Universitas Sumatera Utara
pnenelitian yang dilakukan oleh Ramadhani 2010 mengenai hubungan beban kerja, status gizi dan usia dengan tingkat kelelahan pekerja operator bagian
dyeing, dengan responden yang berusia sebagian besar lebih dari 30 tahun juga menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian kelelahan
pekerja. Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan, pekerja ya
ng berumur ≤ 36 tahun lebih cenderung memiliki beban kerja yang banyak dan cenderung lebih
berat. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irma 2004 yang mengatakan kejadian kelelahan pada pekerja yang lebih muda dapat
disebabkan oleh lama kerja yang tidak memenuhi syarat 8 jam perhari, dengan beban yang cukup berat. Selain itu, kondisi kesehatan pekerja juga mempengaruhi
seseorang dalam mengalami kelelahan. Tidak jelasnya deskripsi tugas yang harus dikerjakan seringkali membuat para karyawan mengerjakan sesuatu pekerjaan
yang seharusnya tidak dikerjakan oleh karyawan tersebut kalau dilihat dari sisi keahlian maupun posisi pekerjaan Fajar dan Sanggra Baginda, 2000.
5.3 Hubungan jenis kelamin dengan kejadian kelelahan pada pekerja
Kilang Padi CV. Rezeki Jaya Tahun 2016
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square dengan pilihan exact didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,698 artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian kelelahan pada pekerja Kilang Padi CV. Rezeki Jaya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Faiz 2014 dengan hasil uji statistik chi
square yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel dependen
Universitas Sumatera Utara
kelelahan dengan variabel independen jenis kelamin dengan Pvalue sebesar 0,883.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Amelia 2013 yang menyatakan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan
kerja. Menurut Suma’mur yang dikutip oleh Amelia 2013 menyatakan penggolongan jenis kelamin terbagi menjadi pria dan wanita. Secara umum wanita
hanya mempunyai kekuatan fisik 23 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki. Tenaga kerja wanita juga mengalami siklus biologis menstruasi setiap
bulan sehingga mempengaruhi kondisi fisik maupun psikisnya dan hal ini menyebabkan tingkat kelelahan wanita akan lebih besar daripada tingkat
kelelahan pria Suma’mur, 2009. Menurut Kroemer dan Grandjean dalam Tarwaka 2004 bahwa masalah pada pekerja wanita dapat disebabkan oleh
periode hormonal fungsi tubuh serta adanya pekerjaan rumah tangga sehingga gangguan menstruasi, gangguan tidur dan kelelahan sering terjadi.
Hasil observasi peneliti dilapangan, walaupun tidak memiliki beban kerja yang berat, namun pekerja perempuan yang bekerja memiliki pekerjaan yang
cenderung monoton sehingga dapat menimbulkan kejadian kelelahan kerja. Menurut Grandjean dalam Ambar 2006 yang menyatakan faktor penyebab
kelelahan kerja berkaitan dengan sifat pekerjaan yang monoton kurang bervariasi, intensitas lamanya pembeban fisik dan mental. Hal ini juga sejalan
dengan Tarwaka 2004 yang menyatakan kelelahan umum biasanya ditandai berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni,
Universitas Sumatera Utara
intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan dirumah, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.
5.4 Hubungan status perkawinan dengan kejadian kelelahan pada