substitusi gugus alkil posisi 2, 4 dan 6 pada senyawa fenol meningkatkan reaktivitas terhadap radikal lemak Gordon, 1990.
Flavonoid adalah komponen regular diet yang terdapat pada buah dan sayur, bersifat nontoksik, ”inert” atau ”semi-essensial” untuk kesehatan.
Penelitian mengenai aktivitas imunosuppresif dari flavonoid telah dilakukan secara in vitro Middleton dan Kandaswarni, 1993. Flavonol quercetin dapat
menghambat pertumbuhan limfosit, proses selular terhadap antigen dan pelepasan histamin dari sel mastosit yang teraktivasi. Diduga bahwa
mekanisme yang terjadi dari pengaruh flavonol tersebut adalah berupa penghambatan langsung terhadap enzim seperti protein seperti kinase C dan
fosfolipase A
2
oleh quercetin dan quercetin glikosida Watzl and Leitzman, 1995.
Polifenol dalam kakao diantaranya adalah katekin, prosianidin, dan antosianidin. Kornponen-komponen tersebut merupakan pembentuk rasa kelat.
Dengan menurunnya kadar polifenol berarti rasa kelat berkurang dan rasa gula meningkat. Produk olahan cokelat yang mengandung katekin hampir 65
persen dari total polifenol, terdiri dari DL-katekin, epikatekin, teogallin, epigallokatekin dan prosianidin. Katekin ini diyakini dapat meningkatkan
sistem perbaikan DNA, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit kanker. Burda dan Oleszek, 2001
C. IMUNOMODULATOR BAHAN PANGAN
Berbagai bahan pangan telah diteliti mengenai aktivitasnya sebgai imunostimulan, beberapa diantaranya dipercaya mampu menstimulasi
proliferasi sel limfosit untuk meningkatkan sistem imunitas. Menurut Zakaria et al.
1997, senyawa fenol glikosida yang diisolasi dari tanaman Cynanchum Hancockianum
diketahui bersifat antitumor dan mempunyai aktivitas imunomodulator. Selain itu karotenoid juga mempunyai sifat sebagai pemacu
sistem imun yaitu pencegah kanker yang didasarkan pada kemampuannya meningkatkan distribusi subset limfosit seperti sel T dan sel NK.
Menurut Zakaria et al. 1997 dapat memperbaiki daya tahan tubuh menahan masuk angin dan jahe juga mengandung senyawa antioksidan yang
dapat menekan proliferasi sel kanker leukimia K-562 serta mempunyai fungsi imunomodulator yang besar. Tanaman sayuran, rempah dan bumbu
telah banyak diketahui berpengaruh terhadap respon imun. Senyawa flavonoid, triterpen atau alkaloid pada tanaman kumis kucing Uncaria
guianensis dan U. Tomentosa bersifat imunostimulan Rizzi et al., 1993.
Beberapa ekstrak tanaman juga dilaporkan memiliki kemampuan memperbaiki sistem imun dan bersifat antikanker, antara lain hasil penelitian
dari Konda et al. 1997 yang melaporkan bahwa senyawa fenol glikosida yang diisolasi dari tanaman Cynanhum hancockianum diketahui bersifat anti
tumor dan mempunyai aktivitas imunomodulator. Ekstrak tanaman Uncaria tomentosa
dilaporkan tidak bersifat toksik Maria et al., 1997, serta menginduksi proliferasi limfosit Wum et al., 1998.
Kakao juga diduga dapat berperan sebagai imunomodulator karena mengandung senyawa fenolik akibat proses pemeraman dan pengeringan.
Senyawa fenolik mempunyai cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil OH, yang cenderung mudah larut dalam pelarut organik atau
air. Polifenol dalam kakao diantaranya adalah katekin, prosianidin, dan antosianidin Siregar et al., 2003.
D. KHASIAT BIOLOGIS TANAMAN KAKAO
Produk olahan tanaman kakao sepeti coklat atau bubuk coklat banyak disukai oleh masyarakat. Dengan demikian banyak pula isu-isu kesehatan
tentang produk ini. Beberapa tahun belakangan, para ilmuwan telah meneliti bahwa coklat tidak selalu membahayakan kesehatan seperti yang banyak
dibicarakan di kalangan masyarakat. Diantaranya adalah penelitian yang membuktikan bahwa coklat ataupun bubuk kakao bukanlah penyebab utama
obesitas karena asam lemak utama yang terdapat pada coklat yaitu asam stearat termasuk asam lemak yang non-aterogenik, jika dibandingkan dengan
banyak lemak jenuh lain. Selain itu ada pula penelitian yang menyebutkan bahwa tidak ada korelasi yang positif antara konsumsi coklat maupun bubuk
kakao dengan timbulnya jerawat Van Heerden, 2006.
Hasil penelitian lain yang mengejutkan mengenai aspek kesehatan coklat atau bubuk kakao adalah bahwa coklat mengandung senyawa polifenol
yang dapat melindungi tubuh manusia melawan penyakit jantung. Konsumsi polifenol yang cukup tinggi dipercaya dapat mengatasi serangan radikal bebas
yang dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan jumlah kolesterol LDL dalam tubuh. Ada pula penelitian yang mencoba mengetahui bagaimana
komponen polifenol dapat melindungi tubuh dari penyakit jantung serta mengurangi inflamasi radang Van Heerden, 2006.
Komponen fenolik pada kakao terdiri dari berbagai jenis molekul seperti katekin, epikatekin, antosianin, proantosianidin, asam fenolik,
condensed tannin , dan flavonoid lainnya Williamson dan Manach, 2005.
Prosianidin, oligomer katekin yang terikat secara kovalen satu sama lain banyak ditemui dalam konsentrasi tinggi pada kakao. Flavonoid ini telah
diketahui memiliki efek terhadap sistem vaskuler termasuk aktivitas antioksidan plasma. Efek pada sistem vaskuler yang timbul akibat perlakuan
penambahan prosianidin pada plasma mengakibatkan peningkatan antioksidan plasma, penurunan agregasi platelet, dan penurunan konsentrasi LDL
kolesterol dalam plasma Murphy et al., 2003. Studi secara epidemologik menunjukkan bahwa konsumsi minuman
dan makanan yang kaya akan komponen fenolik mampu menurunkan resiko penyakit jantung dengan menurunkan resiko aterosklerosis karena mampu
berperan sebagai antioksidan melawan LDL Keen et al., 2005. Penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa flavanol dan prosianidin dari kakao yang
ditambahkan sebagai suplemen selama 28 hari mampu meningkatkan konsentrasi epikatekin dan katekin di dalam plasma serta secara signifikan
menurunkan fungsi platelet. Selain itu, polifenol pada kakao menghambat reactive oxygen species
dan mengurangi ekspresi IL-2 mRNA pada limfosit manusia Sanbongi et al., 1997. Mao et al. 2000 mengatakan bahwa kakao
merupakan imunomodulator yang potensial dan memiliki efek positif terhadap kesehatan dengan membantu pencegahan penyakit seperti arthritis.
E. DARAH