Perumusan Masalah Karakteristik Tanah Alfisol dan Inceptisol Awal

commit to user 3 bahan makanan bagi jamur. Adanya asosiasi antara akar dengan mikoriza akan memperluas permukaan penyerapan sebagai akibat berkembangnya hifa. Hal ini yang mendasari penelitian untuk mempelajari dan memberikan informasi tentang infektivitas dan efektivitas jamur mikoriza inokulum mikoriza alami, inokulum mikoriza buatan pada lahan pasca penambangan batuan kapur dengan komposisi media tanam berupa bahan organik kompos jerami, pupuk kandang dan penambahan top soil Alfisol, Inceptisol dengan indikator tanaman Jagung Zea mays L ..

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh infektivitas dan efektivitas Mikoriza pada lahan pasca penambangan batuan kapur dengan berbagai komposisi media tanam berupa bahan organik kompos jerami, pupuk kandang dan penambahan top soil Alfisol, Inceptisol pada tanaman jagung Zea mays L., C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk mempelajari infektivitas dan efektivitas jamur mikoriza untuk pertumbuhan dan hasil tanaman jagung Zea mays L. pada berbagai komposisi media tanam berupa bahan organik kompos jerami, pupuk kandang dan penambahan top soil Alfisol, Inceptisol pada lahan pasca penambangan batuan kapur. 2. Manfaat Penelitian · Diperoleh strain Mikoriza yang dapat diaplikasikan sebagai pupuk hayati sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung Zea mays L . · Meningkatkan produktifitas lahan pasca penambangan batuan kapur commit to user 4 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Batuan Kapur

Karakteristik wilayah di ekosistem karst yang sangat spesifik menimbulkan berbagai permasalahan terutama yang menyangkut fungsi dan daya dukung ekosistem karst, diantaranya permasalahan tentang kekeringan, kekurangan air, gagal panen, tanaman hujau untuk ternak terbatas, lahan kritis yang luas, kualitas sumberdaya air, rendahnya pendapatan, kemiskinan, tingkat pendidikan rendah, sarana dan prasarana publik yang tidak tersedia Hatma, 2006. Batuan kapur banyak dimanfaatkan manusia untuk bahan bangunan dan juga pertanian. Sebagai bahan bangunan kapur dapat digunakan sebagai penimbun khususnya tanah kapur, sebagai pondasi bangunan khususnya batu kapur, untuk barang kerajinan dan keramik khususnya batu marmer dan sebagai bahan campur adonan semen. Alam dan manusia menyebar batuan kapur di seluruh bumi. Kapur memiliki sifat basa yang tinggi sehingga banyak digunakan petani untuk menurunkan keasaman tanah Septa, 2009. Kawasan karst dikenal sebagai suatu lingkungan yang memiliki daya dukung sangat rendah, dan tidak dapat diperbaiki jika telah mengalami kerusakan. Karena sifatnya, daerah karst dapat disebut merupakan daerah yang sangat rentan, atau peka terhadap pencemaran. Hal ini disebabkan banyaknya rekahan joint pada batuan gamping penyusun topografi karst sehingga pori-pori yang besar, permeabilitas sekunder yang tinggi, derajat pelarutan batuan yang tinggi, menyebabkan terjadinya lorong-lorong conduit yang merupakan sungai bawah tanah, sehingga masukan sekecil apapun akan diterima dan terperkolasi melaui pori-pori dan memasuki lorong-lorong sungai bawah tanah dan tersebar dengan mudah Adji et a l ., 1999 commit to user 5 Pemanfaatan batuan kapur untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas pertanian. Pengapuran untuk meningkatkan kesuburan tanah hampir dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, hal ini dapat dilihat dari luas areal lahan yang semula 17.000 hektar menjadi 50.000 hektar dengan penambahan kapur Anonim b , 2009. Areal bekas tambang umumnya memisahkan batuanmineral segar yang belum terlapuk sehingga unsur yang terkandung di dalamnya berada dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman BP2TPDAS- IBB, 2003. Kegiatan penambangan juga menyebabkan menurunnya kesuburan tanah, kerusakan sifat fisik. Peralatan yang digunakan selama operasional menyebabkan pemadatan tanah, mengurangi permeabilitas dan kapasitas memegang air Grandt, 1988 cit Munawar, 1998. Perlu adanya upaya rehabilitasi yang tepat agar dapat digunakan untuk kegiatan pertanian. Beberapa upaya dapat dilakukan dengan menanami lahan dengan tanaman penutup, pengaktifan kembali makrofauna tanah untuk perbaikan siklus hara dan penambahan amelioran pembaik tanah,misalnya bahan organik BP2TPDAS-IBB, 2003.

