Rektor II untuk bidang keuangan, sumberdaya manusia dan administrasi, Wakil Rektor III untuk bidang kemahasiswaan, humas
dan alumni serta Wakil Rektor IV bidang kerjasama dan pengembangan.
Fakultas di IPB terdiri dari Fakultas Pertanian, Kedokteran Hewan, Perikanan dan Ilmu Kelautan, Peternakan, Kehutanan,
Teknologi Pertanian, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ekonomi dan Manajemen, dan Ekologi Manusia.
Untuk kegiatan operasional Rektor dan Wakil Rektor dibantu oleh unit administrasi berbentuk Kantor dan Direktorat.
4.4 Pemilihan Saham, Obligasi, dan Deposito
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, saham, obligasi, dan deposito yang akan dipertimbangkan untuk menjadi kandidat
portofolio adalah: 1.
Saham yang selama lima tahun berturut-turut masuk ke dalam LQ-45 selama tahun 2001-2005, yaitu sebanyak 15 saham.
Tabel 3 Daftar kode saham dan emiten yang masuk LQ-45 selama periode 2001-2005
No. Kode Saham
Emiten 1. AALI
PT Astra Agro Lestari, Tbk. 2. ANTM
PT Aneka Tambang, Tbk. 3. ASII
PT Astra International, Tbk. 4. BBCA
PT Bank Central Asia, Tbk. 5. GGRM
PT Gudang Garam, Tbk. 6. GJTL
PT Gajah Tunggal, Tbk. 7. INDF
PT Indofood Sukses Makmur, Tbk. 8. INTP
PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. 9. ISAT
PT Indosat, Tbk. 10. KLBF
PT Kalbe Farma, Tbk. 11. PNBN
PT Bank Pan Indonesia, Tbk. 12. RALS
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. 13. TINS
PT Timah,
Tbk. 14. TLKM
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. 15. UNTR
PT United Tractors, Tbk. 2.
Obligasi yang masuk ke dalam kategori investment grade, listing paling paling lambat bulan Juli 2004, dan jatuh tempo paling cepat pada bulan
Mei 2007 adalah sebanyak 91 seri obligasi yang terdiri dari 67 seri obligasi korporasi dan 24 seri obligasi pemerintah. Lampiran 6
3. Deposito yang dipilih adalah deposito 1 bulanan dari Bank Mandiri,
BCA, BRI, BNI, dan Bank Danamon. Kelima bank ini dipilih karena merupakan lima bank besar per akhir 2005 menurut majalah Infobank.
4.5 Perhitungan Return dan Risiko Aset
4.5.1 Return dan Risiko Saham
Return saham dihitung dengan menggunakan persamaan 1 yaitu penghitungan return berdasarkan perubahan harga saham.
Return yang positif menandakan bahwa saham menghasilkan keuntungan akibat kenaikan harga capital gain, sedangkan nilai
return yang negatif berarti saham memberikan kerugian akibat penurunan harga capital loss.
Lima dari 15 saham yang telah diseleksi sebelumnya memiliki total dan rata-rata return yang negatif selama periode Desember
2000-Desember 2005. Saham-saham tersebut adalah GGRM, GJTL, INDF, RALS, dan TINS. Kelima saham tersebut bukan hanya
memiliki return negatif namun juga risiko yang tinggi, yaitu berkisar antara 9.86 sampai 21.44. Dengan asumsi bahwa investor hanya
tertarik pada investasi yang memiliki return positif, maka kelima saham tersebut disisihkan dari kandidat dalam portofolio, sehingga
tersisa 10 saham yang dinilai layak sebagai kandidat portofolio. Tabel 4
Expected return dan risiko saham yang memiliki return positif
No. Kode Saham Expected Return
Risiko 1. AALI
1.57 14.73
2. ANTM 0.97
17.71 3. ASII
1.63 15.14
4. BBCA 1.60
12.71 5. INTP
0.23 14.82
6. ISAT 1.26
11.09 7. KLBF
0.20 14.43
8. PNBN 1.65
16.21 9. TLKM
2.46 9.08
10. UNTR 2.41
15.26
Dari tabel 4, diketahui bahwa tidak selalu terjadi trade-off antara return dan risiko pada 10 saham tersebut, saham yang
memiliki ekspektasi return tinggi belum tentu memiliki risiko yang tinggi pula. Saham TLKM mampu memberikan ekspektasi return
yang paling tinggi dibandingkan dengan 9 saham lain yang memiliki return positif dan juga memiliki risiko terendah, yaitu 9.08.
