Membuat tabulasi dari data yang telah diperoleh Indikator Keberhasilan

Penilaian ini menggunakan skala likert yakni dengan menggunakan 4 opsi yaitu: 1 Sangat Kritis : skor 4 2 Kritis : skor 3 3 Cukup Kritis : skor 2 4 Kurang Kritis : skor 1 Arikunto, 2010:146 Selanjutnya dihitung persentase penguasaan tes kemampuan berpikir kritis dengan rumus P = x 100 Keterangan: P = persentase kemampuan berpikir kritis n = jumlah skor yang diperoleh N = jumlah skor maksimal yang diharapkan

b. Membuat tabulasi dari data yang telah diperoleh

c. Memasukkannya kedalam rumus deskriptif persentase d. Membuat tabel rujukan dengan cara sebagai berikut: Menetapkan persentase tertinggi = = Menetapkan persentase terendah = = Menetapkan rentangan persentase = 100-25 = 75 Menetapkan kelas interval = 4 Interval = 75:4 = 18,75 Berdasarkan perhitungan diatas, tabel dan kriteria motivasi belajar siswa adalah: Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Berpikir Kritis Siswa No. Rentang Skor Kriteria 1 81,26-100 Sangat Kritis 2 62,6-81,25 Kritis 3 43,76 - 62,5 Cukup Kritis 4 25 - 43,75 Kurang Kritis e. Menghitung nilai akhir NA Nilai akhir = f. Menghitung persentase ketuntasan siswa secara klasikal Siswa dinyatakan lulus apabila memperoleh nilai 75. Langkah selanjutnya adalah menentukan persentase ketuntasan klasikal, dengan rumus sebagai berikut. Ketuntasan klasikal = x 100 sumber : Aqib, 2010:41

3.6 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan digunakan untuk mengetahui kualitas dari pembelajaran yang telah dilakukan. Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Keberhasilan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah seberapa besar peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa sebagai tolak ukur dari peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Kualitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar 75 siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan gairah belajar yang tinggi, napsu belajar yang besar, dan tumbuhnya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi dan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar 75, Mulyasa, 2009:105. Mengacu pada pendapat tersebut, keberhasilan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar sisw a sebesar ≥75. 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Kondisi Awal

Berdasarkan pengamatan awal dan diskusi dengan guru mata pelajaran Produktif Kejuruan Administrasi Perkantoran diperoleh gambaran mengenai kondisi pembelajaran di kelas X Administrasi Perkantoran SMK Cut Nya’ Dien Semarang yang beralamat di Jalan Wolter Monginsidi No. 99, Semarang. Materi Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi disampaikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran aktif dan memanfaatkan media yang tersedia di sekolah. Penerapan metode ini belum optimal untuk meningkatkan aktivitas siswa karena guru masih mendominasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah secara satu arah. Aktivitas belajar siswa masih rendah tampak dengan apresiasi terhadap Kompetensi Dasar Cara Menerima dan Menyampaikan Informasi. Peserta didik kurang mampu untuk memberikan contoh kasus di dalam masyarakat, siswa kurang bergairah dalam pelajaran, malu bertanya dan mengungkapkan pendapat masing – masing individu dan kurangnya minat siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Apabila diadakan diskusi, siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh kelompok lain, siswa cenderung terpaku pada satu bahasan yang ada di kelompoknya sendiri