2. Mikoriza

Secara umum mikoriza di daerah tropika tergolong didalam dua tipe yaitu: Mikoriza Vesikular-Arbuskular MVAEndomikoriza Ektomikoriza ECM. Jamur ini pada umumnya tergolong kedalam kelompok ascomycetes dan basidiomycetes Pujianto, 2001. Mikoriza merupakan suatu struktur yang khas yang mencerminkan adanya interaksi fungsional yang saling menguntungkan antara suatu autobiontumbuhan tertentu. Struktur yang terbentuk dari asosiasi tersusun secara beraturan dan memperlihatkan spektrum yang sangat luas, baik dalam tanaman inang, jenis cendawan maupun penyebarannya. Mikoriza tersebar dari artictundra sampai daerah tropis dan dari gurun pasir sampai hutan hujan yang melibatkan 80 jenis tumbuhan yang ada Subiksa, 2002. commit to user 6 Kehadiran mikoriza baik di luar jaringan akar maupun di dalam jaringan akar mempercepat pertumbuhan tanaman yang ditempatinya. Mekanisme kerja sama antara cendawan mikoriza dan akar tanaman secara umum diketahui bahwa infeksi jamur mikoriza meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui peningkatan penyerapan hara dengan semakin luasnya permukaan serapan atau memobilisir sumber hara yang tidak mudah tersedia atau dengan cara mengsekresi senyawa khelat. Adanya asosiasi mikoriza meningkatkan serapan hara terutama unsur hara P, N, unsur makro lain serta unsur mikro. Hifa cendawan masuk ke dalam rongga tanah yang tidak dapat dimasuki akar, selanjutnya hifa tersebut menyerap unsur-unsur hara dalam rongga tersebut dan diserap tanaman Setiadi, 1987 cit Yulianti, 2001. Penelitian tentang mikoriza telah banyak dilakukan, bahkan usaha untuk memproduksinya telah banyak dirintis. Hal ini disebabkan oleh perannya yang cukup membantu dalam meningkatkan kualitas tanaman. Menurut Yusnaini 1998 bahwa mikoriza dapat membantu meningkatkan produksi kedelai pada tanah Ultisol di Lampung. Bahkan pada penelitian lanjut dilaporkan bahwa penggunaan mikoriza dapat meningkatkan produksi jagung yang mengalami kekeringan sesaat pada fase vegetatif dan generatif Yusnaini et a l ., 1999. Infeksi MVA pada akar tanaman mempunyai karakteristik dengan terbentuknya hifa aseptat yang keluar dari akar hifa extradikal dan hifa intraseluler hifa intradikal pada kortek akar, arbuskula yang terbentuk dalam sel intraseluler berfungsi dalam transpor 2 arah, yaitu mengalirkan nutrisi dari jamur ke akar dan fotosintat dari tanaman ke jamur dan vesikula yang terbentuk secara interseluler maupun intraseluler yang berfungsi sebagai tempat menyimpan nutrisi Sieverding cit Cahyani, 1996. Peran mikoriza tidak hanya mempunyai arti potensial untuk melestarikan produksi tanaman, tetapi juga mengkonservasi lingkungan. Di Jepang inokulan cendawan mikoriza sudah digunakan paling berhasil commit to user 7 untuk penanaman kembali revegetasi lahan-lahan yang dirusak oleh aktivitas gunung berapi. Aktivitas pertambangan dan industri juga menimbulkan kerusakan pada lingkungan. Berbagai bekas tambang dan daerah industri sudah tidak memiliki lapisan atas top soil , sehingga tidak ada vegetasi yang tumbuh oleh karena itu inokulasi tanaman- tanaman yang digunakan untuk revegetasi lahan-lahan dapat melalui cendawan mikoriza Marumoto, 1999. Tanaman bermikoriza mempunyai biomassa yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tanpa mikoriza. Hifa jamur mikoriza tidak hanya tumbuh di dalam korteks tetapi juga tumbuh menyebar ke dalam tanah dan berfungsi sebagai perpanjangan akar terutama di dalam menyerap unsur P anorganik pada jarak yang jauh dari jangkauan rambut akar Gunawan, 1993 cit Sopian, 2003. Hasil penelitian Cahyani 1996 dengan menginokulasikan MVA dan perimbangan takaran kapur dengan bahan organik dapat memberikan hasil yang baik. Inokulasi mikoriza meningkatkan serapan P tanaman jagung pada tanah Ultisol Kentrong dan inokulasi mikoriza introduksi memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan inokulasi mikoriza indigenous.

