commit to user 7
untuk penanaman kembali revegetasi lahan-lahan yang dirusak oleh aktivitas gunung berapi. Aktivitas pertambangan dan industri juga
menimbulkan kerusakan pada lingkungan. Berbagai bekas tambang dan daerah industri sudah tidak memiliki lapisan atas
top soil
, sehingga tidak ada vegetasi yang tumbuh oleh karena itu inokulasi tanaman-
tanaman yang digunakan untuk revegetasi lahan-lahan dapat melalui cendawan mikoriza Marumoto, 1999.
Tanaman bermikoriza mempunyai biomassa yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza. Hifa jamur mikoriza
tidak hanya tumbuh di dalam korteks tetapi juga tumbuh menyebar ke dalam tanah dan berfungsi sebagai perpanjangan akar terutama di dalam
menyerap unsur P anorganik pada jarak yang jauh dari jangkauan rambut akar Gunawan, 1993
cit
Sopian, 2003. Hasil penelitian Cahyani 1996 dengan menginokulasikan MVA
dan perimbangan takaran kapur dengan bahan organik dapat memberikan hasil yang baik. Inokulasi mikoriza meningkatkan serapan
P tanaman jagung pada tanah Ultisol Kentrong dan inokulasi mikoriza introduksi memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan
dengan inokulasi mikoriza indigenous.
3. Tanah Alfisol
Tanah Alfisol umumnya berkembang dari batu, olivin, tufa dan lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh,
teksturnya berkisar antara sedang hingga halus,drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral. Kapasitas tukar kation
pada basa-basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umunya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam
dan mempunyai sifat kimia dan fisika relatif baik Munir, 1995. Alfisols memiliki horizon argilik dan terdapat di kawasan yang
tanahnya lembab paling sedikit dalam setengah tahun. Kebutuhan akan kejenuhan basa lebih dari 35 di dalam horizon argilik alfisols, berarti
bahwa basa-basa dilepaskan ke dalam tanah oleh pengikisan hampir
commit to user 8
secepat basa-basa yang terlepas karena tercuci. Dengan demikian, Alfisols menempati peringkat yang hanya sedikit lebih rendah daripada
Molisols untuk pertanian Foth, 1994. Alfisols dapat terbentuk dari lapukan batu gamping, batuan
plutonik, bahan vulkanik atau batuan sedimen. Penyebarannya terdapat pada landform karst, tektonikstruktural, atau volkan, yang biasanya
pada topografi berombak, bergelombang sampai berbukit. Tanah ini mempunyai sifat fisik, morfologi dan kimia tanah relatif cukup baik,
mengandung basa-basa Ca, Mg, K, dan Na, sehingga reaksi tanah biasanya netral pH antara 6,50-7,50 dan kejenuhan basa 35. Tanah
ini berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering atau tanaman tahunan Foth, 1993.
4. Tanah Inceptisol
Tanah Inceptisol di Indonesia umumnya memiliki tingkat kesuburan yang bervariasi mulai dari rendah hingga tinggi. Sifat tanahnya
bereaksi masam hingga agak netral. Kadar bahan organik tanah berkisar dari rendah hingga sedang. Sedangkan kandungan hara N dan P potensial
rendah sampai tinggi. Kalium potensial digolongkan sedang sampai tinggi dan kejenuhan basa dari rendah sampai tinggi Subagyo
et a l
,. 2000.
Perkembangan tanah Inceptisol umumnya terjadi pada horizon B, struktur nya mantap dan teguh. Berasal dari batuan beku, sedimen dan
metamorf. Arah perkembangannya dapat menuju tanah Ultisol dan Alfisol Harjowigeno, 1985.
Tanah Inceptisol dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen dan metamorf. Karena Inceptisol merupakan tanah yang
baru berkembang biasanya mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, dalam hal ini dapat tergantung pada tingkat pelapukan
bahan induknya. Bentuk wilayah beragam dari berombak hingga bergunung. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya beragam dari
dangkal hingga dalam. Di dataran rendah pada umunya tebal, sedangkan
commit to user 9
pada daerah-daerah lereng curam solumnya tipis. Pada tanah berlereng cocok untuk tanaman tahunan atau tanaman permanen untuk menjaga
kelestarian tanah Munir, 1983.
5. Bahan Organik