Film sebagai Media Komunikasi Massa

commit to user sebagian besar masih terdapat dalam level kognisi, yaitu studi tentang pemikiran dan pemrosesan informasi. Menurut Dean Hewes kognisi menuntut dua elemen sentral, yaitu struktur- struktur pengetahuan dan proses-proses kognitif. Struktur pengetahuan terdiri dari organisasi informasi di dalam sistem kognitif seseorang. Bahkan pesan yang paling sederhanapun membutuhkan banyak sekali informasi untuk bisa dipahami. Di dalam kognitif potongan-potongan informasi saling dihubungkan satu sama lain kedalam sebuah pola yang teratur. Tujuh proses kognitif yang paling utama menurut Hewes yang saling berinterelasi adalah, pertama pemfokusan, yaitu sebuah proses menghadapi detil-detil tertentu dari informasi. Proses kedua adalah integrasi atau pembuatan hubungan antara potongan-potongan informasi. Ini merupakan proses penggabungan apa yang dilihat dan didengar kedalam informasi pengetahuan yang menyeluruh. Ketiga adalah pengambilan kesimpulan, sebuah proses pengisian, ketika seseorang membuat asumsi-asumsi tentang hal- hal yang tidak teramati berdasarkan hal-hal yang teramati. 23 Proses yang keempat dan kelima melibatkan ingatan, penyimpanan dan pengungkapan. Struktur pengetahuan harus disimpan dan digunakan di lain waktu dan ia harus diingat secara tepat. Proses keenam dan ketujuh adalah seleksi dan implementasi juga berjalan bersamaan. Seleksi adalah pemilihan perilaku dan simpanan seseorang dan implementasi bertindak sesuai dengan perilaku yang sudah dipilih dengan melakukannya. 24

5.3 Film sebagai Media Komunikasi Massa

23 Ibid. hal. 129 24 Ibid. hal. 130 commit to user Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut dengan komunikasi. Dengan melakukan komunikasi, manusia bisa saling tukar informasi, gagasan, ide dan pengalaman. Adanya komunikasi akan membentuk suatu jaringan interaksi yang kompleks bagi manusia. Di abad ini komunikasi telah mencapai suatu titik dimana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak. Hal ini berarti tidak ada lagi batasan – batasan yang menghambat berlangsungnya komunikasi antar personal. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dirumuskan Bitner sebagai berikut : “ Mass communication is massage communicated through a mass medium to a large member of people “ komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang 25 Film adalah salah satu media massa yang berfungsi untuk menyampaikan pesan dari komunikator produser kepada komunikan penonton. Dalam menyampaikan pesan, film tidak bisa berdiri sendiri sebagi media yang benar- benar netral. Film mempunyai kekuatan untuk mengkonstruksi pesan lewat bahasa audio visual. Realitas atau fakta yang berada dalam film seolah-olah muncul sebagai representasi peristiwa yang objektif, jujur, adil, transparan. Penonton hanya menjadi mayoritas yang diam ketika menonton film. Kekuatan film sebagai media massa dibandingkan dengan jenis media massa lain adalah layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis. 26 Setiap kegiatan yang di komunikasi – massakan dapat dipecah dalam dua elemen : komunikator yang mengirimkan pesan tertentu melalui sebuah saluran 25 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991, hal.188 26 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, ed : Rema Karyanti S. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya Offset. Bandung. 2007 hal. 137 commit to user kepada audiens dengan sejenis efek. Dalam komunikasi massa, media yang digunakan adalah media massa. Perbedaan media massa dengan media yang terbatas bukanlah pada alat itu sendiri, tetapi justru pada cara penggunaan alat itu. Untuk dapat digolongkan sebagai media massa, sebuah alat tidak hanya memberikan kemungkinan komunikasi melalui suatu alat mekanik, menciptakan suatu hubungan yang dekat antara komunikator dengan audience-nya tetapi juga harus benar-benar digunakan untuk berkomunikasi dari sebuah sumber tunggal kepada sejumlah besar orang massa . Jadi, film yang diputar di rumah