3. Tanah Alfisol

Tanah Alfisol umumnya berkembang dari batu, olivin, tufa dan lahar. Bentuk wilayah beragam dari bergelombang hingga tertoreh, teksturnya berkisar antara sedang hingga halus,drainasenya baik. Reaksi tanah berkisar antara agak masam hingga netral. Kapasitas tukar kation pada basa-basanya beragam dari rendah hingga tinggi, bahan organik pada umunya sedang hingga rendah. Jeluk tanah dangkal hingga dalam dan mempunyai sifat kimia dan fisika relatif baik Munir, 1995. Alfisols memiliki horizon argilik dan terdapat di kawasan yang tanahnya lembab paling sedikit dalam setengah tahun. Kebutuhan akan kejenuhan basa lebih dari 35 di dalam horizon argilik alfisols, berarti bahwa basa-basa dilepaskan ke dalam tanah oleh pengikisan hampir commit to user 8 secepat basa-basa yang terlepas karena tercuci. Dengan demikian, Alfisols menempati peringkat yang hanya sedikit lebih rendah daripada Molisols untuk pertanian Foth, 1994. Alfisols dapat terbentuk dari lapukan batu gamping, batuan plutonik, bahan vulkanik atau batuan sedimen. Penyebarannya terdapat pada landform karst, tektonikstruktural, atau volkan, yang biasanya pada topografi berombak, bergelombang sampai berbukit. Tanah ini mempunyai sifat fisik, morfologi dan kimia tanah relatif cukup baik, mengandung basa-basa Ca, Mg, K, dan Na, sehingga reaksi tanah biasanya netral pH antara 6,50-7,50 dan kejenuhan basa 35. Tanah ini berpotensi untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering atau tanaman tahunan Foth, 1993.

4. Tanah Inceptisol

Tanah Inceptisol di Indonesia umumnya memiliki tingkat kesuburan yang bervariasi mulai dari rendah hingga tinggi. Sifat tanahnya bereaksi masam hingga agak netral. Kadar bahan organik tanah berkisar dari rendah hingga sedang. Sedangkan kandungan hara N dan P potensial rendah sampai tinggi. Kalium potensial digolongkan sedang sampai tinggi dan kejenuhan basa dari rendah sampai tinggi Subagyo et a l ,. 2000. Perkembangan tanah Inceptisol umumnya terjadi pada horizon B, struktur nya mantap dan teguh. Berasal dari batuan beku, sedimen dan metamorf. Arah perkembangannya dapat menuju tanah Ultisol dan Alfisol Harjowigeno, 1985. Tanah Inceptisol dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen dan metamorf. Karena Inceptisol merupakan tanah yang baru berkembang biasanya mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, dalam hal ini dapat tergantung pada tingkat pelapukan bahan induknya. Bentuk wilayah beragam dari berombak hingga bergunung. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya beragam dari dangkal hingga dalam. Di dataran rendah pada umunya tebal, sedangkan commit to user 9 pada daerah-daerah lereng curam solumnya tipis. Pada tanah berlereng cocok untuk tanaman tahunan atau tanaman permanen untuk menjaga kelestarian tanah Munir, 1983.

