commit to user antara satu dan lainnya, yang lebih penting adalah untuk mengantisipasi
perpecahan dengan jalan saling mengerti dan memahami. Komunikasi merupakan sarana utama manusia dalam segala hal, sehingga tanpa adanya komunikasi yang
baik, dapat dipastikan akan terjadi gesekan-gesekan dalam berbagai macam sendi kehidupan sosial.
Logika berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah merancang struktur layaknya sebuah piramida. Menjabarkan hal yang bersifat umum terlebih
dahulu dan kemudian menariknya menjadi lebih khusus. Dimulai dari pengertian komunikasi, bagian-bagian, dan sarana yang bisa digunakan untuk berkomunikasi.
Film sendiri adalah salah satu media komunikasi massa yang dirasa cukup efektif untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Setelah menetapkan film sebagai
salah satu sarana komunikasi massa, maka tahap selanjutnya adalah representasi terhadap film itu sendiri yang kemudian disusul oleh pengelompokan film
menurut tema, durasi, dan sebagainya. Seperti kebanyakan sarana komunikasi massa lainnya, film pendek juga membutuhkan kemampuan semiologi untuk
menangkap pesan yang terkandung didalamnya sehingga tujuan utama untuk menjadikan film sebagai sarana komunikasi dapat tercapai.
5.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang diakui oleh setiap orang, namun hanya sedikit yang bisa mendefinisikannya secara memuaskan.
Komunikasi adalah berbicara satu sama lain; ia bisa televisi; ia bisa juga penyebaran informasi; ia pun bisa gaya rambut kita; ataupun kritik sastra, daftar
ini tak habis-habisnya. Inilah salah satu masalah yang dihadapi para akademisi:
commit to user bisakah kita menerapkan secara tepat istilah “subjek studi” terhadap sesuatu yang
sungguh berbeda dan banyak segi seperti komunikasi insani human communication?
11
Untuk menjawab masalah-masalah diatas, John Fiske, dalam bukunya yang berjudul Cultural Communication: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif,
membagi studi Komunikasi dalam dua Mazhab Utama. Mazhab pertama melihat komunikasi sebagai suatu transmisi pesan. Ia tertarik dengan bagaimana pengirim
dan penerima mengkonstruksi pesan encode dan menejemahkannya decode, dan dengan bagaimana transmiter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ia
tertarik dengan hal-hal seperti efisiensi dan akurasi. Ia melihat komunikasi sebagai suatu proses yang dengannya seorang pribadi mempengaruhi perilaku atau state of
mind pribadi yang lain. Jika efek tersebut berbeda dari atau lebih kecil dari yang diharapkan, mazhab ini cenderung berbicara tentang kegagalan komunikasi,
dengan melihat tahap-tahap dalam proses tersebut guna mengetahui dimana kegagalan tersebut terjadi. Demi memudahkan, kita akan menyebutnya mazhab ini
sebagai “Mazhab Proses”.
12
Mazhab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Ia berkenaan dengan bagaimana pesan atau teks berinteraksi dengan
orang-orang dalam kebudayaan kita. Ia berkenaan dengan bagaimana menghasilkan makna; yakni, ia bekenaan dengan peran teks dalam kebudayaan
kita. Ia menggunakan istilah-istilah seperti pertandaan signification, dan tidak memandang kesalahpahaman sebagai bukti yag penting dari kegagalan
11
John Fiske, Cultural And Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling Komperehensif Yogyakarta: Jalasutra, 2004 hal. 7
12
Ibid. hal. 8
commit to user komunikasi, hal itu mungkin akibat dari perbedaan budaya antara pengirim dan
penerima. Bagi mazhab ini, studi komunikasi adalah studi tentang teks dan kebudayaan. Metode studinya yang utama adalah semiotika ilmu tentang tanda
dan makna, dan itu adalah label yang akan di gunakan untuk mengidentifikasikan pendekatanini.
Demi memudahkan,
kita akan
menyebutnya “Mazhab
Semiotika”.
13
“Mazhab Proses” cenderung mempergunakan imu-ilmu sosial, terutama psikologi dan sosiologi, dan cenderung memusatkan dirinya pada tindakan
komunikasi. Sedangkan “Mazhab Semiotika” cenderung mempergunakan linguistik dan subjek seni, cenderung memusatkan dirinya pada karya
komunikasi.