Sedangkan risiko tertinggi dimiliki oleh ANTM yang hanya mampu menghasilkan ekspektasi return sebesar 0.97 per bulannya.
Dengan melihat hasil dari perhitungan expected return dan risiko, saham TLKM merupakan saham yang mempunyai potensi
tinggi untuk dapat menghasilkan portofolio dengan tingkat return lebih tinggi atau risiko lebih rendah jika digabungkan dengan saham
lain yang korelasi antar return-nya rendah.
4.5.2 Return dan Risiko Obligasi
Coupon rate dimasukkan ke dalam penghitungan return obligasi, sehingga return-nya merupakan gabungan dari capital
gainloss dari harga obligasi ditambah dengan coupon rate per bulannya. Coupon rate dimasukkan ke dalam penentu return karena
return yang berasal dari kupon obligasi ini sifatnya pasti, tidak seperti dividen pada saham.
Dari 91 seri obligasi yang menjadi kandidat portofolio, hanya 1 seri obligasi yang memiliki return negatif, yaitu obligasi korporasi
BDKI04 dengan expected return sebesar -0.15 per bulan, yang artinya dengan berinvestasi ke dalam obligasi BDKI04, maka yang
didapat hanya kerugian rata-rata sebesar 0.15 tiap bulannya, sehingga obligasi seri BDKI04 tidak akan dimasukkan ke dalam
pembentukan portofolio. Jumlah obligasi yang memiliki return positif adalah sebanyak
90 seri yang terdiri dari 24 obligasi pemerintah dan 66 obligasi korporasi. Sembilan puluh seri obligasi ini diurutkan berdasarkan
rasio ERrisk dan dilakukan uji normalitas karena jumlah data sampel yang diambil kurang dari 30. Uji normalitas diperlukan
sebagai syarat untuk melakukan pembentukan portofolio Husnan, 2001. Sedangkan rasio ERrisk menggambarkan berapa
ekspektasi return yang mampu dihasilkan sebuah aset untuk tiap unit risiko. Semakin besar rasionya, maka semakin baik pula aset
tersebut. Untuk mengefisienkan perhitungan, uji normalitas untuk
obligasi korporasi dilakukan pada 20 obligasi yang berada di urutan pertama berdasarkan rasio ERrisk. Sedangkan untuk obligasi
pemerintah, uji normalitas dilakukan pada 15 obligasi dengan rasio ERrisk teratas. Masing-masing 10 seri obligasi dari korporasi dan
pemerintah dengan rasio ERrisk tertinggi dan terdistribusi normal dijadikan kandidat portofolio obligasi.
Tabel 5 menunjukkan 20 seri obligasi yang dijadikan kandidat aset portofolio.
Tabel 5 Urutan 10 obligasi pemerintah dan korporasi dengan ERrisk tertinggi
Obligasi Korporasi Obligasi Pemerintah
No. Seri Obligasi
ERrisk Seri Obligasi ERrisk
1. LTLS02AXBFTW 0.9707 VR0013
1.0879 2. ALFA01XXBFTW
0.9469 VR0019 0.7017
3. BSBR05AXBFTW 0.6537 VR0014
0.4602 4. BSBR05BXBVTW
0.4854 FR0002 0.4406
5. JPOS01XXBFTW 0.4664 VR0017
0.4004 6. MPPA01XXBFTW
0.3383 VR0020 0.3785
7. PPGD10BXBVTW 0.3348 FR0013
0.3116 8. WIKA03AXBFTW
0.3278 VR0018 0.2847
9. SCTV01XXBFTW 0.3268 FR0012
0.2772 10. ASDF03CXBFTW
0.3105 FR0022 0.2700
4.5.3 Return dan Risiko Deposito
Return deposito diambil langsung dari suku bunga bulanan sehingga tidak ada return negatif pada deposito. Risiko dari deposito
merupakan besarnya penyimpangan yang mungkin terjadi dari rata- rata suku bunga bulanan.
Berdasarkan perhitungan return dan risiko, dipilih deposito 1 bulan dari Bank Rakyat Indonesia BRI karena memiliki rasio
ERrisk tertinggi dibandingkan keempat bank lainnya. Ekspektasi
return deposito BRI adalah sebesar 0.88 dengan risiko sebesar 0.28.