5. Bahan Organik

Bahan organik yang dapat diberikan untuk pemeliharaan kesuburan tanah berupa sisa-sisa tanaman, pupuk hijau, pupuk kandang, kompos dan masih banyak bahan organik lainnya Indranada, 1986. Hal ini sama yang diungkapkan Foth 1986 bahwa bahan organik merupakan bahan yang berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi semua unsur-unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan pembenah lainnya. Pada umumnya nilai pupuk yang dikandung pupuk organik terutama unsur makro nitrogen N, fosfor P dan kalium K rendah, tetapi pupuk organik juga mengandung unsur mikro essensial yang lain. Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk organik membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya retakan tanah. Pemberian bahan organik mampu meningkatkan kelembaban tanah dan memperbaiki pengatusan dakhil Sutanto, 2002. Menurut Musnamar 2003 pupuk kandang dibagi menjadi kotoran padat dan kotoran cair. Pada ternak sapi kotoran padat rata-rata 23.59 kghari sedangkan untuk kotoran cair 9.07 kghari. Unsur fosfor dalam pupuk kandang sebagian besar berasal dari kotoran padat, sedangkan nitrogen dan kalium berasal dari kotoran cair. Kandungan unsur kalium dalam kotoran cair lima kali lebih besar dari kotoran padat. Sementara kandungan nitrogen dalam kotoran cair hanya 2-3 kali lebih besar dari kotoran padat. Jerami padi secara tidak langsung juga mengandung senyawa N dan C yang berfungsi sebagai substrat metabolisme mikrobia tanah, termasuk gula, pati, selulose, hemiselulose, pektin, lignin, lemak dan protein. Senyawa tersebut menduduki 40 sebagai C berat kering commit to user 10 jerami. Pembenaman jerami ke dalam lapisan olah tanah sawah akan mendorong kegiatan bakteri pengikat N yang heterotropik dan fototropik Matsuguchi, 1979.

6. Tanaman Jagung

Zea mays L . Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn. Kedudukan tata nama atau sistematika tumbuhan termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub division : Angiospermae Classis : Monocotyledone Ordo : Gramineae Familia : Gramineceae Genus : Zea Spesies : Zea ma ys L . Anonim c , 2008. Jagung bernama ilmiah Zea ma ys L. termasuk famili Graminae. Golongan jagung yang terdapat di Indonesia ada empat macam. Tanaman jagung berakar serabut, menyebar ke samping dan ke bawah sepanjang 25 cm. Batang jagung berwarna hijau sampai keunguan, berbentuk bulat dengan penampang melintang selebar 2-2,5 cm. Tinggi tanaman bervariasi antara 125-250 cm. Batang jagung berbuku-buku yang dibatasi oleh ruas. Daun tanaman jagung berjumlah antara 10-20 helai per tanaman. Daun berada pada setiap ruas dengan kedudukan yang saling berlawanan. Biji jagung berkeping tunggal, berderet rapi pada tongkolnya. Setiap tongkol terdapat 10-14 deret biji jagung yang terdiri dari 200-400 butir biji jagung Suprapto, 2002. commit to user 11 Tanaman jagung merupakan kebutuhan pokok yang cukup bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan pengganti beras. Selain sebagai bahan makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Jagung merupakan han dasarbahan olah untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, asam organik, makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung sebagai komponen utama sebanyak 51,4 Anonim d , 2009 Tanaman jagung di lahan kering merupakan tanaman penting karena 75 lahan kering di Jawa Timur pada musim penghujan ditanami jagung, dan untuk lahan sawah dalam pola tanam padi-padi palawija atau padi palawija-palawija, jagung merupakan prioritas untuk tanaman palawija disamping kedelai. Permasalahan yang dihadapi petani jagung antara lain : 1 Penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, baik yang bersari bebas maupun hibrida masih terbatas 2 Di beberapa daerah khususnya pada lahan kering petani masih banyak yang menggunakan jarak tanam yang tidak teratur 3 Pemupukan pada umumnya belum didasarkan atas ketersediaan unsur hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman. Umumnya petani memupuk dengan dosis yang beragam sesuai dengan kemampuan keuangannya masing-masing dan tidak diimbangi dengan pemupukan P dan K. Dengan penerapan teknologi usahatani jagung spesifik lokasi, meliputi penggunaan varietas unggul jagung bersari bebas atau hibrida, perbaikan cara tanam, pemupukan dengan cara dan dosis yang tepat, pengelolaan tanah sesuai kondisi lahan, pengendalian hama dan penyakit commit to user 12 memberikan peluang untuk meningkatkan produktifitas jagung yang cukup tinggi Anonim e , 2008. Tanaman jagung merupakan tanaman semusim annual. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan seperti padi, pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini Anonim f , 2008. commit to user 13

