TOTAL POLIFENOL HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Bubuk kakao pada penelitian ini diekstraks dengan akuades atau air yang dipilih sebagai pendekatan terhadap keadaan nyata konsumsi bubuk kakao sehari-hari. Masyarakat biasanya membuat minuman kakao ataupun coklat dengan cara melarutkan bubuk kakao di dalam air untuk kemudian dikonsumsi. Pemilihan pelarut air ini juga memudahkan pembuatan kultur karena seperti halnya air, media RPMI-1640 juga bersifat polar sehingga dapat dengan mudah melarutkan suspensi limfosit dan ekstrak sampel. Ekstraksi dilakukan selama 24 jam dengan maksud agar komponen polar termasuk polifenol yang terlarut didalam pelarut air akan lebih optimal. Selanjutnya dilakukan penyaringan sebanyak 2 kali dengan kertas saring untuk memisahkan endapan yang terbentuk di dasar wadah, sehingga diperoleh larutan ekstrak sampel yang homogen. Konsentrasi yang dipilih ketika melakukan ektraksi adalah sebesar 8 gram per 100 ml akuades.

B. TOTAL POLIFENOL

Polifenol merupakan salah satu senyawa antioksidan yang berasal dari golongan flavonoid yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Komponen- komponen fenolik banyak terdapat pada pangan nabati atau sayuran dan buah- buahan. Senyawa tersebut mempengaruhi kualitas gizi pangan segar dan olahan. Selain itu senyawa fenol dapat berfungsi sebagai antioksidan primer karena mampu menghentikan reaksi rantai radikal bebas pada oksidasi lipid Kochlar dan Rossell, 1990. Komponen fenolik yang terdiri dari fenol sederhana, turunan asam hidroksisinamat dan flavonoid memiliki molekul dasar yang sama yaitu memiliki minimal satu cincin aromatik dan satu gugus hidroksil sehingga mudah untuk larut dalam pelarut polar. Komponen fenolik ini telah diketahui pula memiliki aktivitas antioksidan Shahidi, 1997. Krinsky 1992 mendefinisikan antioksidan sebagai senyawa yang melindungi sistem biologis, melawan efek-efek yang potensial dari proses atau reaksi yang dapat menyebabkan oksidasi berlebihan. Menurut Shahidi 1997, senyawa fenolik sering terikat dalam protein, alkaloid dan terpenoid serta cenderung untuk larut dalam air karena paling sering terdapat bergabung dengan gula glikosida dan biasanya terdapat dalam rongga sel tumbuhan. Dengan demikian, ekstraksi dengan pelarut air seperti yang dilakukan pada penelitian ini diduga mampu mengekstrak komponen polifenol dari sampel bubuk kakao yang kemudian akan memicu proliferasi sel limfosit. Penentuan total polifenol dalam penelitian ini dilakukan secara spektrofotometrik menggunakan standar asam tannat pada konsentrasi 5 ppm hingga 50 ppm. Hasil reaksi diukur pada panjang gelombang 760 nm. Hubungan antara konsentrasi polifenol asam tannat dan absorbansi hasil reaksi dapat dilihat pada gambar 3. Hasil analisis total polifenol pada sampel ekstrak bubuk kakao berdasarkan persamaan kurva tersebut dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini. y = 0.0176x + 0.0791 R 2 = 0.9932 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 konsentrasi ppm ab so rb a n si Gambar 3. Kurva standar asam tannat. 37 .4 09 20 .9 3 4.96 6 35 .53 4 9. 96 6 12 .38 1 4.02 8 39 .4 55 29 .0 57 21 .7 2 7 5 10 15 20 25 30 35 40 45 A1 A2 B1 B2 C1 C2 C3 D1 D2 D3 Jenis sampel K o n s en tr asi p p m Gambar 4. Diagram kadar total polifenol rata-rata pada bubuk kakao Keterangan : A1 = Edel muda A2 = Edel masak B1 = Bulk muda B2 = Bulk masak C1 = Buah Terserang Busuk Buah Phytopthora Tingkat Serangan Ringan C2 = Buah Terserang Busuk Buah Phytopthora Tingkat Serangan Sedang C3 = Buah Terserang Busuk Buah Phytopthora Tingkat Serangan Berat D1 = Buah Terserang Penggerak Buah Kakao Tingkat Serangan Ringan D2 = Buah Terserang Penggerak Buah Kakao Tingkat Serangan Sedang D3 = Buah Terserang Penggerak Buah Kakao Tingkat Serangan Berat Dari grafik diatas diketahui bahwa adanya serangan busuk buah mengakibatkan penurunan kandungan polifenol pada bubuk kakao yang diperoleh dari buah tersebut. Serangan cendawan P. palmivora diduga telah merusak buah kakao sehingga mempengaruhi kandungan senyawa kimia dalam bijinya. Serangan hama penggerak buah juga mempengaruhi kadar total polifenol ekstrak bubuk kakao dimana semakin tinggi tingkat serangannya semakin rendah kadar polifenol Misnawi, 2005. Kandungan total polifenol tertinggi pada sampel yang tidak terserang hama adalah pada sampel edel muda yaitu sebesar 37,4 ppm dan yang terendah adalah sampel bulk muda yaitu sebesar 4,9 ppm. Menurut Mao et al. 2000, komponen fenolik larut air yang terkandung di dalam kakao jenis edel lebih besar jumlahnya daripada jenis bulk. Meskipun demikian hal ini bergantung pada proses fermentasinya. Misnawi 2005 mengatakan bahwa semakin masak buah kakao, semakin tinggi kandungan polifenolnya. Ini dikarenakan pada buah yang masih muda, pembentukan senyawa polifenol dalam biji kakao masih belum sempurna. Hasil penelitian yang berbeda ini kemungkinan terjadi karena sampel yang diujikan total polifenolnya bukan berupa sampel segar dari biji kakao, melainkan yang telah berbentuk bubuk. Dengan demikian mungkin terjadi perubahan komposisi kimia termasuk kandungan polifenolnya selama proses pengeringan menjadi bentuk bubuk tersebut. Hasil penelitian sebelumnya mendapatkan bahwa kandungan polifenol dalam biji kakao kakao lindak fermentasi dan tanpa fermentasi berkisar 50 − 180 gkg Misnawi et al., 2002 a,c.

C. APLIKASI KULTUR SEL