Monitoring dan Evaluasi Pencatatan dan pelaporan secara baku

pencatatan dan pelaporan diperlukan untuk analisis kohort, untuk menghitung indikator antara dan laporan hasil pengobatan. Kemenkes RI, 2013 Melalui sistem pencatatan dan pelaporan yang sama diseluruh unit pelayanan kesehatan, akan memudahkan evaluasi. Dengan keseragaman penggunaan defenisi kasus berdasarkan kategori penyakitnya, maka pencatatan penderita yang diikuti secara konkrit akan dapat di evaluasi secara berkala. Dalam jangka panjang tujuan program pengobatan pemberatasan TB di Indonesia adalah memutuskan mata rantai penularan, sehingga penyakit TB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Dalam jangka pendek, program ini bertujuan untuk memperluas sarana kesehatan secara bertahap hingga mencapai minimal 70 dari total penderita TB yang ada dapat di catat dan menyembuhkan minimal 80 dari total penderita yang ditemukan. Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan melakukan pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang ditentukan Aditama, 2002.

2.6 Monitoring dan Evaluasi

Sebagaimana juga setiap program di bidang apapun juga, maka pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu pilar utamanya. Program apapun juga termasuk program penanggulangan TB MDR tidak bisa dilaksanakan asal jalan saja, tetapi perlu direncanakan dan dirancang dengan baik dan dipantau secara berkala, disempurnakan di sana sini, dan di evaluasi secara benar guna 40 Universitas Sumatera Utara menilai keberhasilan dan dampaknya pada kesehatan masyarakat secara meluas. Aditama,1994 Monitoring dapat dilakukan dengan cara : 1. Menelaah data pencatatan pelaporan dan sistem surveilans. 2. Pengamatan langsung 3. Wawancara dengan petugas pelaksana maupun dengan masyarakat sasaran. Tujuan evaluasi adalah untuk menganalisis relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak dan keberlanjutan penerapan program sebagai masukan terhadap arah kebijakan jangka panjang. Dengan evaluasi dapat dinilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat berhasil dicapai. Bilamana belum berhasil dicapai, apa penyebabnya. Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan perbaikan kinerja program serta perencanaan ke depan.

2.6.1 Pemantauan Kemajuan Pengobatan

Selama menjalani pengobatan, pasien TB MDR harus dipantau secara ketat untuk menilai kemajuan terhadappengobatan yang diberikan dan mengidentifikasi efek samping sejak dini. Gejala TB batuk, berdahak, demam dan BB menurun pada umumnya membaik dalam beberapa bulan pertama pengobatan. Pemeriksaan apusan dan biakan dahak merupakan pemantauan utama yang wajib dilakukan. Pemeriksaan apusan dahak dan biakan dilakukan setiap bulan pada tahap awal dan setiap 2 bulan sekali pada tahap lanjutan. Konversi apusan dahak dan biakan merupakan indikator utamauntuk menilai kemajuan pengobatan. Definisi terjadinya konversi biakan adalah jika pemeriksaan biakan 2 dua kali berurutan dengan jarak pemeriksaan 30 hari menunjukkan hasil negatif. Dalam hal ini 41 Universitas Sumatera Utara tanggal konversi adalah tanggal pengambilan dahak pertama untuk biakan yang hasilnya negatif. Tanggal ini digunakan untuk menentukan lamanya pengobatan tahap awal dan lama pengobatan selanjutnya. Selain pemeriksaan apusan dan biakan dahak, dilakukan juga beberapa pemantauan penunjang lainnya selama pengobatan TB MDR,antara lain: a. Pemantauan terhadap munculnya efek samping obat. Pemantauan efek samping obat dilakukan setiap hari oleh PMO selama mendampingi pasien menelan obat. b. Pemantauan berat badan dan keluhan atau gejala klinis. Pemantauan dilakukan setiap bulan oleh dokter di fasyankes TB MDR. c. Foto toraks dilakukan setiap 6 bulan atau bila terjadi komplikasi batuk darah masif, kecurigaan pneumotoraks, dll. d. Kreatinin serum dan kalium serum dilakukan setiap bulan selama mendapat obat suntikan. e. Thyroid Stimulating Hormon TSH dilakukan pada bulan ke 6 pengobatan dan diulangi setiap 6 bulan atau bila muncul gejala hipotiroidisme. f. Enzim hati SGOT, SGPT dilakukan setiap 3 bulan atau bila timbul gejala drug induced hepatitis DIH. g. Tes kehamilan dilakukan bila ada indikasi.

2.6.2 Evaluasi Hasil Akhir Pengobatan TB MDR

1. Sembuh 42 Universitas Sumatera Utara a. Pasien yang telah menyelesaikan pengobatan sesuai pedoman pengobatan TB MDR tanpa bukti terdapat kegagalan, dan b. Hasil biakan selama tahap lanjutan menunjukkan hasil negatif minimal 3 kali berturut-turut dengan jarak pemeriksaan antar biakan minimal 30 hari 2. Pengobatan lengkap Pasien yang telah menyelesaikan pengobatan sesuai pedoman pengobatan TB MDR tetapi tidak memenuhi definisi sembuh maupun gagal. 3. Meninggal Pasien meninggal karena sebab apapun selama masa pengobatan TB MDR. 4. Gagal Pengobatan TB MDR dihentikan atau membutuhkan perubahan paduan pengobatan TB MDR secara permanen terhadap 2 dua atau lebih OAT MDR, yang disebabkan oleh salah satu dari beberapa kondisi di bawah ini yaitu: a. Tidak terjadi konversi sampai dengan dengan akhir bulan ke-8 pengobatantahap awal b. Terjadi reversi pada tahaplanjutan, yaitu biakan dahak kembali menjadi positif pada 2 dua kali pemeriksaan berturut-turut setelah sebelumnya tercapai konversi biakan c. Terbukti terjadi resistansi tambahan terhadap obat TB MDR golongan fluorokuinolon atau obat injeksi lini kedua 43 Universitas Sumatera Utara d. Terjadi efek samping obat yang berat yang mengharuskan pengobatan dihentikan secara permanen. 5. Lost to follow-up Pasien terputus pengobatannya selama dua bulan berturut-turut atau lebih.

2.6.3 Evaluasi Lanjutan Setelah Pasien Sembuh atau Pengobatan Lengkap

a. Fasyankes Rujukan TB MDR membuat jadwal kunjungan untuk evaluasi pasca pengobatan. b. Evaluasi dilakukan setiap 6 bulan sekali selama 2 tahun, kecuali timbul gejala dan keluhan TB seperti batuk, produksi dahak, demam, penurunan berat badan dan tidak ada nafsu makan maka pasien segera datang ke fasyankes rujukan. c. Memberikan edukasi kepada pasien untuk mengikuti jadwal kunjungan yang telah ditentukan. d. Pemeriksaan yang dilakukan adalah anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dahak, biakan dan foto toraks. e. Pemeriksaan dilakukan untuk melihatmemastikan adanya kekambuhan. f. Memberikan edukasi kepada pasien untuk menjalankan PHBS seperti olah raga teratur, tidak merokok, konsumsi makanan bergizi, istirahat dan tidak mengkonsumsi alkohol. 44 Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Pikir