B. Kerangka berpikir

C. Hipotesis Ho : Perlakuan inokulum mikoriza dari media tanam berbasis batuan kapur berpengaruh tidak nyata terhadap infektivitas dan efektivitas pada tanaman jagung Zea ma ys L . Hi : Perlakuan inokulum mikoriza dari media tanam berbasis batuan kapur berpengaruh nyata terhadap infektivitas dan efektivitas pada tanaman jagung Zea ma ys L . Mikoriza Arbuskula Vesikula - Meningkatkan penyerapan unsur hara terutama unsur P - Meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi lahan kritis yang berupa kekeringan dan banyak terdapatnya logam-logam berat . - Menghasilkan antibiotik patogen akar - Memperbaiki struktur tanah dan tidak mencemari lingkungan Produktifitas lahan pasca penambangan batuan kapur meningkat dengan indikator tanaman jagung Zea ma ys L., dan diikuti dengan meningkatnya serapan P Lahan Pasca Penambangan Batuan Kapur Mengakibatkan degradasi lahan : Top soil hilang èBO berkurang è P rendah Inokulum Mikoriza AlamiAndisol Inokulum Mikoriza BuatanIPB Penambahan komposisi media tanam : - Bahan Organik Kompos jerami, Kandang - Top soil Alfisol, Inceptisol commit to user 14 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Laboratorium Biologi Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta pada bulan Maret 2009 sampai Januari 2010. B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan a. Batuan Kapur b. Tanah Inceptisols c. Tanah Alfisols d. Inokulum mikoriza Tengaran Salatiga dan IPB e. Benih jagung hibrida f. Pupuk organik kompos jerami dan pupuk kandang g. Khemikalia untuk analisis laboratorium · Aquades · KOH 10 · HCl 1N · Tryplan blue 2. Alat a. Saringan tanah 2 dan 0.5 mm b. Pot plastik c. Timbangan d. Cetok dan pacul e. Saringan mikoriza 250µ, 90µ , 60µ f. Mikroskop binokuler g. pH meter commit to user 15 h. Autoklaf i. Alat untuk analisis di laboratorium · Pinset · Petridish · Tabung reaksi · Erlemeyer · Pipet C. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pot dengan menggunakan rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap RAL faktorial dengan faktor yang diuji komposisi media tanam dan sumber inokulum MVA Faktor 1 : Komposisi Media Tanam K K1 : Batuan Kapur + Top Soil Inceptisols K2 : Batuan Kapur + Top Soil Inceptisols + BO Pupuk kandang K3 : Batuan Kapur + Top Soil Inceptisols + BO Pupuk Kompos Jerami K4 : Batuan Kapur + Top Soil Alfisols K5 : Batuan Kapur + Top Soil Alfisols + BO Pupuk kandang K6 : Batuan Kapur + Top Soil Alfisols + BO Pupuk kompos Jerami Faktor 2 : Inokulum MVA M M0 : Tanah tanpa inokulum MVA M1 : Tanah dengan inokulum MVA dari Tengaran, Salatiga M2 : Tanah dengan inokulum MVA dari hasil biakan IPB Dari kedua faktor tersebut maka dapat diperoleh 18 kombinasi perlakuan dimana masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali. commit to user 16 Rancangan Percobaan M K M0 M1 M2 K1 K2 K3 K4 K5 K6 K1M0 K2M0 K3M0 K4M0 K5M0 K6M0 K1M1 K2M1 K3M1 K4M1 K5M1 K6M1 K1M2 K2M2 K3M2 K4M2 K5M2 K6M2 D. Variabel yang diamati