4.6 Pembentukan Portofolio Model Markowitz
Portofolio Model Markowitz berusaha menggabungkan aset sedemikian rupa sehingga membentuk suatu portofolio yang mampu
meminimalkan risiko tanpa harus mengorbankan nilai ekspektasi return. Kombinasi dari aset dengan korelasi antar return yang rendah mampu
menghasilkan kumpulan portofolio yang efisien, yaitu portofolio dengan tingkat return tertinggi pada tingkat risiko tertentu atau tingkat risiko
terendah untuk suatu tingkat return tertentu. Kumpulan portofolio efisien ini akan membentuk sebuah kurva yang disebut sebagai efficient frontier.
Jumlah portofolio efisien dalam efficient frontier berjumlah tidak terbatas dan portofolio optimal berada di salah satu titik pada kurva tersebut.
Portofolio optimal terbentuk tergantung oleh preferensi return dan risiko masing-masing investor sehingga portofolio optimal bagi investor yang satu
akan berbeda bagi investor yang lain tergantung dari berapa return yang diinginkan dan berapa besar toleransi risiko yang berani ditanggung oleh
investor tersebut. Preferensi untuk membentuk portofolio optimal yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rata-rata return yang dihasilkan oleh risk-free asset, yaitu rata-rata tingkat suku bunga bulanan SBI selama periode
Desember 2000-Desember 2005 yang nilainya sebesar 0.94. Portofolio optimal terbentuk saat selisih expected return aset dengan expected return
SBI per unit risiko, atau rasio Sharpe, berada pada nilai maksimal.
4.6.1 Portofolio Optimal Saham Menggunakan Model Markowitz
Portofolio saham model Markowitz yang terbentuk berupa kombinasi tiga saham, yaitu saham AALI, BBCA, dan TLKM, di
mana porsi saham TLKM mendominasi portofolio yang terbentuk seperti diperlihatkan oleh Gambar 4.
TLKM 86.23
BBCA 10.69
AALI 3.08
Gambar 4 Porsi saham pada portofolio optimal model Markowitz. Portofolio optimal terbentuk dari ketiga saham tersebut karena
kovarian return ketiganya bernilai rendah sehingga dengan menggabungkan ketiga saham tersebut mampu mengurangi risiko
tanpa perlu mengorbankan return lebih banyak. Expected return portofolio saham ini adalah sebesar 2.34
dengan risiko sebesar 8.17. Dilihat dari sisi ekspektasi return, saham TLKM memang mampu memberikan ekspektasi return yang
lebih tinggi dibandingkan portofolio ini, namun risiko saham TLKM juga lebih tinggi, yaitu sebesar 9.08 atau 0.91 lebih tinggi
dibandingkan risiko portofolio. Portofolio saham ini dianggap lebih baik dibandingkan dengan investasi tunggal pada saham TLKM
karena untuk menurunkan risiko sebesar 0.91, ekspektasi return- nya hanya berkurang sebesar 0.09.
Sedangkan rasio Sharpe portofolio saham Model Markowitz ini adalah sebesar 0.1717, artinya kombinasi aset ini mampu
memberi risk premium sebesar 0.1717 untuk tiap penambahan satu unit risiko.
4.6.2 Portofolio Optimal Obligasi Menggunakan Model Markowitz
Portoflolio obligasi optimal yang terbentuk adalah gabungan tujuh seri obligasi yang membentuk portofolio dengan ekspektasi
return sebesar 1.25 dan risiko sebesar 0.75, di mana 5 seri obligasi berasal dari obligasi korporasi dan 2 seri berasal dari
obligasi pemerintah. Beberapa obligasi mampu memberikan tingkat ekpektasi return yang lebih tinggi namun portofolio obligasi ini jelas
lebih unggul karena risikonya jauh lebih kecil. Pada obligasi tunggal, untuk mendapatkan ekpektasi return yang tidak jauh
berbeda dengan portofolio, investor harus menghadapi risiko yang besarnya berada pada kisaran 20-40.
6.76 5.85
3.62 32.43
6.71 31.59
13.04 ALFA01XXBFTW
BSBR05AXBFTW BSBR05BXBVTW
MPPA01XXBFTW JMPD10OXBFTW
VR0013 FR0002
Gambar 5 Bobot obligasi pada portofolio obligasi model Markowitz.
