Analisis kelayakan finansial bisnis MLM sebagai alternatif berwirausaha studi kasus: distributor Amway Indonesia dengan sistem network Twentyone

(1)

(Studi Kasus : Distributor Amway Indonesia dengan Sistem Network Twentyone)

Oleh :

INDRIA MUKTI EFAYANTI H24101072

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKOMONI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ABSTRAK

Indria Mukti Efayanti. Analisis Kelayakan Finansial Bisnis MLM Sebagai Alternatif Berwirausaha ( Studi kasus : Amway Indonesia dengan Sistem Network Twentyone). Di bawah bimbingan Abdul Basith

Dewasa ini banyak kesempatan berwirausaha. Suatu karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat dan menghasilkan imbalan finansial, selain itu juga dapat menyediakan lapangan kerja baru. Untuk membangun suatu usaha, seorang wirausaha harus menilai kelayakan usaha tersebut dahulu, terlebih dari segi finansial. Hal ini dimaksudkan untuk menilai apakah usaha yang akan dibangun tersebut menguntungkan dan layak untuk dijalankan atau tidak. Metode yang sering digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha secara finansial diantaranya metode R/C, pendapatan usaha, PBP, NPV, Net B/C, IRR, dan cashflow. Untuk memulai bisnis Amway sebaiknya dilakukan analisis kelayakan usahanya, agar dapat diketahui bisnis tersebut menguntungkan dan layak atau tidak. Bisnis Amway dikatakan bisnis yang murah, karena modalnya yang relatif kecil. Tetapi dalam pelaksanaannya banyak biaya yang dikeluarkan guna menjalankan bisnis tersebut, oleh karena itu harus diteliti bagaimana kelayakan bisnis Amway. Bila bisnis Amway ternyata menguntungkan, maka bisnis ini dapat dijadikan alternatif berwirausaha.

Penelitian difokuskan pada analisis kelayakan finansial bisnis Amway di Indonesia dengan sistem pendukung Network Twentyone (N21).

Permasalahan utama yaitu : Bagaimana usaha bisnis IBO Amway, dilihat dari segi keuntungan, rasio penerimaan dengan biaya, waktu balik modal, dan analisis kriteria investasi; Bagaimana variabilitas IBO Amway dalam bisnis Amway. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : Menganalisis usaha bisnis Amway, dilihat dari segi keuntungan, rasio penerimaan dengan biaya, waktu balik, dan analisis kriteria investasi; Menjelaskan variabilitas IBO Amway dalam bisnis Amway.

Metode yang digunakan yaitu metode analisis usaha dan metone analisis criteria investasi. Analisis usaha terdiri dari pendapatan usaha,R/C, PBP. Analisis criteria investasi terdiri dari NPV,Net B/C,dan IRR.

sDari perbandingan keempat IBO dalam pembahasan analisis usaha Amway, bisnis Amway dinyatakan menguntungkan. Hal ini terlihat pada hasil perhitungan pendapatan usaha dan R/C dari keempat IBO, dimana keempat-empatnya menyatakan hasil yang sesuai dengan kriteria menguntungkan. Tetapi berdasarkan analisis kriteria investasi, IBO 4 dinyatakan tidak layak karena hasil NPV, Net B/C, dan IRRnya tidak memenuhi syarat layak. Untuk membuat bisnis Amway menguntungkan dan layak seorang IBO harus memiliki minimal 100.000PV pribadi per bulan dan jaringan yang terus berkembang minimal mensponsori satu orang per bulan, begitu juga Downline-downlinenya.

IBO-IBO Amway dalam mencapai keberhasilan sangat beragam. Hal tersebut tergantung dari keaktifan IBO itu sendiri dalam menjalankan bisnis Amwaynya dengan mengikuti sistem N21


(3)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BISNIS MLM

SEBAGAI ALTERNATIF BERWIRAUSAHA

(Studi Kasus : Amway Indonesia dengan Sistem Network Twentyone)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

INDRIA MUKTI EFAYANTI H24101072

Menyetujui, September 2006

Ir. Abdul Basith, M.Sc Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen Manajemen


(4)

(Studi Kasus : Amway Indonesia dengan Sistem Network Twentyone)

Oleh :

INDRIA MUKTI EFAYANTI H24101072

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKOMONI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

RIWAYAT HIDUP

INDRIA MUKTI EFAYANTI. Lahir di Tasikmalaya pada tangga 16 Desember 1982. Penulis merupakan puteri ke tiga dari enam bersaudara pasangan Mukiman dan A. Sri Astuti. Sejak usia dua tahun penulis dan keluarga hijrah ke Jakarta dan selanjutnya menetap di Tangerang, Banten hingga saat ini.

Penulis mengenyam pendidikan sekolah dasar dari tahun 1989 s/d 1995 di SDN Karang Tengah IX Ciledug. Pada tahun 1995 melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTPN I Pondok Aren, Tangerang dan lulus dengan nilai yang sangat baik. Setelah menyelesaikan pendidikan di SLTP, penulis melanjutkan pendidikan ke SMU pada tahun 1998 di SMU Yadika 5, Jakarta Barat dan lulus tahun 2001. Semasa SMU, penulis sering mendapatkan penghargaan dari yayasan sekolah karena prestasinya di bidang pendidikan.

Penulis memasuki gerbang kehidupan kampus pada tahun 2001 melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis duiterima sebagai mahasiswi Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama studi di IPB, penulis aktif mengikuti kepanitiaan beberapa acara yang diadakan baik oleh FEM ataupun IPB. Penulis juga aktif di sebuah majalah kampus FEM, Papyrus, sebagai sekretaris sekaligus wartawan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Kelayakan Finansial Bisnis MLM Sebagai Alternatif Berwirausaha ( Studi kasus : Distributor Amway Indonesia dengan Sistem Network Twentyone). Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manejemen, Fakultas Ekonomidan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Topik mengenai bisnis MLM diambil karena saat ini pertumbuhan bisnis MLM di Indonesia sedang berkembang. Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisis mengenai kelayakan bisnis Amway dari segi finansial sehubungan dengan alternatif berwirausaha.

Pada kesempatan ini,penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yaitu :

1 Keluarga tercinta : Apih, Ibu, Teteh, AA, Cecep, Samsul, dan Dafit yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan, serta senantiasa menghibur penulis dikala penulis mengalami kepenatan dalam menyusun Skripsi.

2 Bapak Ir. Abdul Basith, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis.

3 Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS selaku pembimbing akademik yang telah banyak membantu penulis selama masa studi di IPB

4 Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MT selaku moderator seminar

5 Ibu Bea Trice Mantoroadi, SE.Ak, MM selaku dosen penguji yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

6 Ibu Erlin Trisyulianti, STP, M.Si selaku dosen penguji

7 My Best Friends : Ida, Omen, Deni, Rita, Irwan, Carina, Lia, dan Ian yang merupakan tempat berbagi cerita, kebahagiaan, canda, dan tawa. Khususnya Ida yang senantiasa mendengarkan cerita curahan hati penulis dan selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik.