1. Variabel Utama

· Macam komposisi media tanam · MVA dari Tengaran dan IPB

2. Variabel Terikat

a. Utama · Tingkat infeksi mikoriza · Tingkat efektifitas mikoriza b. Pendukung 1 Analisis tanah - pH H 2 O dan KCl metode elektrometri - P total metode ekstrak HClO 4 dan HNO 3 pekat - P tersedia metode Bray I dan metode Olsen - Bahan Organik Tanah metode Walkley dan Black - N total tanah metode makro Kjeldahl - CN ratio 2 Analisis batuan kapur - pH H 2 O dan pH KCl metode elektrometri commit to user 17 - P total metode ekstrak HClO 4 dan HNO 3 pekat - CP ratio - Bahan Organik Tanah metode Walkley dan Black 3 Analisis Bahan Organik - pH H 2 O metode elektrometri - CN rasio - N total metode makro Kjeldahl - C organik metode WalkleyBlack 4 Analisis tanah akhir - pH H 2 0 metode elektrometri - pH KCl metode elektrometri 5 Analisis tanaman - Tinggi tanaman tiap 1 minggu sekali - Berat brangkasan segar - Berat brangkasan kering - P jaringan tanaman Ekstrak HClO 4 dan HNO 3 - Panjang akar tanaman segar 6 Analisis Mikoriza - Jumlah spora mikoriza dengan metode penyaringan basah Brundett et al, 1996 cit Siradz dan Siti, 2007 - Tingkat infeksi mikoriza dengan metode pengencatan tryplan blue Phillips Hayman, 1970 cit Sukarno, 1998 E. Tata Laksana Penelitian 1. Survey dan Pemisahan spora • Inokulum mikoriza Inokulum mikoriza dilakukan dengan 2 tahap yaitu a. Dengan mengambil sampel tanah pada tanah Andisol di Tengaran pada daerah rhizosfer tanaman dan b. Membeli pupuk hayati Mikoriza di IPB. • Pemisahan spora mikoriza commit to user 18 Pemisahan spora dari tanah Andisol dilakukan dengan menggunakan saringan kasar dan halus spora melalui tahap 3 tingkatan saringan yaitu saringan 250µ, 90µ , 60µ. Kemudian pada hasil saringan terakhir diamati dibawah mikroskop binokuler sehingga didapat spora bawaan tanah Andisol. 2. Percobaan di rumah kaca • Uji daya kecambah benih jagung Sebelum melakukan percobaan di rumah kaca dilakukan uji daya kecambah. Hal ini merupakan syarat penting dalam penanaman karena untuk mengetahui kualitas benih jagung dapat dilakukan dengan cara ditumbuhkan dalam media kapas sehingga muncul akar seminal. • Pengambilan top soil dan batuan kapur Pengambilan sampel tanah diambil pada 2 jenis tanah, untuk tanah Alfisol diambil pada daerah Jumantono,Karanganyar dan untuk tanah Inceptisol diambil pada daerah Jogonalan, Klaten. Pengambilan batuan kapur dilakukan didaerah Sukolilo, Pati. Pengambilan media tanam dengan metode zig zag sebanyak 5 titik sampel dan diambil secara komposit sedalam 20 cm, dikeringanginkan dan dianyak. Sedangkan untuk pupuk organik menggunakan pupuk kandang dan pupuk jerami kompos. • Persiapan media tanam Sampel tanah untuk top soil diambil secara komposit, dikeringanginkan dan diayak dengan ayakan ukuran Ø 2 mm untuk media tanam dan batuan kapur sedangkan untuk keperluan analisis laboratorium menggunakan ayakan ukuran Ø 0,5 mm. Media tanam yang digunakan terlebih dahulu diberi Furadan 3G untuk menghambat agar patogen tidak mengganggu tanaman. Kemudian perlakuan ditimbang dan dimasukkan dalam pot dengan berat 400 gpot untuk batuan kapur, tanah Inceptisol dan Alfisol dengan berat 400 gpot dan 240 