Bobot tiap seri obligasi pada portofolio ini dipengaruhi oleh besarnya risiko dan return obligasi serta tingkat korelasikovarian
return antar obligasi. Obligasi ALFA01XXBFTW dan VR0013 menempati porsi yang lebih besar dibandingkan dengan obligasi lain
karena ekspektasi return-nya yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan seri obligasi lain, diiringi dengan rendahnya korelasi antar
return yang dimilikinya. Sharpe ratio portofolio obligasi Model Markowitz ini adalah
sebesar 0.1639, lebih kecil dibandingkan dengan rasio Sharpe pada portofolio optimal saham.
4.6.3 Portofolio Gabungan Menggunakan Model Markowitz
Return bulanan historis dari portofolio saham dan portofolio obligasi harus diketahui terlebih dahulu untuk dapat membentuk
portofolio gabungan. Return bulanan historis masing-masing portofolio merupakan return bulanan historis tertimbang dari aset
yang masuk ke dalam portofolio tersebut. Return bulanan ini digunakan untuk menghitung tingkat korelasi return antar portofolio
tersebut. Deposito tidak masuk ke dalam portofolio gabungan ini meski
memiliki risiko dan korelasi antar return yang rendah. Rendahnya risiko yang dimiliki memang akan menurunkan risiko portofolio jika
deposito dimasukkan ke dalam portofolio ini, namun penurunan risiko ini akan diiringi dengan penurunan ekspektasi return yang
lebih rendah dibandingkan penurunan risiko yang mampu dilakukannya.
Saham 3.23
Obligasi 96.77
Gambar 6 Alokasi aset dalam portofolio gabungan menggunakan model Markowitz.
Expected return dari portofolio ini adalah sebesar 1.38 dengan risiko sebesar 0.97 dan rasio Sharpe sebesar 0.4537 yang
berarti mampu menghasilkan risk premium sebesar 0.4537 untuk tiap unit risiko.
4.6.4 Portofolio Gabungan Model Markowitz dengan Menerapkan
Kebijakan Investasi IPB-Kresna
Pada proses pembentukan portofolio gabungan ini, dimasukkan sebuah kendala baru yaitu bobot masing-masing jenis aset berada
pada kisaran 5 sampai 75, hal ini sesuai dengan kebijakan investasi IPB-Kresna yang menempatkan investasi minimal 5 dan
maksimal 75 untuk saham, obligasi, dan instrumen pasar uang. Gabungan tiga jenis aset finansial tersebut membentuk
portofolio gabungan yang diharapkan akan memberikan return sebesar 1.46 per bulan dengan risiko sebesar 1.6 serta mampu
memberikan tambahan return sebesar 32.19 di atas return SBI untuk tiap risikonya. Meskipun ekspektasi return dari portofolio
gabungan ini hanya setengah ekpektasi return yang dimiliki oleh portofolio saham, namun penggabungan portofolio ini mampu
menurunkan risiko hingga lebih dari 75 risiko yang dimiliki portofolio saham.
Saham 20
Obligasi 75
Deposito 5
Gambar 7 Alokasi berdasarkan jenis aset pada portofolio gabungan model Markowitz dengan penerapan kebijakan investasi
IPB-Kresna. Dalam portofolio gabungan ini, obligasi menempati porsi
terbesar pada portofolio gabungan model Markowitz. Tingkat risiko dah kovarian antar return-nya yang rendah menjadikan portofolio
obligasi memiliki potensi untuk menurunkan risiko apabila digabungkan dengan portofolio aset lainnya, dengan catatan bahwa
penggabungan harus dilakukan dengan portofolio aset lain yang memiliki korelasikovarian antar return kurang dari 1.
Porsi terendah dalam portofolio ini ditempati oleh deposito. Meskipun deposito memiliki kovarian antar return dengan aset lain
yang nilainya lebih rendah, namun ekspektasi return yang dimilikinya pun amat rendah, yaitu kurang dari 10 dari return
portofolio obligasi atau 5 dari return portofolio saham. Dengan mengalokasikan deposito terlalu besar ke dalam portofolio, maka
manfaat pengurangan risikonya akan dikompensasi dengan pengurangan return yang justru jauh lebih besar dari pengurangan
risikonya. Jika terjadi demikian, maka tujuan awal diversifikasi aset ini tidak tercapai.
Portofolio gabungan yang terbentuk oleh portofolio model Markowitz ini terdiri dari 11 aset, yaitu 3 saham, 7 seri obligasi, dan
1 deposito BRI, di mana obligasi pemerintah seri VR0013 memiliki porsi terbesar dalam portofolio, sedangkan saham AALI memiliki
porsi terkecil, yaitu sebesar 0.62 dari total portofolio. Tabel 7 menunjukkan besar alokasi masing-masing aset dalam portofolio
gabungan menggunakan model Markowitz.