8 Tias, salah satu teman dekat penulis yang sering menjadi contoh baik bagi penulis


(7)

9 Meidi, Leni, Reni KD, dan Ella yang pernah bersama penulis menjalani hari-hari bersama di IPB

10 Teman-teman Manajemen 38 atas kebersamaannya selama masa studi 11 Seluruh dosen pengajar dan staf FEM, khususnya Departemen Manajemen 12 Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penilis.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dinantikan.Akhir kata, dengan segala kerendahan hati,penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor, September 2006

Penulis


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Kelayakan Finansial Bisnis MLM Sebagai Alternatif Berwirausaha ( Studi kasus : Distributor Amway Indonesia dengan Sistem Network Twentyone). Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manejemen, Fakultas Ekonomidan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Topik mengenai bisnis MLM diambil karena saat ini pertumbuhan bisnis MLM di Indonesia sedang berkembang. Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisis mengenai kelayakan bisnis Amway dari segi finansial sehubungan dengan alternatif berwirausaha.

Pada kesempatan ini,penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini yaitu :

1 Keluarga tercinta : Apih, Ibu, Teteh, AA, Cecep, Samsul, dan Dafit yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, dukungan, serta senantiasa menghibur penulis dikala penulis mengalami kepenatan dalam menyusun Skripsi.

2 Bapak Ir. Abdul Basith, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberi bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis.

3 Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS selaku pembimbing akademik yang telah banyak membantu penulis selama masa studi di IPB

4 Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MT selaku moderator seminar

5 Ibu Bea Trice Mantoroadi, SE.Ak, MM selaku dosen penguji yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

6 Ibu Erlin Trisyulianti, STP, M.Si selaku dosen penguji

7 My Best Friends : Ida, Omen, Deni, Rita, Irwan, Carina, Lia, dan Ian yang merupakan tempat berbagi cerita, kebahagiaan, canda, dan tawa. Khususnya Ida yang senantiasa mendengarkan cerita curahan hati penulis dan selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik.

8 Tias, salah satu teman dekat penulis yang sering menjadi contoh baik bagi penulis


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ...ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Kegunaan Penelitian... 3

1.5. Batasan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Kewirausahaan ... 5

2.1.1. Pengertian Wirausaha... 5

2.1.3. Imbalan dan Tantangan Kewirausahaan ... 5

2.1.3. Karakteristik Wirausaha... 6

2.2. Direct Selling ... 7

2.3. Multilevel Marketing ... 8

2.4. Kelebihan-kelebihan Bisnis MLM... 10

2.5. Prinsip Penggandaan MLM ... 12

2.6. Independent Business Owner... 13

2.7. Level-level dalam Bisnis Amway ... 14

2.8. Pedoman Pendapatan Bisnis Amway... 16

2.9. Perhitungan Diskon dan Bonus... 19

2.10. Penelitian Terdahulu ... 24

III. METODE PENELITIAN ...26

3.1. Kerangka Pemikiran... 26

3.2. Metode Penelitian ... 27

3.3. Jenis Data dan Sumber Data ... 27

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 27

3.4.1. Analisis Usaha... 28

3.4.1.1. Analisis Penadapatan Usaha ... 28


(10)

3.4.1.3. Pay Back Periode (PBP) ... 29

3.4.2. Analisis Kriteria Investasi ... 29

3.4.2.1. Net Present Value (NPV) ... 29

3.4.2.2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) ... 30

3.4.2.3. Internal Rate of Return (IRR) ... 30

3.5. Batasan dan Pengukuran ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 32

4.1. Ganbaran Perusahaan 4.1.1. Amway Corporation... 33

4.1.1.1. Sejarah Amway Corpopration... 33

4.1.1.2. Sejarah PT Amindoway Jaya ... 33

4.1.1.3. Filosofi ... 34

4.1.1.4. Visi ... 34

4.1.1.5. Prinsip-prinsip ... 35

4.1.1.6. Produk-produk PT Amindoway Jaya ... 36

4.1.2. Network Twentyone... 38

4.1.2.1. Sejarah Network Twentyone... 38

4.1.2.2. Materi-materi Network 21... 39

4.1.2.3. Peringkat IBO Amway dengan Siatem N21 ... 41

4.2. Pertumbuhan Bisnis MLM... 42

4.3. Tingkat Pertumbuhan Bisnis Amway ... 43

4.4. Pola Pertumbuhan Bisnis Amway... 43

4.5. Analisis Usaha ... 44

4.5.1. Investasi ... 44

4.5.2. Penerimaan ... 46

4.5.3. Biaya Usaha ... 49

4.5.4. Analisis Pendapatan Usaha ... 51

4.5.5. Analisis Revenue-Cost Ratio (R/C) ... 52

4.5.6. Pay Back Periode (PBP) ... 53

4.5.7. Perkiraan Cashflow ... 54

4.6. Analisis Kriteria Investasi ... 55

4.7. Variabilitas IBO Bisnis Amway... 57

4.8. Bisnis Amway Sebagai Kewirausahaan... 61

KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(11)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Beda Prospek Antara Dua Pilihan... 10

2 Tabel Diskon ... 17

3 Tabel Bonus ... 18

4 Amway Distributor Center (ADC) dan Amway Produck Center (APD) di Indonesia ... 38

5 Negara-negara Cakupan Network 21 ... 39

6 Paket-paket Investasi Amway dengan Sistem Network 21... 45

7 Penerimaan IBO Amway Dalam 12 Bulan ... 48

8 Biaya Usaha IBO Amway (per tahun) ... 51

9 Pendapatan Usaha IBO Amway (per tahun) ... 52

10 PBP IBO Amway ... 54


(12)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Contoh Penggandaan MLM ... 13

2 PV yang diperoleh IBO dengan 6 Downline... 20

3 PV yang diperoleh IBO dengan 30 Downline... 21

4 PV yang diperoleh IBO dengan 78 Downline... 23


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Perusahaan MLM yang terdaftar dalam Keanggotaan APLI... 66

2 Pertumbuhan Jaringan IBO 1 ... 68

3 Pertumbuhan Jaringan IBO 2 ... 68

4 Pertumbuhan Jaringan IBO 3 ... 69

5 Pertumbuhan Jaringan IBO 4 ... 69

6 Perhitungan Penerimaan IBO 1... 70

7 Perhitungan Penerimaan IBO 2... 74

8 Perhitungan Penerimaan IBO 3... 77

9 Perhitungan Penerimaan IBO 4... 81

10 Perkiraan Biaya Usaha Bisnis IBO Amway ... 84

11 Perhitungan PBP IBO 1 ... 85

12 Perhitungan PBP IBO 2 ... 85

13 Perhitungan PBP IBO 3 ... 85

14 Perhitungan PBP IBO 4 ... 85

15 Perkiraan Cashflow IBO 1 ... 86

16 Perkiraan Cashflow IBO 2 ... 89

17 Perkiraan Cashflow IBO 3 ... 91

18 Perkiraan Cashflow IBO 4 ... 93


(14)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas atau seseorang yang memulai dan mengoperasikan bisnis (Longanecker, et al., 2001), sedangkan Multilevel Marketing (MLM) merupakan suatu jaringan kerja dimana seorang usahawan atau pengusaha yang independen mempunyai penjualan dari produk atau jasa (Wead, 1997). Berdasarkan pengertian tersebut, bisnis MLM dapat dikatakan sebagai salah satu kewirausahaan karena dalam pelaksanaannya, seseorang yang menanamkan investasi di bisnis MLM dapat mengoperasikan bisnisnya sendiri tanpa dikepalai oleh siapapun.

