Investasi Penerimaan Analisis Usaha

produk, jenis pelayanan, dan sebagainya. Kesamaan-kesamaan tersebutlah yang merupakan sistem yang diduplikasi oleh investor, selain merk atau nama besar perusahaan waralaba tersebut. Untuk bisnis MLM sendiri, sistem yang diduplikasi para investor yaitu sistem pemasaran bertingkat, dimana para investor atau distributor diberikan arahan untuk melakukan hal yang sama dengan distributor-distributor sebelumnya yaitu memasarkan produk dan mensponsori orang baru. Kedua bisnis tersebut merupakan trend bisnis saat ini. Meskipun sama-sama memiliki sistem yang unik, tetapi pola pertumbuhan usahanya berbeda. Kebanyakkan usaha menganut pola pertumbuhan linier termasuk waralaba. Maksud dari pola pertumbuhan linier yaitu pendapatan yang diterima akan tumbuh secara gradual, misalnya pada bulan pertama pendapatan yang diterima Rp 5,-, bulan kedua pendapatan meningkat duakali lipat menjadi Rp 10,-, bulan ketiga meningkat lagi menjadi Rp 20,-, dan seterusnya. Sementara bisnis MLM menganut pola pertumbuhan eksponensial E 2 . Maksud dari pola pertumbuhan eskponensial yaitu pendapatan yang diterima akan dilipatgandakan setiap bulannya, misalnya pada bulan pertama pendapatan yang diterima sebesar Rp 5,-, bulan kedua meningkat menjadi Rp 25,-, bulan ketiga menjadi Rp 625,-, dan seterusnya. Hedges, 1997

4.5. Analisis Usaha

Dalam menganalisis bisnis IBO Amway, peneliti membuat empat skenario IBO yang menjadi objek utama penelitian. Keempat IBO tersebut diasumsikan memiliki investasi dan biaya total yang sama, tetapi penerimaannya berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pada tingkat mana bisnis Amway dianggap menguntungkan dan layak, serta hal-hal yang apa saja lebih mempengaruhi besarnya penerimaan.

4.5.1. Investasi

Dalam bisnis MLM, investasi yang dikeluarkan biasanya relatif kecil berkisar antara Rp 50.000,- sampai dengan Rp 1.000.000,-. Untuk dapat bergabung dengan Amway, seseorang harus membayar formulir pendaftaran seharga Rp 97.000,-. Sementara bagi Amway yang tergabung dengan perusahaan N21 memiliki beberapa paket investasi, diantaranya seperti terlihat pada Tabel 6: Tabel 6. Paket-paket Investasi Bisnis Amway dengan Sistem N21 Item Paket 1 Paket 2 Paket 3 Paket Member Paket bisnis Amway 1 1 1 1 BDP perdana dan regristasi 1 1 1 1 Paket IBO baru dan pemula 1 1 1 Paket Informasi 1 1 Kaset Passive Income 1 1 Kaset Bincang Solusi 1 1 VCD 1 Tiket BBS 1 1 1 1 Tiket LS 1 Voucher paket produk 1 1 1 1 Harga Rp Sumatera, Jawa, Bali 1.099.000,- 599.000,- 379.000,- 236.000,- Kalimantan, NTT, NTB 1.116.000,- 615.000,- 386.000,- 236.000,- Sumber : N21 2005 Untuk anggota yang serius menjalankan bisnis Amway biasanya membeli paket 1 seharga Rp 1.099.00,-. Karena dalam paket tersebut sudah termasuk formulir pendaftaran dan beberapa materi pendukung bisnis tersebut. Maka dari itu dalam penelitian ini diasumsikan keempat IBO tersebut adalah anggota Amway yang serius menjalankan bisnis Amway dan membeli paket 1 sebagai modal awal atau investasi. Selain investasi awal, ada juga investasi modal kerja yang terdiri dari pembelian buku dan kaset. Buku dan kaset dianggap investasi karena merupakan alat pendukung bisnis Amway. Untuk pembelian buku, dikeluarkan dana sebesar Rp. 25.000,- per bulan dan kaset atau BDP sebesar Rp 128.000,- per bulan.

