Hambatan pelaksanaan Strategi DOTS plus di Puskesmas Teladan Tahun 2016

yang dibagi dalam triwulan I, II, II, dan IV. Petugas akan memeriksa hasil kelengkapan data yang di lakukan oleh puskesmas dengan melihat formulir, untuk mencegah terjadinya kesalahan petugas dalam menulis laporan. Apabila laporan dari puskesmas terlambat, maka petugas Dinas Kesehatan akan mengingatkan kepada petugas TB untuk mengantarkan laporan ke Dinas Kesehatan Kota Medan. Petugas dinas melakukan suvervisi ke puskesmas sekaligus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap program TB MDR. Pemantauan dan evaluasi harus dilakukan untuk meninjau langsung pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh puskesmas. Mengevaluasi efektifitas suatu program adalah menentukan nilai dari hasil yang dicapai oleh tim kesehatan. Evaluasi diadakan untuk mengetahui sejauh mana program yang dilaksanakan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan tenaga kesehatan. Informasi yang didapat untuk memperbaiki kuantitas, kualitas, aksesibilitas, efisiensi dari pelayanan kesehatan McMahon, 1999.

5.2 Hambatan pelaksanaan Strategi DOTS plus di Puskesmas Teladan Tahun 2016

Hambatan pelaksanaan Strategi DOTS plus pada program penanggulangan TB MDR adalah masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program penanggulangan TB MDR. Setiap masalah dapat mempengaruhi kinerja dalam pelaksanaan program. Berdasarkan obsevasi yang peneliti lakukan bahwa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan strategi DOTS plus terdapat dalam pengelolaan pasien baik dari sisi petugas, PMO dan pasien itu sendiri. Petugas memiliki 80 Universitas Sumatera Utara kesulitan dalam pengelolaan pasien karena pasien yang tidak datang ke puskesmas dan berada di luar daerah. Petugas juga kurang tegas dalam pemindahan pasien ke luar kota tempat pasien tinggal. Selain itu petugas juga sulit dalam berkomunikasi dengan pasien karena nomor telepon pasien yang susah untuk di hubungi. Dari sisi PMO dalam menjalankan perannya memiliki hambatan dalam penanganan pasien terlihat dari PMO yang sibuk bekerja dan berada berbeda jarak dengan pasien. PMO juga tidak mendapatkan penyuluhan melainkan hanya informasi pada saat mengambil obat. PMO hanya memahami untuk mengambil obat dan mengingat pasien minum obat tanpa harus melihat pasien meminumnya langsung. Pasien dalam menjalankan pengobatan mengalami banyak efek samping dalam pengobatan dan kurangnya kesadaran untuk memakai alat pelindung diri karena merasa ketidaknyamanan atau sesak tanpa menghiraukan penularan yang terjadi pada orang lain. Selain itu pasien juga mengalami kejenuhan dalam mengkonsumsi obat karena jangka waktu pengobatan yang lama yaitu selama 2 tahun. Setiap hambatan dapat diatasi dengan kerjasama yang baik antara setiap orang yang berperan di dalamnya. Kerjasama antara petugas , PMO dan pasien sebagai pendukung untuk meminimalisirkan penularan TB MDR dan pengobatan tuntas TB MDR. 81 Universitas Sumatera Utara

5.3 Keberhasilan pelaksanaan Strategi DOTS Plus sebagai upaya penanggulangan TB MDR