Dewasa ini banyak kesempatan berwirausaha. Suatu karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat dan menghasilkan imbalan finansial, selain itu juga dapat menyediakan lapangan kerja baru. Untuk membangun suatu usaha, seorang wirausaha harus menilai kelayakan usaha tersebut dahulu, terlebih dari segi finansial. Hal ini dimaksudkan untuk menilai apakah usaha yang akan dibangun tersebut menguntungkan dan layak untuk dijalankan atau tidak. Metode yang sering digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha secara finansial diantaranya metode R/C, pendapatan usaha, PBP, NPV, Net B/C, IRR, dan cashflow.

Bisnis MLM masuk ke Indonesia sekitar dua puluh tahun yang lalu (www.sinarharapan.co.id. 15/04/05). Perkembangannya di Indonesia sangat meyakinkan, ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan yang menggunakan sistem MLM muncul di Indonesia dari tahun ke tahun, seperti Amway, Herbalife, Forever Young, Tianshi, Avon, Sophie Martin, Oriflame dan Tupperware, sementara untuk MLM lokal di Indonesia terdapat nama-nama, seperti CNI, MQ-Net, Triple-S, Ahad Net dan perusahaan MLM lainnya.

Amway merupakan salah satu perusahaan MLM yang terdaftar di APLI. Amway masuk ke Indonesia sejak tahun 1992 dan baru terdaftar di APLI tahun 1993 (www.apli.or.id). Amway merupakan perusahaan MLM


(15)

terbesar di dunia, sementara di Indonesia Amway berada pada peringkat kedua setelah PT Citra Nusa Insan atau CNI. (www.sinarharapan.co.id. 15/04/05). Jumlah distributor Amway di Indonesia mencapai lebih dari 250.000 distributor. (www.kompas.co.id. 22/01/05). Sehubungan dengan kewirausahaan, dalam membangun bisnis Amway seorang distributor Amway perlu melakukan suatu analisis kelayakan usaha bisnis Amway guna melihat kelayakan bisnis Amway sebagai suatu kewirausahaan.

Penelitian difokuskan pada analisis kelayakan finansial bisnis IBO Amway di Indonesia dengan sistem pendukung Network Twentyone (N21). Sistem N21 merupakan salah satu organisasi atau asosiasi yang dibangun oleh IBO Amway itu sendiri unuk mendukung menjalankan bisnis Amway agar berhasil. N21 dibangun oleh Jim Dornan dan Nancy Dornan. N21 mendukung bisnis Amway dengan memberikan berbagai pelatihan dan pengajaran dalam bisnis serta menyediakan alat bantu untuk membantu kesuksesan IBO Amway.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam membangun suatu usaha, dibutuhkan penelitian terlebih dahulu. Penelitian yang dimaksud yaitu penilaian kelayakan usaha. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bisnis tersebut menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan atau tidak, guna mencegah kerugian atau meminimalis kerugian.

Dalam penelitian ini yang menjadi permasalahan utama yaitu:

1 Bagaimana kelayakan bisnis IBO Amway, dilihat dari segi keuntungan, rasio penerimaan dengan biaya, waktu balik modal serta analisis kriteria investasi ?


(16)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis kelayakan bisnis Amway dari segi finansial sebagai alternatif berwirausaha.dan menganalisis hal-hal yang lebih mempengaruhi besarnya penerimaan, dengan perincian sebagai berikut :

1 Menganalisis kelayakan bisnis IBO Amway, dilihat dari segi keuntungan, rasio penerimaan dengan biaya, waktu balik modal, dan analisis kriteria investasi

2 Menjelaskan variabilitas IBO Amway dalam bisnis Amway

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama duduk di bangku kuliah dan melatih kemampuan dalam menganalisis masalah berdasarkan data yang tersedia di lapangan

2. Menambah wacana tentang bisnis MLM bagi para peminat bisnis MLM 3. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pengambilan keputusan bagi

siapapun yang sedang merintis usaha baru.

1.5. Batasan Penelitian

Penelitian mengenai bisnis MLM, khususnya Amway, sangat luas. Penelitian tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu aspek pasar, aspek sumber daya manusia, aspek teknis ataupun aspek finansial. Oleh karena itu, peneliti membuat batasan penelitian berdasarkan kemampuan peneliti.

Adapun batasan-batasan yang digunakan yaitu :

1 Bisnis MLM yang menjadi objek penelitian adalah Amway di Indonesia dengan sistem Network Twentyone (N21), dimana N21 merupakan organisasi pendukung bisnis Amway ada di Indonesia

2 Penelitian difokuskan pada analisis kelayakan bisnis Amway dari aspek finansial

3 Sampel yang diwawancara terbatas karena ketertutupan individu para IBO Amway mengenai pendapatan dan biaya usaha dalam bisnis Amway dan


(17)

adanya batasan komunikasi yang tercipta dalam bisnis Amway, dimana IBO yang bukan berada pada kelompok yang sama tidak diperbolehkan membicarakan bisnis Amway pada kondisi apapun

4 Digunakan asumsi-asumsi dalam menganalisis kelayakan finansial bisnis Amway karena variabilitas setiap IBO yang berbeda-beda, yang selanjutnya dijelaskan dalam pembahasan.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kewirausahaan

2.1.1. Pengertian Wirausaha

Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem ekonomi perusahaan yang bebas atau seseorang yang memulai dan atau mengoperasikan bisnis. (Longeneker, et al., 2001).

2.1.2. Imbalan dan Tantangan Kewirausahaan

Ketertarikan seseorang akan kewirausahaan adalah karena imbalan yang kuat, seperti keuntungan dan kebebasan. Beberapa orang khususnya tertarik hanya pada salah satu imbalan, dan yang lainnya tertarik pada berbagai kepuasan yang mungkin didapatkannya. Imbalan berwirausaha dapat dikelompokan menjadi tiga kategori dasar (Longeneker, et al., 2001) yaitu laba, kebebasan, dan kepuasan dalam menjalani hidup.

♦ Imbalan Berupa Laba

Hasil finansial dari bisnis apapun harus dapat menggantikan kerugian waktu dan dana sebelum laba yang sebenarnya dapat direalisasikan. Wirausaha mengharapkan hasil yang tidak hanya menggantikan kerugian waktu dan uang yang mereka investasikan, tapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi resiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis.

♦ Imbalan Berupa Kebebasan

Kebebasan untuk menjalankan secara bebas perusahaannya merupakan imbalan lain bagi seorang wirausaha. Kebanyakan wirausaha meninggalkan pekerjaannya di perusahaan lain untuk dapat menjadi bos atas perusahaannya sendiri. Sehingga dapat mengambil keputusan sendiri, resiko dan memiliki laba sendiri.


(19)

♦ Imbalan Berupa Kepuasan Menjalani Hidup

Wirausaha seringkali menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Kadang beberapa orang mengatakan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan suatu keceriaan. Kenikmatan yang mereka dapatkan mungkin berasal dari kebebasan.

