commit to user
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Batuan Kapur
Karakteristik wilayah di ekosistem karst yang sangat spesifik menimbulkan berbagai permasalahan terutama yang menyangkut fungsi
dan daya dukung ekosistem karst, diantaranya permasalahan tentang kekeringan, kekurangan air, gagal panen, tanaman hujau untuk ternak
terbatas, lahan kritis yang luas, kualitas sumberdaya air, rendahnya pendapatan, kemiskinan, tingkat pendidikan rendah, sarana dan
prasarana publik yang tidak tersedia Hatma, 2006. Batuan kapur banyak dimanfaatkan manusia untuk bahan
bangunan dan juga pertanian. Sebagai bahan bangunan kapur dapat digunakan sebagai penimbun khususnya tanah kapur, sebagai pondasi
bangunan khususnya batu kapur, untuk barang kerajinan dan keramik khususnya batu marmer dan sebagai bahan campur adonan semen. Alam
dan manusia menyebar batuan kapur di seluruh bumi. Kapur memiliki sifat basa yang tinggi sehingga banyak digunakan petani untuk
menurunkan keasaman tanah Septa, 2009. Kawasan karst dikenal sebagai suatu lingkungan yang memiliki
daya dukung sangat rendah, dan tidak dapat diperbaiki jika telah mengalami kerusakan. Karena sifatnya, daerah karst dapat disebut
merupakan daerah yang sangat rentan, atau peka terhadap pencemaran. Hal ini disebabkan banyaknya rekahan
joint
pada batuan gamping penyusun topografi karst sehingga pori-pori yang besar, permeabilitas
sekunder yang tinggi, derajat pelarutan batuan yang tinggi, menyebabkan terjadinya lorong-lorong conduit yang merupakan sungai
bawah tanah, sehingga masukan sekecil apapun akan diterima dan terperkolasi melaui pori-pori dan memasuki lorong-lorong sungai bawah
tanah dan tersebar dengan mudah Adji
et a l
., 1999
commit to user 5
Pemanfaatan batuan kapur untuk meningkatkan kesuburan tanah dan
meningkatkan produktivitas
pertanian. Pengapuran
untuk meningkatkan kesuburan tanah hampir dilakukan di seluruh wilayah
Indonesia, hal ini dapat dilihat dari luas areal lahan yang semula 17.000 hektar
menjadi 50.000
hektar dengan
penambahan kapur
Anonim
b
, 2009. Areal bekas tambang umumnya memisahkan batuanmineral
segar yang belum terlapuk sehingga unsur yang terkandung di dalamnya berada dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman BP2TPDAS-
IBB, 2003. Kegiatan penambangan juga menyebabkan menurunnya kesuburan tanah, kerusakan sifat fisik. Peralatan yang digunakan selama
operasional menyebabkan pemadatan tanah, mengurangi permeabilitas dan kapasitas memegang air Grandt, 1988
cit
Munawar, 1998. Perlu adanya upaya rehabilitasi yang tepat agar dapat digunakan untuk
kegiatan pertanian. Beberapa upaya dapat dilakukan dengan menanami lahan dengan tanaman penutup, pengaktifan kembali makrofauna tanah
untuk perbaikan siklus hara dan penambahan amelioran pembaik tanah,misalnya bahan organik BP2TPDAS-IBB, 2003.
2. Mikoriza