Universitas Sumatera Utara
Sebaliknya, jika sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka seseorang berada dalam keadaan segar untuk aktif dalam kegiatan termasuk
bekerja. Konsep ini dapat dipakai untuk menerangkan peristiwa-peristiwa yang
sebelumnya tidak dapat dijelaskan. Misalnya peristiwa seseorang yang lelah tiba- tiba kelelahannya hilang oleh karena terjadi suatu peristiwa yang tidak diduga atau
terjadi tegangan emosi. Dalam hal itu, sistem penggerak tiba-tiba terangsang dan dapat menghilangkan pengaruh sistem penghambat. Demikian pula pada peristiwa
monotoni, kelelahan terjadi oleh karena kuatnya hambatan dari sistem penghambat, walaupun sesungguhnya beban kerja tidak seberapa untuk menjadi
penyebab timbulnya kelelahan.
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan
Teori tentang kelelahan menjelaskan bahwa kelelahan terjadi disebabkan oleh faktor internal dan eksternal :
A. Faktor Internal : 1.
Umur Semakin tua umur seseorang maka akan semakin besar tingkat kelelahan
yang dirasakan Ihsan dan Salami, 2010. Pekerja yang berumur diatas 35 tahun memiliki kelemahan pada saat melakukan pekerjaan dengan
temperatur panas dibaningkan dengan pekerja yang lebih muda Davis 2001. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan ; 2009 yang
Universitas Sumatera Utara
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan pada pekerja yang berumur 25 tahun dan umur ≤ 25 tahun. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa semakin tua umur seseorang maka akan semakin besar tingkat kelelahan yang dirasakan.
2. Riwayat Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi kelelahan, antara lain : 1. Penyakit Jantung
Ketika bekerja, jantung dirangsang sehingga kecepatan denyut jantung dan kekuatan pemompaannya menjadi meningkat. Jika ada beban ekstra
yang dialami jantung misalnya membawa beban berat, dapat mengakibatkan meningkatnya keperluan oksigen ke otot jantung.
Kekurangan suplai oksigen ke otot jantung menyebabkan dada sakit. Kekurangan oksigen jika terus menerus , maka terjadi akumulasi yang
selanjutnya terjadi metabolisme anaerobik diaman akan menghasilkan asam laktat yang mempercepat kelelahan Santoso, 2004.
2. Tekanan Darah Rendah Penurunan kapasitas karena serangan jantung mungkin menyebabkan
tekanan darah menjadi amat rendah sedemikian rupa, sehingga menyebabkan darh tidak cukup mengalir ke arteri koroner maupun
kebagian tubuh yang lain. Dengan berkurangnya jumlah suplai darh yang dipompa dari jantung, berakibat berkurang pula jumlah oksigen
sehingga terbentuklah asam laktat. Asam laktat merupakan indikasi adanya kelelahan Nurmianto, 2008.
Universitas Sumatera Utara
3. Keadaan Psikologis
Faktor psikologi memainkan peran besar, karena penyakit dan kelelahan itu dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan,
akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja. Masalah psikologis dan kesakitan-kesakitan lainnya amatlah mudah untuk mengidap suatu
bentuk kelelahan kronis dan sangatlah sulit melepaskan keterkaitannya dengan masalah kejiwaan.
4. Jenis Kelamin
Penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi pria dan wanita. Secara umum wanita hanya mempunyai kekuatan fisik 23 dari kemampuan fisik
atau kekuatan otot laki-laki. Tenaga kerja wanita mengalami siklus biologis menstruasi setiap bulan sehingga mempengaruhi kondisi fisik
maupun psikisnya dan hal ini menyebabkan tingkat kelelahan wanita akan lebih besar daripada tingkat kelelahan pria Suma’mur, 2009.