Tabel 6 Alokasi aset pada portofolio gabungan model Markowitz Kode
Jenis Aset Bobot
AALI Saham 0.62 BBCA Saham 2.14
TLKM Saham 17.25 ALFA01XXBFTW Obligasi
23.69 BSBR05AXBFTW Obligasi
9.78 BSBR05BXBVTW Obligasi
5.07 MPPA01XXBFTW Obligasi
4.39 JMPD10OXBFTW Obligasi
2.71 VR0013 Obligasi 24.33
FR0002 Obligasi 5.03 Deposito BRI
Deposito 5.00
4.7 Portofolio Model Indeks Tunggal
Model indeks tunggal merupakan suatu model analisis portofolio
dimana dalam menentukan saham-saham pembentuk portofolio optimal menggunakan perhitungan nilai ERB dan nilai C. Nilai C merupakan
pembatas nilai ERB berapa yang dikatakan tinggi. 4.7.1
Tingkat Pengembalian dan Risiko Pasar
Dalam pembentukan portofolio menggunakan model indeks tunggal, perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat pengembalian pasar
R
m
karena dalam model ini diasumsikan bahwa tingkat keuntungan setiap aset berkorelasi dengan perubahan pasar. Besarnya risiko dari
indeks pasar pun perlu dicari untuk menentukan risiko pasar dari sebuah aset.
Tingkat pengembalian pasar diperoleh dengan menggunakan persamaan 1, di mana harga yang dimaksud adalah harga indeks,
yaitu IHSG untuk saham dan indeks obligasi untuk aset berupa obligasi. Dari hasil penghitungan, diketahui bahwa return pasar
saham adalah sebesar 1.48 per bulan dengan risiko sebesar 6.64. Sedangkan pada pasar obligasi, diperoleh tingkat return sebesar
1.13 dan risiko sebesar 1.32. Untuk membentuk portofolio optimal menggunakan model
indeks tunggal, harus ditentukan terlebih dahulu tingkat risiko pasar
masing-masing aset yang diwakili oleh beta β yang dihitung
dengan menggunakan persamaan 10. Beta atau risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat
dihilangkan melalui diversifikasi. Risiko ini mengukur tingkat sensitifitas suatu aset terhadap pergerakan pasar. Aset dengan risiko
pasar kurang dari 1 merupakan aset defensif, di mana tingkat pengembaliannya relatif stabil karena tidak terlalu dipengaruhi oleh
pergerakan pasar. Sedangkan aset dengan risiko pasar lebih dari 1 merupakan aset agresif dan sifatnya lebih labil karena mudah
dipengaruhi oleh perubahan kinerja pasar. Adanya asset selection dalam model indeks tunggal akan
mengurangi jumlah aset dalam portofolio. Asset selection dilakukan dengan membatasi nilai excess return to beta minimal yang boleh
dimasukkan ke dalam portofolio.
4.7.2 Portofolio Optimal Saham Menggunakan Model Indeks Tunggal
Dari hasil perhitungan, beta dari 10 saham yang telah terseleksi berada pada kisaran 0.56-1.78 di mana saham BBCA memiliki beta
terendah dan beta tertinggi dimiliki oleh saham ASII Gambar 8. Sedangkan beta saham-saham lainnya berada pada kisaran 1 sampai
1.5. Dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh saham terseleksi merupakan saham yang labil karena tingkat risiko pasarnya lebih dari
1. BBCA merupakan satu-satunya saham yang kinerjanya tidak begitu terpengaruh dengan perubahan kinerja pasar karena tingkat
risiko pasarnya di bawah 1.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0
AALI ANTM ASII
BBCA INTP
ISAT KLBF
PNBN TLKM UNTR
Saham Be
ta
Gambar 8 Nilai beta 10 saham terseleksi.
Nilai ERB tiap saham dapat dihitung setelah nilai beta diketahui. Penghitungan nilai ERB perlu dilakukan karena
pemilihan saham pembentuk portofolio optimal dilakukan dengan membandingkan ERB dari masing-masing saham. Nilai ERB
mencerminkan kelebihan return relatif terhadap satu unit risiko sistemasis.
