan TB MDR.
Program penanggulangan TB MDR dengan Strategi DOTS Plus di Puskesmas Teladan dimulai pada Tahun 2014 setelah menemukan kasus TB
MDR. Pada Tahun 2014 – 2015 terdapat 4 pasien TB MDR dimana salah satu
55
Universitas Sumatera Utara
pasien telah meninggal dan 3 pasien dalam masa pengobatan yang satu diantaranya merupakan pasien ko-infeksi TB. Pasien TB MDR melakukan
pengobatan selama 2 tahun dan 6 bulan suntik injeksi. Setiap pasien yang diduga TB MDR akan dirujuk ke RS Adam Malik untuk dilakukannya pemeriksaan
sputum dengan menggunakan Gene Expert. Pelaksanaan strategi DOTS dilakukan dengan lima komponen yaitu :
komitmen politis yang berkesinambungan dalam masalah MDR, strategi penemuan kasus dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis, pengobatan
dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis OAT lini kedua dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat PMO, jaminan tersedianya OAT lini
kedua secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu dengan mutu terjamin, serta sistem pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program penanggulangan TB MDR Permenkes RI No 13 tahun 2013.
4.2.1 Komitmen Politis Yang Berkesinambungan
Hasil wawancara mendalam tentang komitmen politis sebagai salah satu komponen strategi DOTS Plus diperoleh informasi :
“Kalau dikatakan komitmen tentang penanggulangan TB MDR ya kita harus siap untuk melaksanakan program penanggulangan TB MDR
dengan strategi DOTS Plus. Jika ada pasien TB MDR kita tidak boleh menolaknya melainkan menanganinya agar tidak terjadi penularan.
Pasien yang diagnosanya positif TB MDR dari RS Adam Malik akan di lanjutkan pengobatannya ke puskesmas.” Informan 1
Dari Pernyataan informan 1 bahwa di Dinas Kesehatan sudah memiliki komitmen dalam mengadakan program TB MDR dengan menggunakan strategi
56
Universitas Sumatera Utara
DOTS Plus terlihat dari tidak adanya penolakan dalam penanganan kasus TB MDR melainkan kesiapan untuk menanganinya. Begitu juga dengan hasil
wawancara di puskesmas Teladan didapatkan informasi : “Program penanggulangan TB MDR di Puskesmas Teladan sudah kami
lakukan sejak tahun 2014 setelah adanya pasien TB MDR dengan Strategi DOTS Plus. Puskesmas melakukan penjaringan untuk menemukan kasus
kemudian kita rujuk ke Adam Malik dan akan dikembalikan ke puskesmas untuk suntik dan kelanjutan pengobatan.
” Informan 2 3 Hal ini menyatakan bahwa Puskesmas Teladan melaksanakan program
penanggulangan TB MDR dengan Strategi DOTS Plus setelah adanya pasien pada tahun 2014. Puskesmas melakukan penjaringan suspek TB MDR untuk
menemukan kasus yang kemudian dirujuk ke RS Adam Malik dan dikembalikan ke puskesmas untuk melanjutkan pengobatan.
Kegiatan yang mendukung komitmen adalah pengembangan sumber daya manusia dan kerja sama lintas program dan lintas sektor dalam pelaksanaan
strategi DOTS Plus dan diperoleh hasil wawancara yaitu : “Pengembangan sumber daya manusia itu dengan mengadakan pelatihan
untuk program TB MDR yang dilakukan sekali pada awal munculnya pasien TB MDR Waktu ada pelatihanlah diberikan buku panduan TB
MDR ini. Kalau kerja sama lintas program saya rasa lancar saja karena meskipun penanggung jawab program TB di puskesmas cuma 1 akan
tetapi petugas yang lain juga kan boleh ikut membantu sedangkan untuk lintas sektor di kecamatan maupun di kelurahan untuk berbagi informasi
TB MDR. Tetapi kalau untuk pengobatan dan efek samping kita kerja sama ke RS Adam Malik.” Informan 1
“Pelatihan khusus untuk TB MDR belum pernah ada kami dapatkan, akan tetapi dulu saya pernah ikut sosialisasi tentang penanganan TB MDR ini.