Selain imbalan-imbalan yang didapatkan dari berwirausahaa, ada juga tantangan yang harus dihadapi oleh para wirausaha. Diantara tantang-tantangan tersebut adalah biaya yang berhubungan dengan kepemilikan bisnis atau modal. Memulai dan mengoperasikan bisnis sendiri, biasanya memerlukan kerja keras, menyita banyak waktu, dan membutuhkan kekuatan emosi. Wirausaha mengalami tekanan pribadi yang tidak menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan lebih banyak waktu dan tenaga. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu ada bagi wirausaha dan tidak ada jaminan kesuksesan.

2.1.3. Karakteristik Wirausaha

Longenecker, et al (2001) wirausaha yang sukses memiliki beberapa karakteristik, diantaranya :

™ Kebutuhan akan keberhasilan

Setiap orang memiliki tingkat kebutuhan akan keberhasilan yang berbeda. Orang yang memiliki tingkat kebutuhan akan keberhasilan yang rendah, terlihat puas dengan status yang dimiliki, sedangkan orang yang memiliki tingkat kebutuhan akan keberhasilan yang tinggi senang bersaing dan memilih untuk bertanggung jawab secara pribadi atas tugas-tugas yang dibebankannya.

™ Keinginan untuk mengambil resiko

Resiko yang diambil wirausaha dalam memulai dan menjalankan bisnisnya berbeda-beda. Resiko keuangan terjadi saat seorang


(20)

wirausaha menginvestasikan uangnya untuk suatu usaha, resiko karir terjadi saat seorang wirausaha meninggalkan pekerjaanya guna menjalankan usaha, dan resiko waktu yang bebih banyak digunakan untuk mengoperasikan usaha.

™ Percaya diri

Orang yang memiliki keyakinan pada dirinya sendiri merasa dapat menjawab tantangan yang ada di depannya. Orang-orang tersebut mempunyai pemahaman atas segala jenis masalah yang akan muncul. Wirausaha yang mempercayai bahwa kesuksesan tergantung pada usaha diri sendiri mempunyai pengendalian yang disebut Internal Locus of Control ( kepercayaan bahwa kesuksesan seseorang tergantung pada usahanya), sebaliknya wirausaha yang merasa bahwa hidup dikendalikan oleh nasib atau keberuntungan mempunyai pengendalian yang disebut External Locus of Control (kepercayaan).

™ Keinginan kuat untuk berbisnis

Wirausaha memperhatikan tingkat keingintahuannya yang dapat disebut sebagai keinginan kuat untuk berbisnis dengan tujuan apapun, menciptakan ketabahan dan keamanan untuk bekerja keras.

2.2. Direct Selling

Direct Selling atau penjualan langsung adalah cara memasarkan produk maupun jasa langsung kepada pelanggan, yaitu secara temu muka. Temu muka ini umumnya berlangsung di rumah pelanggan, di rumah teman, atau di tempat lain di luar lokasi pengecer (www. Amway.co.id/directsale.asp. 24/02/05). Direct Selling mempunyai tiga tipe dasar, yaitu One On One, Party Plan, dan MLM.

One On One

Dalam sistem ini, seorang penjual yang merupakan agen/anggota/kontraktor yang mandiri atau lepas, menarik konsumen yang berpotensi di area khusus berdasarkan pendekatan orang ke orang. Mereka


(21)

menawarkan produk dan juga mendapat komisi atau basis lain. Pendapatan mereka juga diperoleh dari selisih harga pembelian dari pemasok dan penjualan ke konsumen.

Party Plan

Pada metode ini seorang penjual, karyawan lepas atau tetap, bertugas mencari atau menjadi tuan rumah yang mengundang sekelompok orang di rumahnya dalam rangka sales party untuk mendemonstrasikan produk. Penghasilan si penjual atas dasar selisih harga eceran.

Multilevel Marketing

Multilevel Marketing adalah penjualan secara bertingkat, dimana distributor mandiri mempunyai penghasilan dalam dua cara. Pertama, penjualan produk langsung ke konsumen, keuntungan didapatkan atas dasar selisih antara harga distributor dan harga konsumen. Kedua, potongan harga atas dasar jumlah produk atau jasa yang dibeli oleh anggota kelompok bisnis untuk penjualan atau pemakaian, termasuk jumlah penjualan pribadi.

2.3. Multilevel Marketing

Kishel (1992) mendefinisikan MLM sebagai metode penjualan di mana konsumen mempunyai kesempatan untuk menjadi distributor pabrik yang dapat membangun jaringan atau level dibawahnya. Setiap level akan berbagi keuntungan pada level-level di atasnya.

Tracy (2005) menyatakan MLM adalah gambaran jenis pemasaran lainnya karena sebuah perusahaan MLM adalah salah satu ragam pemasaran tertentu dan rancangan kompensasinya melibatkan sejumlah tingkat pengorganisasian kelompok dan pembayaran komisi, serta dapat menerapkan segala metode penjualan.

Wead (1997) Network Marketing atau MLM adalah suatu jaringan kerja dimana seorang usahawan atau pengusaha yang independen mempunyai penjualan dari suatu produk atau jasa. Selain dari hak penjualan, mereka juga dapat menpromosikan atau memasukkan orang lain ke dalam kelompoknya.


(22)

Dengan kata lain, MLM dapat diartikan sebagai sistem penjualan secara langsung kepada konsumen yang dilakukan secara berantai, dimana seorang konsumen dapat menjadi distributor produk dan dapat mempromosikan orang lain untuk bergabung dengan dalam rangka memperluas jaringan distributornya.

Dalam rangkaian distributor terdapat istilah ”Upline” dan ”Downline”. Upline adalah distributor tingkat pertama yang mempromosikan distributor tingkat kedua. Sedangkan Downline adalah pihak yang disponsori oleh distributor tingkat pertama. Downline juga dapat menjadi Upline bagi orang lain dengan membangun jaringan baru di bawahnya dengan mensponsori orang lain ke dalam kelompoknya dan demikian seterusnya. (Kishel, 1992)

MLM lebih memanfaatkan “kekuatan manusia” daripada institusi ritel dan lainnya, untuk mempromosikan dan menjual barang atau jasa. MLM juga menitikberatkan pada kekuatan kontak pribadi dan persuasif dalam penjualan, dimana si penjual berfungsi lebih dari sekedar seorang juru tulis yang mencatat hasil penjualan.

MLM berbeda dengan sistem penjualan lainnya. Dalam bisnis MLM, distributor multilevel tidak hanya berusaha menjual barang kepada konsumen secara eceran, tetapi juga mencari distributor lain untuk menjual barang atau jasa kepada konsumen. Karakteristik lain yang menjadi ciri pembeda bisnis MLM adalah penjual, biasanya disebut distributor, merupakan seorang kontraktor bebas yang bisa menjual dimana saja, kapan saja, meskipun harus tunduk pada acuan perusahaan berkenaan dengan iklan maupun cara menjual produk.