4.5.2. Penerimaan

Penerimaan usaha dalam bisnis MLM bukan hanya dari hasil penjualan produk pribadi tetapi juga dari hasil penjualan orang-orang yang telah disponsori orang-orang baru untuk bergabung dalam kelompok bisnisnya. Perhitungan penerimaan keempat IBO tersebut menggunakan beberapa asumsi guna mempermudah perhitungan penerimaan, dan setiap IBO mempunyai asumsi-asumsi yang berbeda dalam hal jumlah Downline dan jumlah omzet. Asumsi-asumsi tersebut didasarkan pada hasil wawancara dengan beberapa IBO Amway serta data-data tahun 2005 yang tersedia di Amway. Asumsi-asumsi tersebut yaitu : ™ IBO 1 • Setiap kali seminar IBO mengundang 10 orang untuk datang, dalam sebulan diadakan 10 kali seminar yang terdiri dari Home Meeting, Infonite, NBT, dan BBS. Maka jumlah orang yang diundang sebanyak 100 orang per bulan. • Dari 100 orang yang diundang hanya 10 yang datang, ini berarti 10 yang turut menghadiri seminar. Dari 10 orang yang datang hanya satu orang yang bergabung, ini berarti IBO berhasil mensponsori satu orang Downline per bulan yang ditempatkan pada tim dibawah IBO. Asumsi ini didasarkan pada perhitungan statistika N21. • Setiap Downline mendapat satu Downline baru setiap bulannya yang juga ditempatkan tepat dibawahnya • IBO dan Downline-Downlinenya memperoleh omzet 200.000 PV setiap bulannya dan konstan • Jika tim telah mencapai 21, maka omzet yang diperoleh dianggap konstan. • 1 PV disetarakan dengan Rp 4.-. ™ IBO 2 • Setiap bulan IBO mensponsori satu orang Downline yang ditempatkan pada tim dibawah IBO , dengan proses yang sama seperti IBO 1 • Setiap Downline mendapat satu Downline baru setiap dua bulannya yang juga ditempatkan tepat dibawahnya • IBO dan Downline-Downlinenya memperoleh omzet 200.000 PV setiap bulannya dan konstan • Jika tim telah mencapai 21, maka omzet yang diperoleh dianggap konstan. • 1 PV disetarakan dengan Rp 4.-. ™ IBO 3 • Setiap bulan IBO mensponsori satu orang Downline yang ditempatkan pada tim dibawah IBO , dengan proses yang sama seperti IBO 1 • Setiap Downline mendapat satu Downline baru setiap bulannya yang juga ditempatkan tepat dibawahnya • IBO dan Downline-Downlinenya memperoleh omzet 100.000 PV setiap bulannya dan konstan • Jika tim telah mencapai 21, maka omzet yang diperoleh dianggap konstan. • 1 PV disetarakan dengan Rp 4.-. ™ IBO 4 • Setiap bulan IBO mensponsori satu orang Downline yang ditempatkan pada tim dibawah IBO , dengan proses yang sama seperti IBO 1 • Setiap Downline mendapat satu Downline baru setiap dua bulannya yang juga ditempatkan tepat dibawahnya • IBO dan Downline-Downlinenya memperoleh omzet 100.000 PV setiap bulannya dan konstan • Jika tim telah mencapai 21, maka omzet yang diperoleh dianggap konstan. • 1 PV disetarakan dengan Rp 4.