Buku panduannya gak ada, paling searching dari internet. Kerja sama lintas program di puskesmas ini ya bersama program HIV , Promkes. Jika
petugas TB tidak ada maka perawat yang ada ditugaskan untuk menyuntik
57
Universitas Sumatera Utara
pasien TB MDR, Kerja sama lintas sektor dilakukan bersama dengan kelurahan dan kecamatan untuk menyampaikan informasi tentang
penyakit ini.”Informan 2 “Untuk pelatihan TB MDR hanya sekilas saja saya dapatkan, tidak seperti
TB Paru yang mendalam. Ketika mengikuti penyuluhan TB yang juga terkadang ada di sampaikan sekilas tentang TB MDRnya.Buku panduan
gak ada sama saya yang ada hanya selembaran 9 kriteria terduga TB MDR. Untuk kerja sama, Meskipun saya sendiri penanggungjawab TB
paru dan TB MDR dalam pelaksanaannya kami berkoordinasi kok. Kalau saya tidak ada disini, perawat yang lain yang memberikan obat ataupun
menyuntik pasien.” Informan 3
Berdasarkan kutipan beberapa informan diatas dapat diketahui bahwa pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan pelatihan. Pelatihan sudah
pernah dilaksanakan pada awal maraknya TB MDR akan tetapi petugas kesehatan di puskesmas Teladan belum mendapatkan pelatihan dalam penanganan TB
MDR. Puskesmas Teladan hanya mengikuti sosialisasi tentang TB MDR sedangkan pelatihan tidak ikut karena belum adanya pasien TB MDR pada saat itu
sementara buku panduan ada dibagikan hanya pada saat mengikuti pelatihan. Kerja sama lintas program dilakukan dengan baik karena petugas kesehatan di
puskesmas Teladan saling berkoordinasi satu sama lain dalam memberikan obat dan memberikan suntik kepada pasien. Kerja sama lintas program dilakukan
bersama dengan program HIV, Promkes dan dibantu juga dari bagian Apotik dan Laboratorium. Sedangkan Kerja sama lintas sektor dilakukan bersama kelurahan
dan kecamatan untuk dapat mengadakan penyuluhan tentang TB MDR di wilayah kerja Puskesmas Teladan.
58
Universitas Sumatera Utara
Komitmen juga perlu adanya investasi ataupun pendanaan untuk menjalankan program TB MDR. Hasil wawancara mendalam tentang sumber
pendanaan untuk program TB MDR adalah : “Sumber dananya ini dari Kemenkes ke Dinas Provinsi lalu ke RS Adam
Malik. Dari RS Adam Malik lah diberikan obat ke puskesmas dan untuk penunjang yang lainnya seperti aquades, spuit itu dari anggaran
puskesmas.” Informan 1 “Kalau sumber dana untuk sosialisasi dan alat penunjang seperti spuit,
aquades itu dari dana BOK sedangkan untuk obat obatan dari APBN melalui RS Adam Malik” Informan 2
Berdasarkan hasil wawancara tentang sumber dana untuk program TB MDR bersumber dari dana APBN dimana obat-obatan dari RS Adam Malik.
Sedangkan untuk alat penunjang seperti aquades, spuit dari dana BOK puskesmas Teladan.
4.2.2 Strategi Penemuan Kasus
Strategi penemuan kasus untuk program penanggulangan TB MDR diperoleh informasi melalui wawancara mendalam yaitu “
“Biasanya pasien berobat ke puskesmas ataupun ke pelayanan kesehatan yang lain untuk memeriksakan keluhannya. Kemudian diperiksa dahaknya
dan kalau diduga TB MDR maka akan di rujuk ke RS Adam Malik untuk kultur dahak. Setelah diagnosanya positif maka akan dikembalikan ke
puskesmas untuk melanjutkan pengobatan, Kalau ke rumah-rumah biasanya
hanya melakukan penyuluhan.” Informan 1 “Penemuan kasus ya pasien berobat dulu kemudian dianjurkan ke lab
untuk periksa dahak dan kalau diduga TB MDR kita rujuklah ke RS Adam Malik. Setelah itu kan dikembalikan ke puskesmas untuk kelanjutan
pengobatan. Penemuan kasus ke rumah rumah tidak kami lakukan karena
59
Universitas Sumatera Utara
penemuan kasus TB kan secar a pasif dan promosi yang aktif.” informan
2 “Kita obati dulu pasien yang datang dengan keluhan batuk misalnya
kemudian dokter menyuruh untuk periksa dahak ke lab. Kalau positif ada kuman dan berkali kali, maka di duga TB MDR dan dirujuklah ke RS
Adam Malik karena disitu ada alatnya. Setelah positif akan dikembalikan ke puskesmas untuk pengobatannya. Kita hanya menunggu pasien
berobat, gak ada ke rumah- rumah un
tuk mendapatkan kasus.” informan
3
Berdasarkan kutipan tersebut didapatkan hasil penelitian bahwa Puskesmas Teladan melakukan strategi penemuan kasus dengan mengobati pasien
yang datang untuk diperiksa dahaknya ke laboratorium. Jika diduga TB MDR maka akan dirujuk ke RS Adam Malik untuk kultur dahak dan setelah positif TB
MDR akan melanjutkan pengobatan di puskesmas. Penemuan kasus ke rumah –
rumah tidak dilakukan melainkan penyuluhan di wilayah kerja Puskesmas Teladan.