Program-program MLM telah mengalami peningkatan terus-menerus sejak tahun 1980-an, dikarenakan bisnis MLM menawarkan peluang memperoleh pendapatan yang tinggi melalui prinsip-prinsip penggandaan usaha. Seseorang dapat menciptakan sebuah organisasi sebagai wahana dalam memasarkan produk dan jasa. Penghasilan didasarkan pada apa yang diperoleh anggota tim maupun usaha sendiri. Proses pengembangan organisasi ini mengandung makna bahwa seseorang memerankan satu peran penting


(23)

dalam membantu distributor mencapai kesuksesan, dengan mengerjakan apa yang harus dilakukan. Prinsip pokok MLM adalah bahwa seseorang akan berhasil jika membantu orang lain meraih keberhasilan juga.

2.4. Kelebihan-kelebihan Bisnis MLM

Bisnis MLM berkembang dengan cukup pesat karena memiliki sejumlah kelebihan bagi orang yang ingin terjun kedalam bisnis ini. Rata-rata kelebihan tersebut terletak pada bentuk penjualan langsung, sedang beberapa di antaranya pada bisnis itu sendiri.

Yusuf (2002) mengungkapkan beberapa kelebihan yang dimiliki oleh bisnis MLM yaitu diantaranya:

(1) Setiap orang dapat melakukannya; (2) Nyaris tanpa resiko;

(3) Tidak ada atasan;

(4) Pelatihan nasional dan bantuan dari perusahaan yang diberikan dalam bentuk buku pegangan, seminar dan rapat;

(5) Waktu yang diinvestasikan sekarang untuk berguna dikemudian hari; (6) Rasa aman karena ada sistem pembagian bonus dan royalti ahli warisnya; (7) Bisnis siap pakai dan siap dijalankan;

(8) Tidak ada wilayah yang membatasi daerah operasi para distributor; (9) Modal yang diperlukan untuk memulai bisnis sangat kecil yaitu hanya

membayar formulir pendaftaran dan produk perusahaan;

(10) Mendapatkan penghasilan sesuai dengan penjualan dan pembinaan jaringan yang dikembangkan.

Selain disebutkan di atas, bisnis MLM masih mempunyai beberapa kelebihan lainnya yang menjadi kekuatan bisnis ini untuk berkembang. Seperti yang dikemukakan oleh Tracy (2005) dalam bukunya: MLM Sukses. Bisnis MLM memberikan kebebasan dan keuntungan pajak yang abadi di dalamnya. Bisnis ini dapat digunakan sebagai perlindungan pajak untuk mengurangi pajak pendapatan karena bisnis ini mengurangi pajak berbagai barang, seperti perangkat rumah dan peralatan yang dipakai dalam bisnis. Biaya tambahan untuk bisnis ini hanya sedikit karena dapat dijalankan di


(24)

rumah sendiri, tidak perlu membangun kantor sendiri atau menyewa tempat. Tidak perlu menimbun barang apapun. Cocok bagi suami-istri maupun sebuah keluarga karena dikerjakan di rumah dan bekerja bersama-sama. Bisnis ini memberikan peluang dalam melakukan perjalanan yang menyenangkan, berkenalan dengan teman-teman baru dan pengalaman belajar yang positif.

Dilihat dari segi finansial, bisnis MLM menawarkan suatu penghasilan yang sangat menarik dibandingkan dengan bisnis atau pekerjaan lain, misalnya waralaba atau bekerja pada suatu perusahaan. Bila dikerjakan dengan benar, bisnis ini menawarkan peluang peningkatan penghasilan maupun volume usaha yang dapat meningkat secara eksponensial.

Perbandingan penghasilan antara pilihan menjadi karyawan dengan pilihan menjalankan bisnis Amway dapat diilustrasikan sebagai berikut: Pertama, sebuah pekerjaan dengan penghasilan Rp 10.000.000,- per bulan. Kedua, sebuah usaha yang menghasilkan Rp 1,- pada bulan pertama, tetapi hasil tersebut akan berlipat ganda dua kali lipat setiap bulannya. Jika kedua pilihan tersebut dihitung dengan masa selama 36 bulan, maka hasilnya seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Beda prospek antara dua pilihan

Bulan ke Penghasilan (Rp)

Karyawan Pebisnis MLM

1 10 000.000. 1

2 10 000.000. 2

3 10 000.000. 4

4 10 000.000. 8

... ... ...

12 10 000.000. 2.048

... ... ...

20 10 000.000. 524.288

21 10 000.000. 1.048.576

22 10 000.000. 2.097.152

... ... ...

24 10 000.000. 8.388.608

25 10 000.000. 16.777.216

... ... ...

30 10 000.000. 536.870.912

... ... ...

36 10 000.000. 34.359.738.368

Total 360.000.000 68.719.476.735


(25)

2.5. Prinsip Penggandaan MLM

Teori dasar yang menjadi pondasi praktek MLM yaitu bahwa organisasi berkembang secara geometris melalui prinsip penggandaan ke bawah. Maksudnya, seseorang yang memulai bisnis ini misalnya dengan hanya mengenal dua orang (atau lebih), kemudian dua orang tersebut masing-masing mengenalkan dua orang lagi dan begitu seterusnya. Sekelompok orang tersebut dengan sendirinya akan membentuk sebuah tim yang berada di bawah kepemimpinan orang pertama.

Pola bisnis MLM yaitu membangun bisnis dari rumah (home based business) atau pola pemarasan jaringan progresif. Seorang yang mengikuti pola bisnis MLM merupakan distributor atau member yang menempati suatu posisi dalam jenjang karir sistem tersebut. Distributor mempunyai seorang Upline yaitu pihak yang mengajaknya (mensponsori) dalam bisnis MLM, sedangkan distributor itu sendiri disebut Downline, yaitu pihak yang disponsori. Seorang Downline akan menjadi Upline jika telah memiliki Downline lain di bawahnya. Sekumpulan distributor yang membentuk struktur Upline-Downline akan membentuk suatu jaringan. Dalam jaringan terdapat “kaki” dan level. Kaki adalah bagian dari jaringan yang ditinjau secara vertikal, dan level adalah bagian dari jaringan yang ditinjau secara horizontal. (Tracy, 2005).

Jaringan yang telah terbentuk akan terus tumbuh tanpa ada batasnya, selama para member terus mensponsori pihak baru untuk masuk dalam bisnis MLM. Maka jaringan akan terus membesar dan meluas. Dari berawal hanya mensponsori satu atau dua orang, seorang distributor akan mempunyai Downline mungkin sampai ratusan. Misalnya seorang distributor mensponsori dua orang, kemudian masing-masing dari kedua orang tersebut mensponsori dua orang lagi, demikian seterusnya. Maka dapat dibayangkan berapa distributor yang akan tergabung dalam kelompok tersebut. Pertumbuhan kelompok tersebut secara teoritis akan berlipat seperti terlihat di bawah ini.


(26)

Distributor Distributor

2. Level 1 4 Level 2 8

16 Level 3 30 Level 4

Gambar 1. Contoh Sistem Penggandaan MLM Sumber: Tracy (2005)

Dalam program penjualan tradisional, penghasilan didasarkan pada hasil penjualan perorangan. Komisi hanya didapat dari banyaknya barang yang dapat dijual sendiri. Tetapi dalam bisnis MLM, penghasilan tergantung pada beberapa faktor selain hasil penjualan perorangan, seperti besarnya kelompok, banyaknya produk yang dijual oleh kelompok dan besarnya komisi pada tiap level dalam kelompok. Maka jika kelompok tumbuh semakin besar dan produk atau jasa yang terjual semakin banyak, penghasilan pun akan semakin meningkat.