gpot sesuai perlakuan. commit to user 19 • Pemberian bahan organik Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang dan kompos jerami dengan berat masing-masing 160gpot kemudian dicampur dengan tanah sesuai perlakuan. • Penanaman Setelah dilakukan uji kecambah benih jagung dan persiapan media tanam langkah selanjutnya penanaman kecambah jagung dan inokulasi Mikoriza pada tanah didalam pot dengan metode corong Rao, 1993. Caranya dengan membuat lubang sedalam kira-kira 5 cm menyerupai kerucut terbalik, inokulum mikoriza dari Tengaran diletakkan di lubang sebanyak 50 sporapot sedangkan inokulum mikoriza dari IPB sebanyak 50 grampot kemudian kecambah jagung ditanam sebanyak 2 buah diatas inokulum mikoriza dan ditutup dengan tanah serta disiram dengan pupuk daun Hyponex merah yang diberikan dengan dosis 5 g10 l air Gunawan, 1998. Larutan ini berfungsi sebagai hara bagi pembentukan VAM.Tujuan agar inokulum mikoriza dapat langsung menempel pada akar kecambah dan menginfeksi akar dengan baik. • Penyulaman, Penjarangan dan pemeliharaan Penyulaman dilakukan apabila tanaman jagung ada yang matitumbuh. Penyiangan apabila terdapat gulma yang menggangu, serta dilakukan penjarangan tanaman yang baik pertumbuhannnya sehingga setiap pot terdapat 1 tanaman jagung. Sedangkan untuk pemeliharaan dilakukan dengan menjaga tanah sampai kapasitas lapang dengan volume tertentu • Pengamatan Pengamatan dilakukan sampai mencapai vegetatif maksimum dengan pengamatan tinggi tanaman secara periodik setiap seminggu sekali. • Pemanenan commit to user 20 Pemanenan tanaman jagung dilakukan saat tanaman telah mencapai vegetatif maksimum kira-kira berumur 63 hari. Penyiraman dihentikan dan dianalisis tanaman dan tanahnya. • Analisis laboratorium meliputi: - Analisis tanah awal § pH H 2 O dan KCl metode elektrometri § P total metode ekstrak HClO 4 dan HNO 3 pekat § P tersedia metode Bray I dan metode Olsen § Bahan Organik Tanah metode Walkley dan Black § N total tanah metode makro Kjeldahl § CN ratio - Analisis awal batuan kapur § pH H 2 O dan pH KCl metode elektrometri § P total metode ekstrak HClO 4 dan HNO 3 pekat § CP ratio § Bahan Organik Tanah metode Walkley dan Black - Analisis bahan organik § pH H 2 O metode elektrometri § CN rasio § N total metode makro Kjeldahl § C organik metode WalkleyBlack - Analisis tanah akhir § pH H 2 0 metode elektrometri § pH KCl metode elektrometri - Analisis tanaman akhir § Tinggi tanaman tiap 1 minggu sekali § Berat brangkasan segar § Berat brangkasan kering § P jaringan tanaman Ekstrak HClO 4 dan HNO 3 § Panjang akar tanaman segar commit to user 21 - Analisis mikoriza akhir § Jumlah spora mikoriza dengan metode penyaringan basah Brundett et al, 1996 cit Siradz dan Siti, 2007 § Tingkat infeksi mikoriza dengan metode pengencatan tryplan blue Phillips Hayman, 1970 cit Sukarno, 1998 F. Analisis Data Analisis statistika untuk mengetahui pengaruh perlakuan menggunakan uji F taraf 5 sedangkan untuk rmengetahui perbedaan antar perlakuan menggunakan uji DMRT taraf 5 dan uji korelasi untuk hubungan antar perlakuan commit to user IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Tanah Alfisol dan Inceptisol Awal