Setelah nilai ERB dihitung dengan menggunakan persamaan 13, saham diurutkan menurut nilai ERB, dimulai dari saham dengan
nilai ERB tertinggi hingga saham dengan nilai ERB terendah. Tabel 7 Urutan saham berdasarkan ERB
Saham dengan nilai ERB negatif merupakan saham yang tidak layak untuk dimasukkan ke dalam portofolio, sehingga saham INTP
disisihkan dari kandidat portofolio. Nilai ERB negatif pada saham INTP diakibatkan karena ekspektasi return-nya berada di bawah
ekspektasi return aset bebas risiko. Aset dengan nilai ERB negatif tidak dimasukkan ke dalam portofolio karena portofolio optimal
model indeks tunggal ini hanya menyertakan aset dengan nilai ERB yang tinggi saja sehingga jumlah saham yang tersisa adalah 9 saham.
Unique cut-off point dihitung untuk menentukan batas minimum nilai ERB yang akan dimasukkan ke dalam portofolio.
Pembatasan nilai ERB ini dilakukan karena aset dengan nilai ERB yang makin tinggi akan semakin menarik minat investor. Nilai
pembatas ini diperoleh dengan memilih Ci terbesar yang diperoleh dengan menggunakan persamaan 14.
No. Saham ERB
1. TLKM 0.0145
2. BBCA 0.0117
3. UNTR 0.0084
4. KLBF 0.0075
5. AALI 0.0057
6. PNBN 0.0048
7. ASII 0.0038
8. ISAT 0.0025
9. ANTM 0.0002
10. INTP -0.0053
Nilai unique cut-off point yang terbentuk untuk kumpulan saham ini adalah sebesar 0.0067. Saham dengan nilai ERB kurang
dari 0.0067 merupakan saham yang tidak layak untuk dimasukkan ke dalam portofolio, berarti 5 dari 9 saham harus disisihkan sehingga
saham yang masuk ke dalam portofolio adalah BBCA, KLBF, TLKM, dan UNTR. Aset dengan nilai ERB di bawah nilai unique
cut-off point tidak dimasukkan ke dalam portofolio karena dianggap kurang menarik bagi investor.
Dengan diketahuinya nilai unique cut-off point maka besar bobot masing-masing aset dapat dihitungan. Bobot suatu aset perlu
diperhitungkan dengan baik agar portofolio yang terbentuk nantinya mampu meminimalisir risiko tidak sistematis. Bobot masing-
masing aset dihitung dengan menggunakan persamaan 15. Alokasi keempat saham terpilih yang masuk ke dalam
portofolio saham yang dibentuk dengan menggunakan model indeks tunggal ditunjukkan oleh Gambar 9.
UNTR 7.12
BBCA 7.50
KLBF 2.95
TLKM 82.43
Gambar 9 Bobot saham pada portofolio saham model indeks tunggal.
Seperti pada portofolio saham yang dibentuk dengan menggunakan model Markowitz, saham TLKM pada portofolio
saham model indeks tunggal juga mendominasi portofolio, dengan alokasi lebih dari 80 pada portofolio. Pada model indeks tunggal,
bobot sebuah aset dalam suatu portofolio berbanding terbalik dengan varians residual dan berbanding lurus dengan ERB sehingga nilai
ERB yang tinggi dan varians residual yang rendah pada saham TLKM telah membuat saham TLKM menempati bobot terbesar pada
portofolio saham model indeks tunggal.
Portofolio yang terbentuk memiliki ekspektasi return sebesar 2.38 dengan beta 1.07. Portofolio dinilai optimal karena mampu
menurunkan varians residual risiko tidak sistematis. Pada obligasi tunggal, varians terendah dimiliki oleh saham TLKM yaitu sebesar
0.0036 sedangkan varians residual dari portofolio adalah sebesar 0.003.