Menurut Kishel (1992) ada beberapa kompensasi yang diperoleh dari bisnis MLM, yaitu sebagai berikut: (1) Komisi dari penjualan perorangan; (2) Bonus kelompok; (3) Bonus kepemimpinan; (4) Pendapatan redusial;(5) Bonus lainnya dari perusahaan, seperti potongan harga dan royalti.

Bonus-bonus yang disediakan oleh perusahaan merupakan rangsangan yang diberikan kepada distributor agar mensponsori lebih banyak orang dan melatihnya untuk dapat menjual lebih banyak barang.

2.6. Independent Business Owner (IBO)

Orang yang menjalankan kedistributoran Amway, anggota atau member yang tergabung dalam jaringan disebut Independent Business Owner (IBO).

Untuk menjadi IBO yang sukses dalam bisnis MLM dibutuhkan kiat-kiat tertentu. Harefa (2002) dalam bukunya: 10 Kiat Sukses Distributor MLM. Memaparkan kiat-kiat untuk menjadi distributor sukses, sebagai berikut:


(27)

1. Merajut cita-cita dan kebangkitan semangat juang 2. Membangun keyakinan yang teguh

3. Menggunakan produk

4. Merekrut siapa saja, kapan saja dan dimana saja 5. Memotivasi diri dan anggota jaringan

6. Membantu proses distribusi 7. Belajar dengan lahap 8. TP x AH x TN > SK

9. Memberikan kesaksian dan menolong orang lain 10.Mengembangkan karakter.

TP x AH x TN > SK merupakan suatu rumus unik gagasan K. Cooper dan Ayman Sawaf yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dimana ketidakpuasan (TP) dikalikan Arah hidup (AH) dikalikan Tindakan nyata (TN) harus lebih besar dari Situasi kini (SK).

2.7. Level-level IBO Dalam Bisnis Amway

Level IBO merupakan tingkatan peringkat yang dicapai IBO Amway dalam menjalankan bisnis Amway. Setiap level memiliki syarat tersendiri untuk dapat mencapainya, syarat tersebut yaitu jumlah kelompok bisnis yang dimiliki dan jumlah PV yang diperoleh. Semakin banyak grup atau kelompok yang dimiliki dan semakin besar jumlah PV yang diperoleh IBO, maka level yang dicapai akan semakin tinggi pula. Bagi Amway, level tersebut merupakan penghargaan bagi IBO-IBOnya dan untuk menjaga tingkat motivasi yang tinggi bagi IBO Amway. Level-level yang ada dalam bisnis Amway yaitu (Amway, 2004):

Silver Producer (SP)

Silver Producer merupakan level yang dicapai oleh IBO jika IBO tersebut memiliki 1 grup yang telah memperoleh PV grup minimal sebesar 16.000.000 PV atau telah mencapai peringkat 21%. Dan jumlah PV tersebut tidak termasuk jumlah yang diterima dari grup 21% yang disponsori, juga tidak termasuk jumlah yang diterima dari grup yang ada


(28)

diantara IBO yang merupakan grup 21% yang disponsori secara foster. Setiap 1 grup memiliki IBO setidaknya 10 IBO.

Gold Producer (GP)

Gold Producer merupakan level yang dicapai IBO jika IBO tersebut memenuhi persyaratan SP sejumlah 3 kali atau 3 bulan dalam masa 12 bulan sejak pertama kali persyaratan SP dicapai.

Platinum

Platinum merupakan level yang dicapai oleh IBO jika IBO tersebut memenuhi persyaratan SP sejumlah 6 kali atau 6 bulan dalam masa 12 bulan sejak pertama kali persyaratan SP dicapai, 3 kali diantaranya harus berturut-turut.

Distributor Langsung Ruby

Distributor langsung Ruby dicapai jika IBO memiliki 1 grup yang mencapai 22.500.000 PV untuk bulan tertentu.

Distributor Langsung Safir

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai level Distributor Langsung Safir yaitu:

1 Mensponsori 2 grup yang mencapai 21% dan memperoleh minimal 6.500.000 PV grup, sekurang-kurangnya 6 bulan dalam satu tahun fiskal

2 Kombinasi antara no 1 yaitu dengan mensponsori 3 grup yang mencapai 21% pada bulan yang sama dalam satu tahun fiskal.

Distributor Langsung Emerald

Level Emerald dicapai jika IBO berhasil mensponsori 3 grup baik secara pribadi, foster, maupun internasional yang masing-masing memenuhi syarat pada peringkat bonus 21% selama 6 bulan pada tahun fiskal.

Distributor Langsung Diamond

Level ini dapat dicapai IBO jika berhasil mensponsori 6 grup 21% baik secara internasional, foster, maupun secara pribadi, dimana masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun fiskal. Grup 21% yaitu grup yang berhasil memperoleh PV grup minimal 16.000.000 PV.


(29)

Distributor Langsung Executive Diamond

Executive Diamond merupakan level dimana IBO berhasil mensponsori 9 grup 21% dan masing-masing memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun fiskal.

Distributor Langsung Double Diamond

Persyataran untuk mencapai level ini yaitu mensponsori 12 grup 12%, dimana masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun fiskal.

Distributor Langsung Triple Diamond

Persyaratan untuk mencapai level ini yaitu mensponsori 15 grup 21%, dimana masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun fiskal.

Distributor Langsung Crown

Persyaratan untuk mencapai level ini yaitu mensponsori 18 grup 21%, dimana masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun fiskal.

Distributor Langsung Crown Ambassador

Persyaratan untuk mencapai level ini yaitu mensponsori 20 grup 21%, dimana masing-masing grup memenuhi syarat selama 6 bulan dalam tahun fiskal.

2.8. Pedoman Pendapatan Bisnis Amway

Penghasilan yang diperoleh seorang IBO dari usaha Amway berasal dari (Amway, 2003):

1. Keuntungan Eceran dari Penjualan Produk

Keuntungan Eceran diperoleh dari hasil penjualan produk kepada pelanggan.

Keuntungan Eceran adalah perbedaan antara Harga Eceran kepada pelanggan dengan Harga Ditributor. Nilai Keuntungan Eceran rata-rata 30% di atas Harga Distributor.

Harga Distributor adalah harga produk yang dibayarkan Distributor kepada PT Amindoway Jaya, sudah termasuk PPn 10%.


(30)

Harga Eceran adalah harga jual yang dikenakan kepada pelanggan.

2. Diskon atas Pembelian Produk dari PT Amindoway Jaya

Setiap produk Amway mempunyai point Value (PV) dan Business Volume (BV) yang telah ditentukan nilainya. Bahan literature dan alat Bantu pemasaran produk Amway tidak dimasukan ke dalam perhitungan volume.