tangga bukanlah suatu media massa, tetapi kalau sebuah film diputar di bioskop dan ditonton oleh banyak orang secara serempak, maka film bisa disebut sebagai media komunikasi massa. Film sebagai salah satu bentuk media massa mempunyai peran penting di dalam sosial kultural, artistik, politik, dan dunia ilmiah. Pemanfaatan film dalam usaha pembelajaran masyarakat ini sebagian didasari oleh pertimbangan bahwa film mempunyai kemampuan untuk menarik perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film mempunyai kemampuan mengantar pesan secara unik. 27 Film tidak lagi dimaknai sekedar karya seni film as art, tetapi lebih sebagai praktik sosial Turner, 1991 serta komunikasi massa Jowett dan Linton, 1981. Terjadinya pergeseran perspektif ini,paling tidak telah mengurangi bias normatif dari teoritisi film yang cenderung membuat idealisasi dan karena itu mulai meletakkan film secara objektif. 28 27 McQuail, Denis, 1994, Mass Communication Theories, Fourth editions, Sage Publications, London. 28 Budi Irawanto, Film, Ideologi, dan Militer Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia. Media Pressindo, Yogyakarta,1999. commit to user Selain itu film juga merupakan sebuah media hiburan yang sederhana dan murah. Tidak ada media lain yang memiliki kemampuan yang sama untuk memikat kepentingan penonton, untuk melibatkan penonton, dan membuat pengalaman emosional. Tidak ada media lain yang efektif dalam menciptakan pengalaman yang benar-benar berkesan. 29 Sejak diketemukannya sampai dengan saat ini, film telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sebagai cara dominan untuk mengungkapkan ekspresi. Hal ini terjadi karena film adalah media komunikasi yang didalamnya memuat pesan dari kreator. Film sebagai media komunikasi dapat dinyatakan sebagai proses sosial, media yang mentransmisikan signal, dan signal-signal itu diperlakukan sebagai pesan. 30 Sebagi gambar yang bergerak, film adalah reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya. Ketika film ditemukan, orang datang berbondong-bondong ke gedung bioskop hanya untuk melihat bagaimana kenyataan ditampilkan kembali sama persis dengan realitas yang terjadi di depan matanya sendiri. Maka ketika film diputar di bioskop, sebenarnya tidak akan pernah ada perhatian bersama yang tuntas tentang kenyataan apa adanya yang diungkapkan kembali dalam sebuah film. Dengan begini, kita sampai pada kenyataan lain. Sebuah film mungkin saja merupakan reproduksi kenyataan seperti apa adanya secara sinematografis dalam batas-batas tertentu, namun film tidak pernah sahih sebagai representasi kenyataan 29 Kirsch, Christina, Film and Collective Storytelling in Corporate Identity : a Case Study, www.emeraldinsight.com 30 Jowett, Garth and Linton JM. 1971. Movies as Mass Communications, Sage Publication, London. commit to user apa adanya itu sendiri karena yang berlangsung hanyalah subjek yang beradu dengan subjek. 31 Sebuah film sebagai produk kesenian maupun sebagai medium, adalah suatu cara untuk berkomunikasi. Dalam sebuah film ada pesan yang ingin dikomunikasikan kepada penonton. Dalam konteksnya sebagai media komunikasi massa. Dalam film, cara komunikasinya adalah cara bertutur. Film mengandung unsur tema, cerita dan tokoh yang dikemas dalam format audio visual yang pada akhirnya mengkomunikasikan sebuah pesan baik secara eksplisit maupun implisit. Menurut David Bardwell, cara bertutur ini adalah penghadiran kembali kenyataan, dengan makna yang lebih luas. 32 Kepekaan artistik dalam memaknai pesan dalam film dibutuhkan karena film memiliki bahasa tersendiri yang terdapat pada teknik-teknik penyajian gambar cut, pemotretan jarak dekat close up , pemotretan dua sisi two shot, pemotretan jarak jauh long shot, pembesaran atau pengecilan gambar zoom outzoom in, pelarutan dua gambar secara halus disolve, sampai kepada yang melibatkan efek khusus special effect sperti gerakan lambat slow motion, gerakan dipercepat speeded up, dan special effect digital yang lebih canggih lainnya, yang melibatkan animasi atau permainan program komputer. 