diambil untuk mencapai kinerja tersebut Pratomo Nugraha, 2002.
2.3.9 Penelitian Tentang Reksa Dana di Indonesia
Dalam penelitian Dewi 2005 tentang kinerja investasi Reksa Dana Saham di Indonesia, digunakan data perubahan NABunit tiap
akhir pekan selama tiga bulan, yaitu mulai Februari hingga April 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 Reksa Dana
yang diteliti, 10 Reksa Dana yang mampu memberikan tingkat imbalan di atas tingkat imbalan pasar, namun di sisi lain investor
juga harus menghadapi risiko yang besar karena risikonya berada di atas risiko pasar. Periode pengukuran yang dilakukan dalam
penelitian ini terlalu singkat sehingga hasilnya pun cenderung kurang akurat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bintoro 2006 dapat diketahui bahwa selama tahun 2005 sebagian besar
Reksa Dana memiliki kinerja buruk, ditandai dengan rasio Sharpe negatif yang menunjukkan bahwa pengembalian yang dihasilkan
oleh Reksa Dana lebih kecil daripada tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh SBI, hal tersebut didasari pada penurunan Nilai
Aktiva Bersih NAB Reksa Dana yang secara umum pada tahun 2005 mengalami penurunan yang cukup drastis sehingga membawa
dampak negatif terhadap kinerja Reksa Dana. Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan Reksa Dana di Indonesia pada periode 2000-2004 dilakukan oleh Aroem 2005. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa selama bulan Januari 2000 sampai dengan Desember 2004, perkembangan Reksa Dana di Indonesa mengalami peningkatan
yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya dana kelolaan atau NAB Reksa Dana. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan Reksa Dana di Indonesia secara signifikan adalah suku bunga SBI 2 bulan sebelumnya, IHSG bulan sebelumnya,
jumlah Reksa Dana 2 bulan sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap
dolar, dan inflasi bulan sebelumnya. Suku bunga SBI, IHSG, nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan inflasi berpengaruh secara negatif
terhadap perkembangan Reksa Dana. Sedangkan jumlah Reksa Dana memberikan dampak positif terhadap perkembangan Reksa
Dana. Sugiarto 2003 dalam artikelnya yang berjudul “Reksa Dana,
Perbankan, dan Sektor Riil” menganalisis tentang perkembangan pesat Reksa Dana yang berbasis obligasi rekap. Perkembangan ini
disebabkan penurunan suku bunga SBI, adanya pembebasan pajak, dan keterlibatan perbankan sebagai agent of sales.
Dalam kajian tersebut, penulis mengungkapkan bahwa keterlibatan bank-bank dalam distribusi Reksa Dana tersebut
disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor non fundamental dan faktor fundamental. Faktor fundamental antara lain untuk
menawarkan dan alternatif penanaman dana dengan return yang lebih tinggi. Beberapa bank melihat bahwa pertumbuhan Reksa
Dana yang sangat pesat tersebut dapat dilihat sebagai faktor fundamental dan sekaligus peluang untuk memperbaiki kinerja
neraca banknya. Kajian yang dilakukan Asih dan Pratomo 2003 menjelaskan
bahwa perkembangan Reksa Dana yang pesat didorong oleh beberapa faktor, yaitu meningkatnya intensitas penerbitan dan
perdagangan obligasi pemerintah, menurunnya suku bunga simpanan perbankan, tidak dibatasinya penempatan Reksa Dana berbasis
obligasi pemerintah dan keterlibatan bank dalam menjual Reksa Dana.
Kajian tersebut juga menjelaskan bahwa maraknya Reksa Dana ini terjadi karena banyak Reksa Dana yang melibatkan perbankan.
Hal ini dapat menjadi salah satu indikator dari masih belum pulihnya aliran dana-dana perbankan dalam bentuk kredit ke sektor riil.
Selain itu dijelaskan pula bahwa wealth effect dari maraknya Reksa Dana di Indonesia diperkirakan masih sangat kecil.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Penilaian kinerja perlu dilakukan oleh setiap Reksa Dana sebagai alat evaluasi pengelolaan portofolio investasi yang dilakukannya. Penilaian