Pernyataan diatas didukung dengan adanya informasi dari pasien TB MDR yang mengungkapkan cara Puskesmas Teladan dalam menemukan kasus
TB MDR yaitu : “Ya saya datang berobat ke sana dan di cek dahak ke lab kemudian
dokternya bilang supaya dirujuk ke RS Adam Malik, Pas di Rumah sakit kata dokternya hasilnya TB MDR. Mulanya saya gak mengerti kan sakit
apa ini dan ternyata karena dulu saya gak teratur minum obat waktu TB Paru. Setelah itu dikembalikan saya ke puskesmas untuk suntik dan
mengambil obat.” Informan 6
60
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Pengelolaan Pasien
Hasil wawancara mendalam tentang pengelolaan pasien dalam penanggulangan TB MDR didapatkan informasi bahwa :
“Pasien yang melanjutkan pengobatan harus dipantau terus terutama minum obat didepan petugas dan adanya PMO pasien TB MDR itu.
Kalau ada pasien yang putus berobat biasanya ada suatu kumpulan Pejabat Pejuang Hebat Martabat yang kita minta untuk memberi
dukungan kepada pasien TB MDR.” Informan 1
Berdasarkan kutipan tersebut dalam pengelolaan pasien TB MDR harus
dilakukan dengan tepat khususnya dalam meminum obat harus di depan petugas dan memiliki PMO yang terlatih. Selain itu pasien yang putus berobat diberikan
semangat ataupun dukungan, motivasi dari perkumpulan Pejabat. Pejabat ini suatu perkumpulan orang orang yang pernah menjadi pasien TB DR dan sudah sembuh
dari penyakit tersebut. Sementara di Puskesmas Teladan pelaksanaan pengelolaan pasien dapat
diperoleh informasi : “Petugas memantau obat-obatnya, efek samping yang di alami pasien,
PMO diberikan informasi agar lebih terlatih dalam penanganan pasien. Pasien yang diluar daerah itu sudah di luar prosedur kita karena pasien
bersih keras ingin tetap puskesmas Teladan yang menangani.” Informan 2
“Pasiennya kita ingatkan setiap datang pakai masker, minum obat depan petugas dan memiliki PMO untuk mendampingi pasien. Untuk pasien yang
di luar daerah sudah kita bilang untuk pindah, namun pasiennya tetap mau kita yang mengobatinya. Memang seharusnya tidak boleh seperti
itu.” Informan 3
61
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan wawancara mendalam tersebut dalam pengelolaan pasien ditangani dengan memantau efek samping, obat-obatan dan mengingatkan pasien
untuk memakai masker pada saat berobat ke Puskesmas Teladan. Hanya saja puskesmas Teladan kurang tegas dalam pemindahan pasien agar tetap pengawasan
minum obat di depan petugas. PMO sangat diharapkan memberikan pendampingan yang serius kepada pasien TB MDR.
Beberapa hasil wawancara mendalam tentang pengelolaan pasien yang dilakukan puskesmas Teladan kepada PMO dan pasien TB MDR didapatkan
informasi : “Kurang tau sih kak PMO itu apa, tapi saya yang mengambil obat Bapak
setiap bulan dan mengirimnya ke sana. Kalau minum obat waktu di sini bapak rajin kok kak, karena bapak juga mau sembuhnya.Pas ngambil obat
di berikan informasi dari puskesmas Teladan supaya mengingatkan bapak untuk rajin minum obat, bilang jangan telat ngambil obat.” Informan 4
“Dulu sama bapak ke puskesmas mengambil obat kan, bapaknya di suntik. Memang ibu yang mendampingi bapak selama sakit ini, tapi gak tau lah
ibu PMO namanya. Penyuluhan gak pernah ibu ikut, paling dijelaskan sama petugas lah dikit2 tentang penyakit bapak ini.” Informan 5
“Sebelum bapak pindah ke sini bapak selalu ke puskesmas suntik, cek berat badan, apalagi efek sampingnya obat ini dek banyak kalilah.
Dijelaskannya penyakit bapak ini berbahaya supaya patuh aku minum obat.” Informan 6
“Saya semasa suntiknya datang ke puskesmas Teladan tapi saya kecewa karena mereka menghindar dari saya. Mereka seperti menjauhi orang
yang penyakit kusta dan untungnya petugas TB nya tidak seperti itu. Dan masker kalau sesak saya bukalah gak tahan juga memakainya.