Point Value (PV) adalah nilai angka tertentu yang berhubungan dengan nilai produk itu sendiri. (Amway, 2004)

Business Volume (BV) adalah volume pembelian Distributor yang sama dengan Harga Distributor tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPn). Diskon dihitung berdasarkan volume pembelian pribadi Distributor selama satu bulan kalender. Persentase peringkat diskon ditentukan oleh total PV bulanan pembelian Distributor sebagaimana tercantum dalam tabel 4. Jika total PV bulanan pembelian pribadi yang didapat oleh seorang IBO sebesar 350.000 PV atau lebih, berarti IBO tersebut akan mendapatkan diskon sebesar 3% dari jumlah PV tersebut. Dan jika total PV bulanan yang didapat oleh seorang IBO sebesar 1.000.000 PV atau lebih, berarti IBO tersebut akan mendapatkan diskon sebesar 6% dari jumlah Total PV tersebut, demikian seterusnya. (Amway, 2004)3

Tabel 2. Tabel Diskon

Total PV Bulanan

Pembelian Pribadi % Diskon

16.000.000 PV atau lebih 11.000.000 PV

6.500.000 PV 4.000.000 PV 2.000.000 PV 1.000.000 PV 350.000 PV

21% 18% 15% 12% 9% 6% 3%


(31)

3. Bonus atas Pembelian Produk dari PT Amindoway Jaya

Bonus diperoleh apabila (Amway, 2003) :

• Distributor mensponsori prospek/calon Distributor (Downline) untuk bergabung dalam kelompok.

Distributor yang mensponsori (Upline) memberikan pelatihan kepada

Downlinenya untuk melakukan hal yang sama dengan yang

dilakukannya. Juga memberikan pelatihan untuk meningkatkan jumlah keanggotaan Downline. Dengan cara membantu dan melatih para Downline, seorang Distributor (Upline) akan memperoleh bonus yang dihitung berdasarkan volume pembelian kelompok selama 1 bulan kalender.

• Menggunakan kartu kredit/debet yang menawarkan ekstra PV/BV serta manfaat yang didapat dari program Aliansi Amway.

Persentase peringkat bonus ditentukan oleh total PV bulanan pembelian kelompok sebagaimana tercantum dalam tabel 5. Jika kelompok bisnis seorang IBO Amway mencapai total PV bulanan pembelian kelompok sebesar 350.000 PV atau lebih, maka IBO tersebut akan mendapatkan bonus sebesar 3% dari jumlah bonus tersebut. Dan jika kelompok bisnis seorang IBO Amway memperoleh total PV bulanan pembelian kelompok sebesar 1.000.000 PV atau lebih, maka IBO tersebut akan mendapatkan bonus sebesar 6% dari jumlah total PV tersebut, demikian seterusnya.

Tabel 3. Tabel Bonus

Total PV Bulanan

Pembelian Kelompok % Bonus

16.000.000 PV atau lebih 11.000.000 PV

6.500.000 PV 4.000.000 PV 2.000.000 PV 1.000.000 PV 350.000 PV

21% 18% 15% 12% 9% 6% 3%


(32)

2.9. Perhitungan Diskon dan Bonus

Perhitungan Diskon dan Bonus dilakukan dengan cara tersendiri berdasarkan aturan yang berlaku di PT Amindoway Jaya dan Amway Corporation secara keseluruhan. Perhitungan Diskon dan Bonus sangat dipengaruhi oleh PV dan BV. Adapun contoh perhitungan Diskon dan Bonus dengan asumsi PV:BV = 1:1 adalah sebagai berikut (Amway, 2004) :

Contoh 1 : Peringkat 3%

Misalkan PV pribadi yang diperoleh pada bulan tertentu adalah 350.000 PV, maka Keuntungan Eceran dan Diskon yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Keuntungan Eceran : (30% x 350.000) = Rp 105.000,- Diskon Pribadi : ( 3% x 350.000) = Rp 10.500,- Total Keuntungan Eceran dan Diskon Pribadi = Rp 115.500,-

Cara kerjanya:

Membentuk kelompok pelanggan eceran yang kuat yang memberikan keuntungan eceran setiap bulannya. Kemudian mensponsori orang lain (Downline) untuk bergabung dalam kelompok usaha dan memberikan pelatihan kepada para Downline untuk melakukan hal yang sama. Dengan demikian artinya usaha akan menjadi besar dan akan terbentuk Grup Usaha (Business Group) yang mempengaruhi besarnya bonus yang dibayar perusahaan atas volume kelompok.

Contoh 2 : Peringkat 9%

Misalkan seorang Distributor (Distributor-1) telah mensponsori 6 Distributor baru dimana masing-masing meraih 350.000 PV dalam satu bulan tertentu. Sementara Distributor tersebut terus menjual produk dan juga berhasil meraih 350.000 PV untuk diri pribadi.


(33)

Gambar 2. PV yang diperoleh IBO dengan 6 Downline Sumber : Amway, 2003

Total PV Pribadi : 350.000

Total PV Kelompok : 2.450.000 ( 7x 350.000 )

Masing-masing Downline mencapai peringkat 3%, sedangkan Distributor tersebut mencapai peringkat 9%. Selisih antara peringkat Distributor dengan peringkat Downline-Downlinenya adalah penghasilan bagi Distributor-1. Dalam hal ini selisihnya yaitu 9%-3% = 6%. Selisih tersebut dibayarkan oleh Amway sebagai bonus karena telah mensponsori dan membimbing para Downline.

Perhitungan keuntungan eceran, diskon dan bonus :

Keuntungan Eceran , Diskon dan Bonus yang diperoleh :

Keuntungan Eceran : 30% x 350.000 = Rp 105.000,-

Diskon Pribadi : 3% x 350.000 = Rp 10.500,-

Bonus untuk selisih peringkat atas seluruh pembelian pribadi :

(9%-3%) x 350.000 = Rp 21.000,-

(pribadi) 350.000 PV

(grup) 2.450.000 PV

350.000 PV 350.000 PV

350.000 PV 350.000 PV


(34)

Bonus untuk selisih peringkat Distributor-1(9%) dengan peringkat Downline (3%) atas seluruh pembelian Downline :

(9%-3%) x 350.000 x 6 Downline = Rp 126.000,- Total Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus Rp 262.550,-

Contoh 3 : Peringkat 15%

Berhubungan dengan Contoh 2, misalkan ke 6 Downline (Distributor-2) masing mencapai 350.000 PV dalam satu bulan tertentu, dan masing-masing mensponsori 4 Distributor baru lainnya yang juga mencapai 350.000 PV. Berarti distributor tersebut telah memiliki 30 Downline.

