Universitas Sumatera Utara
menggangu kecermatan kerja otak, menggangu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang Suma’mur, 2009.
4. Beban Kerja Fisik
Menurut Astrand dan roodahl dalam Tarwaka 2010 bahwa penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu
metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu mengukur energi yang dikeluarkan melalui
asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal. Sedangkan
metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama beekrja. Sedangkan menurut Christensen dalam Tarwaka 2010
bahwa kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung.
2.7 Pengukuran Kelelahan
Menurut Grandjean yang dikutip oleh Tarwaka 2004 menyatakan sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan yang baku kerana kelelahan
merupakan suatu perasaan subyektif yang sulit diukur dan diperlukan pendekatan secara multidisiplin.
Tarwaka 2004 mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut:
1. Kualitas dan kualitas kerja yang dilakukan
Kualitas dan kuanitas dari hasil kerja kadang kala digunakan sebagai cara pengukuran kelelahan tidak langsung pada industri atau pada tempat kerja.
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja waktu yang digunakan setiap item atau proses operasi yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti: target produksi, faktor sosial, dan perilaku
psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output kerusakan produk, penolakan produk atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan
terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah merupakan causal factor.
2. Uji psiko-motor Psychomotor test
Uji psiko-motor merupakan salah satu cara pengujian kelelahan dengan mengukur fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara
yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi reaction timer test untuk melihat waktu reaksi yang sederhana atau rangsanagan
tunggal secara selektif pada tenaga kerja.Waktu reaksi adalah interval selama impuls saraf dihantarkan ke otak dan kemudian diteruskan ke otot.
Waktu reaksi merupakan jangka waktu dari pemberian suatu rangsangan sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Waktu
reaksi yang panjang menunjukkan adanya perlambatan pada proses faal
syaraf dan otot Suma’mur, 2009. 3.
Uji hilangnya kelipan flicker-fusio test Flicker-fusion test merupakan salah satu metode pengukuran kelelahan
kerja. Frekuensi kerlingan flicker-fusion frequency dari mata adalah kemampuan mata untuk membedakan cahaya berkedip dengan cahaya
yang dipancarkan secara terus menerus. Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin
lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Uji kelipan, disamping untuk mengukur kelelahan juga
menunjukkan keadaan waspada tenaga kerja Tarwaka, 2004.
4. Perasaaan kelelahan secara subjektif subjective feelings of fatigue
Metode pengukuran kelelahan secara subjektif pertama kali dikeluarkan oleh Industrial Fatigue Research Committe of Japanese Association of
Industrial Health IFRC Jepang pada tahun 1967 dalam bentuk kuesioner. Kuesioner berisi 30 daftar pertanyaan. Sepuluh pertanyaan pertama
mengindikasi adanya pelemahan kegiatan seperti perasaan berat dikepala, lelah seluruh badan, berat dikaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada
beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil, ingin berbaring. Sepuluh pertanyaan kedua berkaitan dengan pelemahan
motivasi yang meliputi susah berfikir, lelah untuk berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah lupa, kepercayaan diri
berkurang, merasa cemas, sulit mengontrol sikap, tidak tekun dalam pekerjaan. Sepuluh pertanyaan ketiga atau terakhir mengindikasi kelelahan
fisik yang meliputi sakit dikepala, kaku dibahu, nyeri punggung, sesak nafas, haus, suara serak, merasa pening, spasme dikelopak mata, tremor
pada anggota badan, merasa kurang sehat. Semakin tinggi frekuensi gejala kelelahan muncul diartikan semakin besar pula tingkat kelelahan.
Jawaban untuk kuesioner IFRC tersebut terbagi menjadi 4 kategori besar yaitu sangat sering SS dengan diberi nilai 4, sering S dengan diberi
nilai 3, kadanag-kadang K dengan diberi nilai 2, dan tidak pernah TP
Universitas Sumatera Utara
dengan diberi nilai 1. Dalam menentukan tingkat kelelahan, jawaban dari setiap pertanyaan dijumlahkan kemudian disesuaikan dengan kategori
tertentu.
Kategori yang diberikan antara lain: Nilai 30
= Tidak lelah Nilai 31-60
= Kelelahan ringan Nilai 61-90
= Kelelahan menengah Nilai 91-120 = Kelelahan berat
5. Uji mental
Menurut Kroemer dan Grandjean yang dikutip oleh Amelia 2013 konsep awal dari uji mental hampir sama dengan uji psikomotorik. Uji ini dapat
memacu seseorang untuk menentukan dan mengeluarkan tanda-tanda kelelahan. Apabila uji terus dilakukan maka gejala kelelahan akan muncul
dengan sendirinya. Uji mental merupakan pengukuran kelelahan yang meliputi :
a. Masalah aritmatika b. Uji konsentrasi crossing-out test
c. Uji estimasi dengan uji estimasi interval waktu d. uji memori atau ingatan
2.8 Penanggulangan Kelelahan Kerja