4.7.3 Portofolio Optimal Obligasi Menggunakan Model Indeks
Tunggal
Dari 20 seri obligasi yang telah terseleksi, dua seri obligasi yang memiliki beta negatif, yaitu ALFA01XXBFTW dan
PPGD10BXBVTW. Nilai beta negatif akan menimbulkan nilai ERB yang negatif pula, sehingga kedua seri obligasi dengan beta negatif
tersebut disisihkan. Beta yang negatif pada kedua seri obligasi ini diakibatkan karena memiliki tingkat korelasi negatif terhadap return
pasar yang ditunjukkan oleh nilai cov
im
. Aset dengan beta negatif menunjukkan bahwa return aset tersebut bergerak berlawanan
dengan return pasar. Pada tahap penghitungan ERB, 6 seri obligasi ternyata
memiliki nilai ERB negatif sehingga tidak layak untuk dimasukkan ke dalam portofolio dan jumlah obligasi yang tersisa adalah 12 seri
obligasi. Enam seri obligasi yang harus disisihkan adalah LTLS02AXBFTW, ASDF03CXBFTW, VR0017, VR0020, FR0012,
dan VR0018. Nilai ERB negatif pada keenam seri obligasi tersebut terjadi karena tidak mampu memberikan ekspektasi return yang lebih
baik dari ekpektasi return aset bebas risiko. Unique cut-off point untuk obligasi ini adalah 0.002941
sehingga obligasi dengan ERB kurang dari nilai tersebut tidak akan dimasukkan ke dalam portofolio. Terdapat 6 obligasi yang memiliki
nilai ERB kurang dari batas minimal tersebut sehingga tersisa 6 seri obligasi yang lolos tahap seleksi aset. Keenam obligasi yang lolos
tahap seleksi aset dihitung bobot asetnya dalam portofolio dengan menggunakan persamaan 15.
4.56 0.42 9.06
0.87 3.37
81.73
BSBR05AXBFTW BSBR05BXBVTW
FR0002 MPPA01XXBFTW
VR0013 VR0014
Gambar 10 Bobot tiap seri obligasi pada portofolio obligasi model indeks tunggal.
Gambar 10 menunjukkan bahwa sebagian besar portofolio didominasi oleh obligasi pemerintah seri VR0013 karena memiliki
risiko sistematis beta. Meskipun expected return VR0013 bukan yang tertinggi dibandingkan obligasi yang lain, namun beta yang
rendah membuat nilai ERB VR0013 di urutan kedua terbesar. Nilai varians residual yang rendah semakin mendorong obligasi VR0013
untuk memiliki porsi terbesar dalam portofolio. Bisa disimpulkan bahwa beta dan varians residual yang rendah ditambah dengan
expected return yang cukup tinggi pada VR0013 membuat obligasi ini mendominasi portofolio.
Sedangkan obligasi BSBR05AXBFTW menempati porsi terendah yaitu 0.42 dari keseluruhan dana yang dialokasikan ke
dalam portofolio. Kecilnya bobot obligasi BSBR05AXBFTW dipengaruhi oleh tingginya risiko tidak sistematis yang dimiliki
obligasi tersebut.
4.7.4 Portofolio Gabungan Menggunakan Model Indeks Tunggal
Return pasar dari saham dan obligasi harus dibentuk terlebih dahulu untuk dapat membentuk portofolio gabungan menggunakan
model indeks tunggal. Return pasar yang digunakan bukan berasal dari hanya salah satu pasar – pasar saham atau pasar obligasi –
namun diambil dari rata-rata return tertimbang dari tiap aset. Return deposito tidak dimasukkan karena pergerakan return pasar uang dan
pasar modal yang berlawanan sehingga jika dimasukkan maka return
pasar gabungan yang terbentuk akan mengikuti pergerakan return pasar yang lebih kuat.
Dari pasar gabungan yang dibentuk diketahui bahwa pasar menghasilkan tingkat ekspektasi return sebesar 2.31 dengan
varians pasar sebesar 0.001. Obligasi memiliki beta sebesar 0.02 sedangkan beta saham
sebesar 1.89. Beta yang rendah inilah yang kemudian membuat ERB obligasi menjadi jauh lebih besar dibandingkan saham meskipun
excpected return-nya hanya sepertiga expected return saham. Unique cut-off point untuk portofolio gabungan ini adalah
sebesar 0.0084. Baik portofolio saham maupun portofolio obligasi, keduanya memiliki nilai ERB di atas nilai ERB minimum.
Bobot saham dan obligasi dihitung dengan menggunakan persamaan 15. Porsi saham dan obligasi ditunjukkan oleh Gambar
10 yang memperlihatkan bahwa lebih dari 90 portofolio terdiri dari obligasi karena tingkat risiko pasar dan varians residualnya jauh
lebih rendah dibandingkan saham.
Obligasi 90.87
Saham 9.13
Gambar 11 Alokasi aset pada portofolio gabungan model indeks tunggal tanpa menerapkan kebijakan investasi IPB-
Kresna. Beta portofolio gabungan ini adalah 0.19 yang berarti return
portofolio tidak akan banyak terpengaruh oleh fluktuasi return pasar. Sedangkan expected return portofolio ini adalah sebesar 1.45.