-. Pertumbuhan jaringan Downline dan gambaran pertumbuhan jaringan terlihat jelas pada Lampiran 2, 3, 4, dan 5 Tabel 7. Penerimaan IBO Amway dalam 12 bulan Bulan IBO 1 IBO 2 IBO 3 IBO 4 1 Rp. 240.000,- Rp. 240.000,- Rp. 120.000,- Rp. 120.000,- 2 Rp. 288.000,- Rp. 288.000,- Rp. 120.000,- Rp. 120.000,- 3 Rp. 288.000,- Rp. 312.000,- Rp. 168.000,- Rp. 120.000,- 4 Rp. 480.000,- Rp. 432.000,- Rp. 168.000,- Rp. 180.000,- 5 Rp. 864.000,- Rp. 480.000,- Rp. 360.000,- Rp. 204.000,- 6 Rp. 1.632.000,- Rp. 840.000,- Rp. 744.000,- Rp. 386.000,- 7 Rp. 4.704.000,- Rp. 1.032.000,- Rp. 1.512..000,- Rp. 576.000,- 8 Rp. 12.848.000,- Rp. 1.776.000,- Rp. 4.584.000,- Rp. 1.032.000,- 9 Rp. 16.944.000,- Rp. 2.160.000,- Rp. 11.728.000,- Rp. 1.320.000,- 10 Rp. 21.040.000,- Rp. 3.672.000,- Rp. 14.824.000,- Rp. 1.704.000,- 11 Rp. 25.136.000,- Rp. 5.952.000,- Rp. 18.824.000,- Rp. 2.088.000,- 12 Rp. 29.232.000,- Rp. 9.000.000,- Rp. 22.920.000,- Rp. 3.612.000,- Total Rp.113.696.000,- Rp. 26.232.000,- Rp. 74.952.000,- Rp. 11.412.000,- Sumber : diolah dari data sekunder Penerimaan yang diperoleh keempat IBO selama 12 bulan atau satu tahun sejak awal menjalankan bisnis Amway terlihat pada Tabel 7. Pada Tabel 7 terlihat bahwa IBO 1 memperoleh total penerimaan paling besar sebesar Rp 113.696.000,- dibandingkan dengan IBO 2, IBO 3,dan IBO 4. IBO 1 dan IBO 2 memiliki perolehan omzet pribadi yang sama pada masing-masingnya begitu juga dengan Downline-downlinenya, tetapi frekuensi perolehan Downline baru berbeda, dimana IBO 1 setiap bulannya berhasil memperoleh 1 Downline baru, begitu juga Downline- downlinenya. Sementara IBO 2, meskipun sama memperoleh 1 Downline baru setiap bulannya, tetapi Downline- downlinenya hanya memperoleh 1 Downline baru setiap dua bulan, ini mempengaruhi besarnya jaringan. Dengan kondisi demikian, IBO 2 memperoleh penerimaan yang jauh lebih kecil dari pada IBO 1 yaitu sebesar Rp 26.232.000,- IBO 1 dan IBO 3 memiliki frekuensi perolehan Downline baru yang sama, tetapi Omzet pribadi yang peroleh berbeda setiap bulannya, dimana IBO 3 hanya memperoleh omzet sebesar 100.000PV sedangkan IBO 1 sebesar 200.000 PV. Dengan kondisi tersebut IBO 3 memperoleh penerimaan yang lebih kecil dari IBO 1, yaitu sebesar Rp. 74.952.000,-. IBO 4 memiliki frekuensi perolehan Downline baru sama dengan IBO 2, tetapi perolehan omzet pribadinya sama dengan IBO 3. Dengan kondisi tersebut, IBO 4 memperoleh total penerimaan yang lebih kecil. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, total penerimaan IBO 3 lebih mendekati total penerimaan IBO 1 dibandingkan dengan IBO 2. hal ini berarti bahwa besarnya jaringan atau banyaknya Downline lebih mempengaruhi kenaikan penerimaan. Perhitungan penerimaan lebih rinci terlihat pada Lampiran 6, 7, 8, dan 9

4.5.3. Biaya Usaha