14
Masing-masing mazhab menafsirkan definisi kita tentang komunikasi sebagai interaksi sosial melalui pesan dengan caranya sendiri. Mazhab pertama
mendefinisikan interaksi sosial sebagai proses yang dengannya seorang pribadi berhubungan dengan pribadi yang lain, atau memperngaruhi perilaku, state of
mind atau respon emosional yang lain, dan demikian pula sebaliknya. Hal ini lebih dekat denga akal sehat common sense, penggunaan sehari-hari dari frase
tersebut. Sementara “Mazhab Semiotika” mendefinisikan interaksi sosial sebagai yang membentuk individu sebagai anggota dari suatu budaya atau masyarakat
tertentu.
15
Pada penelitian ini peneliti menggunakan Mazhab yang kedua yakni mazhab yang melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna dimana
13
Ibid. hal 9
14
ibid
15
ibid
commit to user peneliti menggunakan film, yang sarat akan pertukaran makna, menjadi pusat
objek penelitian. Penelitian ini erat kaitannya dengan teks dan kebudayaan. Kedua mazhab tersebut juga berbeda dalam pemahaman mereka atas apa
yang membentuk sebuah pesan. Pada satu sisi, “Mazhab Proses” melihat pesan sebagai sesuatu yang ditransmisikan melalui proses komunikasi. Kebanyakan
pengikutnya percaya bahwa tujuan intention merupakan suatu faktor yang krusial dalam memutuskan apa yang membentuk sebuah pesan. Tujuan pengirim
mungkin tidak dinyatakan atau dinyatakan, disadari atau tidak disadari, namun harus dapat diperoleh kembali dengan analisis. Pesan adalah apa yang pengirim
sampaikan dengan sarana apa pun.
16
Bagi “Mazhab Semiotika”, pada sisi yang lain, pesan merupakan suatu konstruksi tanda yang, melalui interaksinya dengna penerima, menghasilkan
makna. Pengirim, yang didefinisikan sebagai transmiter pesan, menurut arti pentingnya. Penekanan begeser pada teks dan bagaimana teks itu “dibaca”. Dan,
membaca adalah proses menemukan makna yang terjadi ketika pembaca berinteraksi atau bernegoisasi dengan teks. Negosiasi ini terjadi karena pembaca
membawa aspek-aspek pengalaman budayanya untuk berhubungan dengan kode dan tanda yang menyusun teks. Ia juga melibatkan pemahaman yang agak sama
tentang apa sebenarnya teks tersebut. Kita hanya harus melihat bagaimana koran- koran yang berbeda melaporkan peristiwa yang sama secara berbeda untuk
merealisasikan betapa pentingnya pemahaman ini, pandangan dunia ini, yang tiap- tiap koran bagikan kepada para pembacanya. Maka pembaca dengan pengalaman
16
Ibid. hal 10
commit to user sosial yang berbeda atau dari budaya yang berbeda mungkin menemukan makna
yang berbeda pada teks yang sama. Ini bukanlah, seperti yang telah kami katakan, bukti yang penting dari kegagalan komunikasi.
17
Lantas, pesan bukanlah sesuatu yang dikirim dari A ke B, melainkan suatu elemen dalam sebuah hubungan terstruktur yang elemen-elemen lainnya termasuk
realitas eksternal dan produserpembaca. Memproduksi dan membaca teks dipandang sebagai proses yang peralel, jika tidak identik, karena mereka
menduduki tempat yang sama dalam hubungan tersetruktur ini. Kita bisa menggambarkan model struktur ini sebagai sebuah segitiga dengan anak panah
yang menunjukan interaksi yang konstan; struktur tersebut tidaklah statis, melainkan suatu praktik yang dinamis lihat skema 1
18
Skema 1. Pesan dan Makna Dalam komunikasi terdapat beberapa level komunikasi yaitu komunikasi
interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Film adalah salah satu bentuk media
komunikasi massa. Pada penelitian ini, peneliti memandang pesan sebagai sebuah teks yang dibaca. Peneliti mencoba menemukan makna pada sebuah film yang
17
ibid
18
Ibid. hal 11
commit to user berhubungan dengan pengalaman budaya serta kode dan tanda yang menyusun
film tersebut.
5.2 Pesan Komunikasi