5. Status Perkawinan
Menurut Puspita 2009 seseorang yang sudah menikah dan memiliki keluarga maka akan mengalami kelelahan akibat kerja dikarenakan waktu
setelah bekerja digunakan untuk melayani anak dan istrinya, bukan untuk beristirahat. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Mauludi 2009 yang
dilakukan pada 100 pekerja di proses produksi kantong semen pdb paper bag division PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, didapatkan P value
sebesar 0,045 yang berarti terdapat hubungan bermakna antara status perkawinan dengan kelelahan .
Universitas Sumatera Utara
6. Masa Kerja
Menurut Ranupandojo yang dikutip oleh Ambar 2006 masa kerja adalah lama waktu yang telah ditempuh seseorang untuk dapat memahami tugas
tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik. Masa kerja memberikan dampak positif seperti menurunkan ketegangan, peningkatan
efektivitas dan perfomance kerja, namun semakin lama masa kerja seseorang dapat juga membawa efek negatif berupa adanya batas
ketahanan tubuh terhadap proses kerja yang berakibat terhadap timbulnya kelelahan. Menurut Occupational Safety and Health 2003 dampak dari
masa kerja lainnya adalah timbulnya keadaan melemahnya kinerja otot yang ditunjukkan dengan semakin rendahnya menurunnya gerakan.
7. Status GiziIMT
Menurut Suma’mur 2009 kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. tubuh memerlukan zat-zat dari makanan
untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan
dengan lebih beratnya pekerjaan. Status gizi adalah ukuran ukuran keadaan tubuhn sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi Almatsier, 2009. Status gizi seseorang dapat diketahui dari perhitungan Indeks Masa Tubuh IMT.
Adapun cara perhitungan IMT adalah sebagai berikut :
IMT = Berat Badan Kg
Universitas Sumatera Utara
Tinggi Badan
2
m
2
Di Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang.
Standar yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI tahun 2004 yang dikutip Amelia 2013 seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Sangat Kurus 17
Kurus 17-18,4
Normal 18,5-24,9
Kelebihan Berat Badan 25-26,9
Gemuk 27-28,9
Sangat Gemuk 29
Sumber : Amelia, 2013
Menurut Kromer dan Grandjean yang dikutip oleh Amelia 2013 keadaan gizi merupakan salah satu faktor individu yang menyebabkan
kelelahan pada pekerja. Seorang pekerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu
juga sebaliknya Budiono, 2003. Menurut Wiegand yang dikutip oleh Amelia 2013 juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan status gizi
berlebih atau IMT obesitas dengan dengan kelelahan. Seorang dengan IMT
Universitas Sumatera Utara
obesitas akan merasakan kelelahan yang lebih berat dibandingkan dengan IMT non obesitas.
B. Faktor Eksternal 1.
Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan. Penelitian yang
dilakukan didalam dan diluar negeri menunjukkan bahwa pada frekuensi 300- 6000 Hz, pengurangan pendengaran tersebut disebabkan oleh
kebisingan. 2.
Getaran Getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang sebagian
dari getaran ini sampai ketubuh dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Menambahnya tonus otot-otot oleh
karena getaran dibawah frekuensi 20 Hz menjadi sebab kelelahan, sebaliknya frekuensi diatas 20 Hz menyebabkan pengenduran otot.
Getaran mekanis terdiri dari campuran aneka frekuensi bersifat menegangkan dan melemaskan tonus otot secara serta merta berefek
melelahkan Suma’mur, 2009. 3.
Iklim kerja Efesiansi kerja sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja dalam daerah nikmat
kerja, jadi tidak dingin dan kepanasan. Untuk ukuran suhu nikmat bagi orang Indonesia adalah 24-26
o
C. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan,
Universitas Sumatera Utara
menggangu kecermatan kerja otak, menggangu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang Suma’mur, 2009.
4. Beban Kerja Fisik
Menurut Astrand dan roodahl dalam Tarwaka 2010 bahwa penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu
metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu mengukur energi yang dikeluarkan melalui
asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal. Sedangkan
metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama beekrja. Sedangkan menurut Christensen dalam Tarwaka 2010
bahwa kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung.
2.7 Pengukuran Kelelahan