3. Hubungan kadar total polifenol dengan proliferasi yang ditimbulkan
oleh penambahan ekstrak bubuk kakao metode MTT
Seperti yang telah dijelaskan di sub bab sebelumnya, ada beberapa jenis ekstrak bubuk kakao yang mampu menimbulkan proliferasi yang
nilainya berbeda nyata dengan kontrol negatif, yaitu sampel B2, C2, dan C3. Jika dilihat dari kandungan total polifenolnya, sampel B2 memang
memiliki kandungan senyawa fenolik yang cukup tinggi daripada sampel lainnya yaitu sebesar 35,534 ppm, sedangkan untuk sampel C2 dan C3
kandungan fenoliknya rendah yaitu berturut-turut hanya sebesar 12,381 ppm dan 4,028 ppm. Menurut Misnawi 2005, biji dari buah kakao yang
terserang busuk buah oleh P. palmivora potensinya memang sudah tinggal 50.
Pada beberapa jenis sampel lainnya seperti D1, D2, dan D3 yaitu ekstrak bubuk kakao yang terserang hama penggerek buah kakao dalam
berbagai tingkat serangan, kandungan total polifenolnya cukup tinggi, namun absorbansi kultur yang dihasilkannya tidak terlalu tinggi tapi tidak
berbeda nyata dengan kontrol negatif p0.05. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan senyawa fenol di dalam ekstrak diduga mampu memicu
terjadinya proliferasi limfosit di dalam kultur, tetapi bukan satu-satunya faktor yang menentukan proliferasi tersebut.
Menurut Pandoyo 2000, komponen fenol dapat berpengaruh karena sifatnya yang mudah berikatan dengan protein dan akibat sifat
antioksidatif fenol sehingga dapat melindungi limfosit dari oksigen reaktif. Senyawa fenol itu sendiri beraneka ragam jenisnya. Diduga hanya
beberapa jenis senyawa fenol yang menyebabkan terjadinya proliferasi, bahkan ada pula beberapa jenis yang justru bersifat antiproliferatif dengan
menghambat sintesis DNA Xu et al. di dalam Yuana, 1998. Senyawa fenol yang telah diketahui dapat pula bersifat toksik adalah --
epigallocathecin gallate dalam daun teh Lin et al., 1996.
Prosianidin merupakan polifenol utama yang terkandung pada kakao Jalal dan Collin, 1977, Quesnel, 1968. Efek prosianidin dari kakao
dalam bentuk oligomer yang telah dimurnikan adalah mampu
mengakibatkan ekspresi mRNA dan sekresi protein sitokin IL-1, IL-2, dan IL-4 Mao et al., 2000. Dengan dihasilkannya IL-4 mengakibatkan
peningkatan produksi IgE oleh sel B, hematopoiesis dan peningkatan respon oleh sel T efektor.
Kemungkinan jenis senyawa fenol yang bersifat antiproliferatif terhadap sel limfosit rendah konsentrasinya di dalam sampel C2 dan C3,
sebaliknya jenis fenol yang dapat memicu proliferasi sel tinggi konsentrasinya, sehingga meskipun total kandungan polifenolnya sedikit,
absorbansi yang dihasilkan akibat penambahan kedua jenis ekstrak ini tinggi dan berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini perlu dibuktikan lebih
lanjut pada penelitian selanjutnya, misalnya dengan mengetahui komposisi polifenol di dalam ekstrak bubuk kakao menggunakan HPLC High
Performance Liquid Chromatography .
4. Penentuan aktivitas imunomodulator dan mekanismenya