commit to user
Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum perlakuan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tanah yang digunakan adalah tanah Inceptisol dari
daerah Jogonalan, Klaten. Tanah ini berasal dari bahan induk tuf vulkan hasil letusan gunung Merapi yang mempunyai N total rendah 0.12
disebabkan N hasil dekomposisi bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah dan tanaman untuk perkembangannya, sehingga N
berada dalam jumlah kecil. Sedangkan untuk bahan organik tergolong sedang 2.17
dikarenakan tingkat perkembangan tanah Inceptisol masih relatif muda ditandai adanya iluvuasi liat horison B tetapi belum terbentuk argilik.
Tanah ini biasanya banyak mengandung mineral mudah lapuk seperti olivin, piroksin, amfibol dan lain-lain sehingga potensi kesuburannya
masih relatif tinggi Buol et al .,1989. Spora awal untuk tanah Inceptisols sebesar 20 buah, jumlah ini kurang disebabkan tempat pengambilan top
soil tidak berada ditempat yang strategis. Prospek pemanfaatan tanah Inceptisol di Indonesia masih dapat dikembangkan dengan budidaya yang
tepat sesuai dengan kemampuan lahan tersebut Isa, 1990.
B. Karakteristik Awal Batuan Kapur
Tabel 4.3 Sifat –sifat kimia awal batuan kapur Parameter
Satuan Nilai
Pengharkatan pH H
2
O pH KCl
Bahan Organik P total
C organik CP
- -
- 7.91
7.49 0.214
0.01 0.124
24.54 Agak Alkalis
- Sangat Rendah
- Sangat Rendah
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian 2009
Keterangan: Pengharkatan menurut Balittan 2005
commit to user
Berdasarkan hasil analisis Tabel 4.3 analisis awal batuan kapur menunjukkan bahwa sifat kimia tergolong rendah. Nilai pH H
2
O tergolong agak alkalis sebesar 7.91 dan pH KCl 7.49. Nisbah CP untuk batuan kapur
tergolong sangat rendah hal ini berpengaruh terhadap laju mineralisai dari suatu bahan organik. Menurut Stevenson 1982 bahwa bahan organik
akan dapat terdekomposisi dan termineralisasi, jika nilai CP kurang dari 200 maka akan mempermudah bahan organik mengalami mineralisasi atau
pelepasan P kedalam tanah sehingga ketersediaan unsur hara akan meningkat. Unsur hara P juga diperlukan oleh mikrobia untuk melakukan
aktivitasnya Foth, 1994.
C. Analisis Bahan Organik
Tabel 4.4 Hasil Analisis Bahan Organik
No. Variable Pengamatan
1. pH H
2
O 2.
C organik 3.
N total 4.
CN
Hasil Pupuk Kandang Sapi Kompos Jerami Padi
7.75 7.26 8.18 6.81
0.44 0.50 18.25 13.51
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian 2009 Pupuk organik yang digunakan pada penelitian kali ini adalah pupuk
kandang sapi dan kompos jerami padi. Pupuk kandang merupakan kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang tercampur dengan sisa makanan
ataupun alas kandang sedangkan kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses
dekomposisi atau pelapukan. Berdasarkan Tabel 4.4 bahwa kompos jerami padi mempunyai nilai CN sebesar 13.51 dan nilai kandang sapi sebesar
18.25 hal ini menunjukkan bahwa bahan organik telah mengalami mineralisasi. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara
tanaman dengan lengkap N, P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro dalam
commit to user
jumlah tidak tentu dan relatif kecil. Hara N, P dan S merupakan hara yang relatif lebih banyak untuk dilepas dan dapat digunakan tanaman.
Menurut Sutanto 2002 nisbah CN yang tinggi pada produk akhir menunjukkan mikroorganisme akan aktif memanfaatkan nitrogen untuk
membentuk protein. Apabila CN rendah pada awal proses pengomposan maka nitrogen akan hilang melalui proses volatilisasi amonium. Kualitas
kompos yang baik mempunyai pH berkisar antara 6.0-8.0 Djuarnani, et al, 2004 nilai pH ini sesuai dengan tabel 4.4 untuk pupuk kandang sapi dan
kompos jerami padi sebesar 7.75 dan 7.26.
D. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Kimia Tanah