Berdasarkan analisis laboratorium terhadap karakteristik awal tanah Alfisol Jumantono dengan hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Karakteristik Tanah Awal Alfisol Sebelum Perlakuan Parameter Satuan Nilai Pengharkatan pH H 2 O pH KCl Bahan Organik P 2 O 5 tersedia P total N total C organik CN Jumlah Spora Mikoriza100 gram tanah - - ppm - buah 5.48 5.20 2.034 0.001 0.096 0.19 1.75 9.21 50 Agak masam - Rendah Sangat Rendah - Rendah Rendah Rendah - Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian 2009 Keterangan: Pengharkatan menurut Balittan 2005 Tanah yang digunakan pada penelitian kali ini termasuk tanah Alfisol yang pengambilan sampelnya dilakukan di daerah Jumantono, Karanganyar. Tanah ini mempunyai kesuburan sedang sampai rendah. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai bahan organik tergolong rendah sebesar 2.034 memiliki kesuburan rendah yang berhubungan dengan analisis N total tanah sebesar 0.19 yang tergolong rendah , hal ini disebabkan oleh NO 3 - yang terdenitrifikasi menjadi gas N 2 di lapisan reduksi dan volatilisasi gas ammonia dari permukaan tanah lapisan commit to user oksidasi. Salah satu cara untuk menambah unsur hara N adalah dengan mengembalikan jerami padi ke lahan tanaman karena dalam jerami mengandung banyak sekali unusur nitrogen karena sepertiga unsur nitrogen yang terserap tanaman padi tertinggal pada jerami Anonim h , 2010. Pada tanah Alfisol termasuk ber-pH masam 5.48, reaksi tanah yang masam menyebabkan ion Al, Fe, dan Mn di dalam larutan tanah banyak dan akan mengikat ion fosfat membentuk Al-P dan Fe-P yang sukar larut sehingga P menjadi tidak tersedia di dalam larutan tanah. Jumlah spora mikoriza100 gram tanah Alfisol sebesar 50 buah, nilai ini terbilang sedang dikarenakan di dalam tanah sudah mengandung spora yang dapat berperan dalam pertumbuhan tanaman yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Tabel 4.2 Karakteristik Tanah Awal Inceptisol Sebelum Perlakuan Parameter Satuan Nilai Pengharkatan pH H 2 O pH KCl Bahan Organik P 2 O 5 tersedia P total N total C organik CN Jumlah Spora Mikoriza100 gram tanah - - ppm - buah 6.85 6.40 2.17 0.007 0.372 0.12 1.50 12.5 20 Netral - Sedang Sangat Rendah - Rendah Rendah Sedang - Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian 2009 Keterangan: Pengharkatan menurut Balittan 2005 commit to user Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum perlakuan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tanah yang digunakan adalah tanah Inceptisol dari daerah Jogonalan, Klaten. Tanah ini berasal dari bahan induk tuf vulkan hasil letusan gunung Merapi yang mempunyai N total rendah 0.12 disebabkan N hasil dekomposisi bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah dan tanaman untuk perkembangannya, sehingga N berada dalam jumlah kecil. Sedangkan untuk bahan organik tergolong sedang 2.17 dikarenakan tingkat perkembangan tanah Inceptisol masih relatif muda ditandai adanya iluvuasi liat horison B tetapi belum terbentuk argilik. Tanah ini biasanya banyak mengandung mineral mudah lapuk seperti olivin, piroksin, amfibol dan lain-lain sehingga potensi kesuburannya masih relatif tinggi Buol et al .,1989. Spora awal untuk tanah Inceptisols sebesar 20 buah, jumlah ini kurang disebabkan tempat pengambilan top soil tidak berada ditempat yang strategis. Prospek pemanfaatan tanah Inceptisol di Indonesia masih dapat dikembangkan dengan budidaya yang tepat sesuai dengan kemampuan lahan tersebut Isa, 1990.

B. Karakteristik Awal Batuan Kapur