33 Karena memiliki kekayaan dalam bentuk-bentuk tanda untuk mengkodekan pesan, maka film juga menjadi lebih menarik bagi masyarakat dibandingkan dengan media komunikasi massa lainnya. 31 Seno Gumira Ajidarma. Layar kata. Bentang. Yogyakarta : 2004 hal 34 32 David Bardwell, Narration in The Fiction Film, Wisconsin : The University of Wisconsin Press, 1985. hal xi 33 Sobur, Alex, Drs, MSi, Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, cetakan ke.3 Hal. 131 commit to user Dalam teori komunikasi, film bisa dikatakan sebagai sebuah pesan yang disampaikan kepada komunikan. Sedangkan makna tidak terdapat pada pesan melainkan pada penerima pesan. Bagaimana kreator mengurangi bisa makna yang terjadi sehingga pesan itu bisa dipersepsi secara seragam itulah yang penting kecuali jika film diangap barang seni yang cenderung susah dipahami dan lebih banyak menjadi familiar bagi kreatornya daripada audiencenya. Efektifitas komunikasi bisa diukur secara berbeda-beda tergantung seperti apa tujuan dari proses komunikasi itu sendiri. Bagaimana tanda itu dipersepsi oleh penerima atau interpreter sehingga terjadi komunikasi yang efektif. Cara bertutur adalah bagian dari teknik komunikasi, yakni bagaimana sebuah film menancapkan pesan ke benak penonton dengan cara yang mengesankan. Pengertian mengesankan dalam hal ini adalah penonton dapat memahami sebuah pesan bukan karena pemberitahuan mentah-mentah, melainkan berdasarkan pengalaman yang didapatnya dari sebuah film. Media film sebenarnya memiliki kekuatan lebih dibandingkan media lain dalam melakukan representasi terhadap kenyataan. Jurnalisme mungkin mendasarkan kerjanya pada realitas, tetapi jurnalisme dikendalikan oleh prinsip kelayakan berita yang memotong realitas itu dalam satuan-satuan kelayakan berita tersebut. Sedangkan film nyaris tak terbatasi oleh hukum-hukum ekstrinsik semacam itu. Ketika pembuat film memilih sebuah tema, maka yang membatasinya adalah hukum-hukum intrinsik film itu sendiri. Dengan pilihan commit to user yang nyaris sama luasnya dengan kehidupan itu sendiri, film punya kemungkinan yang tak terbatas. 34 5.4Film Sebagai Representasi Konsep awal dalam representasi dari sebuah film adalah ingin menggambarkan kembali sesuatu hal yang ada pada cerita di sebuah film. Representai menunjuk baik pada proses maupun dari produk pemaknaan suatu tanda. Representasi sendiri adalah suatu proses perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk yang konkrit. Representasi juga mempunyai beberapa pengertian diantaranya adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia : dialog, tulisan, video, fotografi, film, dan sebagainya. 35 Terkait dengan film yang akan diteliti, representasi merupakan konvensi- konvensi yang dirancang untuk menarik perhatian sekaligus dapat dipahami dengan mudah secara luas oleh audiencenya. Konvensi dalam bahasa representasi film tercermin pada kode-kode sinematografis dan naratif yang digunakannya. Penulis mengkategorikan film yang akan diteliti menjadi dua aspek. Kedua aspek tersebut meliputi: 1. Aspek Sosial Aspek sosial adalah aspek yang menyangkut kondisi sosial yang terdapat dalam film. Bagaimana kondisi tokoh-tokoh dalam film, 34 Eric Sasono, Film sebagai Kritik Sosial, dalam http:ericsasono.blogspot.com , diakses pada tanggal 8 Juni 2010 35 Budi K Zaman, Bahasa Film: Teks dan Ideologi, Laporan Penelitian, Yogyakarta: FISIPOL UGM. 1993, hal:83 commit to user hubungan antar tokoh, dalam film dan situasi yang digambarkan dalam film merupakan bagian dari aspek sosial. 2. Aspek Sinematografi Aspek sinematografi adalah segala hal yang menyangkut tata cara dan teknis pembuatan film. Bagaimana angle kamera dalam menangkap obyek, besar kecilnya obyek yang tertangkap pada kamera shot distance, pencahayaan, setting dan efek-efek yang dihasilkan dari teknis-teknis tersebut. Termasuk didalamnya adalah setting pengambilan gambar serta seluruh yang ada pada dunia rekaan tersebut.

5.5 Film Pendek