Penyuluhan gak pernah saya ikut tapi setiap berobat di jelaskan penyakit bapak ini” Informan 7
62
Universitas Sumatera Utara
Kutipan beberapa informan PMO dan Pasien TB MDR bahwa setiap penyuluhan yang diadakan Puskesmas Teladan, PMO dan Pasien tidak pernah
ikut. Hal ini terjadi karena berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan kurangnya minat PMO atau pasien untuk mengikuti penyuluhan dan kurangnya
persiapan petugas dalam mengundang PMO dan pasien jauh hari sebelum penyuluhan dilaksanakan. Mengatasi hal demikian petugas memberikan
penjelasan sekilas tentang TB MDR pada PMO dan pasien pada saat berkunjung ke Puskesmas.
4.2.4 Jaminan Ketersediaan OAT lini kedua
Hasil wawancara mendalam tentang ketersediaan OAT lini kedua dalam program penanggulangan TB MDR di dapatkan informasi :
“Obat-obatan selalu lengkap dari RS Adam Malik ke setiap puskesmas dengan melihat juga tanggal kadaluarsa obat untuk menjamin mutu obat
tersebut.” Informan1 “Obatnya ini dari RS Adam Malik dan maskernya juga diberikan namun,
terkadang
kurang maskernya.
Kalau obatnya
lengkap kami
terima.”Informan 3 Berdasarkan kutipan diatas bahwa hasil penelitian tentang ketersediaan
OAT lini kedua selalu lengkap dan tidak rusak. Obat obatan dan masker diterima dari RS Adam Malik ke puskesmas meskipun masker masih dengan jumlah yang
sedikit. Pernyataan ini semakin didukung dengan adanya informasi dari pasien yaitu :
“Setiap akhir bulan saya mengambil obat ke Puskesmas untuk ku kirim ke sidikalang selalu kok ada. Hanya waktu pengambilan aja kadang telat
sehari karena saya juga ada kerjaan kak.” Informan 4
63
Universitas Sumatera Utara
“Setiap kali mengambil obat ke puskesmas Teladan selalu ada sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan. Seperti “minggu depan diambil
obatnya ya bu ”, ya harus kita ambil lah dek.” Informan 5
“Ibu mengambil obat selalu adanya diberikan puskesmas dan maskernya kadang-kadangnya diberikan. Jadi maulah beli sendiri atau dari adam
malik waktu cek setiap bulan kesana.” Informan 7 Setiap pengambilan obat untuk TB MDR, petugas selalu ada untuk
memberikannya sesuai dengan kebutuhan pasien, menghitung kecukupan obat untuk penjadwalan pengambilan obat dan memberikannya dalam keadaan yang
bagus serta pemberian masker kepada pasien dilakukan hanya pada saat masker tersedia di puskesmas.
4.2.5 Pencatatan dan Pelaporan
Hasil wawancara mendalam tentang pencatatan dan pelaporan dalam penanggulangan TB MDR didapatkan infomasi :
“ Untuk kelancaran pencatatan pelaporan kita mendatangi puskesmas untuk memantau pelaksanaan program, melihat laporan agar
mempermudah menghitung indikator setelah selesai pengobatan.” Informan 1
“Pencatatan kita lakukan setiap kali pasien berobat ataupun PMO nya mengambil obat. Selain itu jika ada yang terduga TB MDR dicatat ke
dalam
buku. Dan setiap pencatatan akan di laporkan ke Dinas.” Informan 2
“Pencatatan pelaporan di puskesmas lengkap dan dilakukan pemantauan berat badan pasien, pengawasan pemberian obat kepada pasien. Pihak
dari Dinkes juga datang untuk memantau pelaksanaan program TB MDR ini” Informan 3
64
Universitas Sumatera Utara
“Ngambil obat ibu dicatat, waktu bapak berobat pun adanya di catatnya” Informan 5
“Dulu waktu masih disana saya datang untuk periksa dan di timbang
berat badan dek dan langsung dicatat di kartu berobat.” informan 6 “Bapak dulu hanya berat badan saja yang di timbang, sekarang bapak
udah tidak pernah kesana. Dicatat mereka ke buku buku itulah” Informan 7
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di dapatkan bahwa pencatatan dan
pelaporan yang dilakukan Puskesmas Teladan sudah lengkap. Dinas Kesehatan melakukan kunjungan ke puskesmas untuk memantau laporan dan pelaksanaan
Puskesmas terhadap Strategi DOTS Plus. Petugas TB MDR melakukan pencatatan serta pemantauan terhadap pasien.Pencatatan dilakukan setiap kali
pasien datang berobat dan PMO mengambil obat untuk pasien TB MDR tersebut. Sedangkan pemantauan yang dilakukan petugas sekedar memantau berat badan
saja kepada pasien TB MDR.
4.3 Hambatan Pelaksanaan Strategi DOTS Plus di Puskesmas Teladan