4.7.5 Portofolio Gabungan Menggunakan Model Indeks Tunggal
dengan Menerapkan Kebijakan Investasi IPB-Kresna
Portofolio dibentuk dengan memasukkan deposito ke dalam portofolio optimal yang dibentuk tanpa menerapkan kebijakan
investasi IPB-Kresna. Bobot saham dan obligasi harus disesuaikan
kembali dengan cara mengalikan bobot aset dengan bobot yang tersisa dalam portofolio setelah memasukkan deposito ke dalamnya.
Besarnya bobot yang tersisa dalam portofolio tergantung dari berapa alokasi untuk deposito. Dengan memasukkan deposito sebesar 5-
20 maka bobot yang tersisa berkisar 95-80. Portofolio yang terbentuk adalah sebanyak 4 buah, yaitu
portofolio dengan bobot deposito sebesar 5 model indeks tunggalMIT 1, 10 MIT 2, 15, dan 20 MIT 4. Dari
keempat portofolio tersebut dipilih satu portofolio denga rasio ERpbeta tertinggi.
Tabel 8 Rasio ER
p
beta dari 4 portofolio gabungan model indeks tunggal dengan menerapkan kebijakan ivestasi IPB-Kresna
Portofolio Beta Alpha ER
p
ER
p
beta MIT 1
0.1805 0.0108
0.0149 0.0828
MIT 2 0.1710
0.0103 0.0143
0.0836 MIT 3
0.1615 0.0099
0.0136 0.0845
MIT 4 0.1520
0.0095 0.0130
0.0855 Semakin besar alokasi deposito ke dalam portofolio, maka
semakin kecil risiko pasarnya Tabel 8. Namun penurunan risiko ini diiringi pula dengan penurunan ekspektasi return.
Rasio ER
p
beta tertinggi dimiliki oleh portofolio yang mengalokasikan 20 deposito ke dalam kombinasi asetnya. Rasio
sebesar 0.0855 diartikan bahwa portofolio ini mampu memberikan tambahan ekspektasi return sebesar 0.0855 untuk setiap penambahan
satu unit risiko sistematis. Portofolio yang mewakili portofolio model indeks tunggal dengan menggunakan kebijakan IPB-Kresna
adalah portofolio dengan rasio ER
p
beta tertinggi, yaitu portofolio yang mengalokasikan 20 dananya pada deposito.
4.8 Return dan Risiko Portofolio Markowitz, Model Indeks Tunggal, dan
IPB-Kresna Periode Januari 2006-April 2007
Return bulanan portofolio adalah return bulanan tertimbang dari setiap asetnya. Return bulanan untuk portofolio model Markowitz disajikan
pada Lampiran 18 dan untuk portofolio model indeks tunggal pada Lampiran 19. Sedangkan return bulanan IPB-Kresna dihitung dari
perubahan NABUnit tiap bulan. NABUnit digunakan untuk mengukur kinerja portofolio Reksa Dana karena NABUnit menggambarkan kinerja
portofolio investasi yang dilakukan oleh Manajer Investasi suatu Reksa Dana. Perubahan harga NABUnit Reksa Dana mengindikasikan perubahan
harga efek yang berada dalam portofolio yang dikelola. Dari hasil penghitungan, rata-rata return bulanan tertinggi dihasilkan
oleh portofolio model Markowitz yang menggunakan kebijakan investasi IPB-Kresna dalam proses pembentukannya, dengan tingkat pengembalian
sebesar 2.58 per bulan. Sedangkan rata-rata return terendah dihasilkan oleh IPB-Kresna, yaitu 0.96 per bulan. IPB-Kresna menghasilkan return
bulanan terendah jika dibandingkan dengan keempat portofolio lainnya, dan bahkan lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata return bulanan yang
dihasilkan aset bebas risiko. Rata-rata return bulanan tersebut dapat memberikan gambaran awal mengenai bagaimana kinerja masing-masing
portofolio dan IPB-Kresna. Pada portofolio IPB-Kresna, terjadi trade off antara return dan risiko,
karena selain memiliki return yang rendah, portofolio IPB-Kresna juga memiliki risiko yang rendah, yaitu sebesar 2.35. Namun trade off antara
return dan risiko ini tidak terjadi pada keempat portofolio pembandingnya, portofolio model Markowitz
4.9 Pengkuruan Kinerja Menggunakan Metode Time-Weighted Rate of