Total PV Pribadi Distruibutor-1 : 350.000

Total PV Kelompok : 10.850.000 (31 x 350.000) Total PV Pribadi Distributor-2 : 350.000

Total PV Kelompok : 1.750.000 (5 x 350.000)

350.000 PV 350.000 PV

(Grup 1.750.000 PV) (Grup 1.750.000 PV)

350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV

(Grup 1.750.000 PV) (Grup 10.850.000 PV) (Grup 1.750.000 PV)

350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV

(Grup 1.750.000 PV) (Grup 1.750.000 PV)

350.000 PV 350.000 PV

Gambar 3. PV yang diperoleh IBO dengan 30 Downline Sumber : Amway, 2003


(35)

Ke 6 Downline (Distributor-2) masing-masing meraih 350.000 PV dan berhasil menduplikasi 4 orang Downline baru dalam kelompoknya sendiri, berarti ke 6 Downline tersebut akan menuju peringkat 6%,sedangkan dengan total PV kelompok Distributor-1 10.850.000 PV, Distributor-1 akan menuju peringkat 15% sehingga Keuntungan Eceran, Diskon Pribadi, dan Bonus menjadi :

Perhitungan keuntungan eceran, diskon dan bonus :

Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus yang diperoleh Distributor-1 adalah:

Keuntungan Eceran : 30% x 350.000 = Rp 105.000,-

Diskon Pribadi : 3% x 350.000 = Rp 10.500,-

Bonus untuk selisih antara peringkat Distributor-1 (15%) dengan peringkat Downline (6%) atas seluruh pembelian Downline:

(15% - 6%) x 1.750.000 x 6 Downline =Rp 945.000,-

Bonus untuk selisih peringkat atas pembelian pribadi :

(15% - 3%) x 350.000 = Rp 42.000,-

Dikurangi PPh Ps 21 = Rp (37.350,-)*

Total Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus = Rp 1.065.150,-

∗Berdasarkan ketetapan perpajakan yang berlaku, jika bonsus yang diperoleh di atas Rp 240.000,-, maka atas bonus tersebut setelah dikurangi Rp 240.000,- dikenakan pemotongan PPh Ps 21 dengan tariff 5% sampai dengan 35%.

Perhitungan PPh Ps 21 :

Bonus Kotor : Rp 945.000,- + Rp 42.000,- = Rp 987.000,- PPh : Rp 987.000,- - Rp 240.000,- = Rp 37.350,-


(36)

Contoh 4 : Peringkat 21%

Berdasarkan contoh sebelumnya, misalkan masing-masing dari 4 Distributor yang merupakan Distributor baru adari ke 6 Distributor level pertama mensponsori masing-masing 2 Distributor. Dan setiap Distributor tetap mencapai 350.000 PV. Maka, grup Distributor tersebut kini terdiri dari 79 Distributor (termasuk Distributor-1)

350.000PV 350.000PV (Grup 4.550.000 PV) (Grup 4.550.000 PV)

350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV (Grup 4.550.000 PV) (Grup 27.65000 PV) (Grup 4.550.000 PV)

350.000 PV 350.000 PV (Grup 4.550.000 PV) (Grup 4.550.000 PV)

350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV

350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV 350.000 PV Gambar 4. PV yang Diperoleh IBO dengan 78 Downline

Sumber : Amway, 2003

Total PV Pribadi Distributor-1 : 350.000

Total PV Kelompok : 27.650.000 (79 x 350.000)

Total PV dari masing-masing grup yang disponsori oleh Distributor-1 secara pribadi (6 orang Frontliner) adalah 4.550.000. artinya, ke 6 Distirbutor tersebut berhasil meraih peringkat 12%,dan Distributor-1 mencapai tingkatan


(37)

Diskon tertinggi, yaitu 21%. Sehingga perhitungan Keuntungan Eceran,Diskon dan Bonus menjadi sebagai berikut:

Perhitungan keuntungan eceran, diskon dan bonus :

Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus yang diperoleh Distributor-1 adalah:

Keuntungan Eceran : 30% x 350.000 = Rp 105.000,-

Diskon Pribadi : 3% x 350.000 = Rp 10.500,-

Bonus untuk selisih antara peringkat Distributor-1 (21%) dengan peringkat Downline (12%) atas seluruh pembelian Downline:

(21% - 12%) x 4.550.000 x 6 Downline = Rp 2.457.000,- Bonus untuk selisih peringkat atas pembelian pribadi :

(21% - 3%) x 350.000 = Rp 63.000,-

Dikurangi PPh Ps 21 =Rp (114.000,-)*

Total Keuntungan Eceran, Diskon dan Bonus =Rp 2.521.500,-

* Perhitungan PPH Ps 21 :

(RP 2.520.000,- - Rp 240.000,-) x 5% = Rp 114.000,-

2.10. Penelitian Terdahulu

Idris tahun 2004 meneliti tentang kelayakan usaha warung tenda pecel lele yang berlokasi di Bogor. Peneliti menggunakan metode R/C, Pendapatan Usaha, NPV, Net B/C, dan IRR. Objek utama penelitian yaitu warung tenda pecel lele yang berlokasi di Warung Jambu, Pajajaran, Air Mancur, Pakuan, dan Merdeka.

Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan tiap-tiap lokasi warung tenda adalah sebagai berikut, untuk lokasi Warung Jambu diperoleh R/C sebesar 1,42, NPV sebesar Rp 84.840.954,27, Net B/C sebesar 15,54, dan IRR sebesar 28,74%. Untuk lokasi Pajajaran diperoleh R/C sebesar 1,28, NPV sebesar Rp 89.441.164,03, Net B/C sebesar 10,12, dan IRR sebesar 22,12%.


(38)

Rp 116.634.510,22, Net B/C sebesar 19,98, dan IRR sebesar 32,49%. Untuk lokasi Pakuan diperoleh R/C sebesar1,16, NPV sebesar Rp 10.944.940,57, Net B/C sebesar 3,33, dan IRR sebesar 11,26%. Untuk lokasi Merdeka diperoleh R/C sebesar 1,49, NPV sebesar Rp 81.449.206,42, Net B/C sebesar 9,13, dan IRR sebesar 20,97%. Dari hasil-hasil tersebut kelima warung tenda tersebut dinyatakan menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Lokasi yang paling menguntungkan terletak di Warung Jambu.

Sitorus tahun 2004 meneliti tentang prospek pengembangan usaha budidaya ikan kerapu lumpur pada karamba jaringan apung. Prospek usaha tersebut diteliti dengan menggunakan metode R/C, Pendapatan Usaha, NPV, Net B/C, IRR, dan Analisis Sensitivitas. Objek utama penelitian yaitu PT Sembilan-Sembilan.

Hasil penelitian menunjukan nilai R/C sebesar1,14, NPV sebesar Rp 78.130.116,31, Net B/C sebesar 1,64, dan IRR sebesar 31,65%. Hal ini artinya bahwa usaha pembesaran Kerapu Lumpur PT Sembilan-Sembilan layak untuk dilanjutkan dan dikembangkan.


(39)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Penelitian didasarkan pada masalah penilaian kelayakan usaha secara finansial suatu usaha, dimana penelitian difokuskan pada penilaian kelayakan bisnis IBO Amway dengan sistem N21.

Bisnis IBO Amway dengan sistem N21 akan diteliti kelayakan usahanya dari segi finansial dengan menganalisis usaha IBO Amway terlebih dahulu dengan alat R/C, pendapatan usaha, dan PBP. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis kelayakan usaha Amway dengan alat NPV, Net B/C, dan IRR. Dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai kelayakan bisnis IBO Amway sebagai alternatif berwirausaha.

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian

Bisnis Amway sebagai alternatif berwirausaha

Kelayakan Bisnis IBO Amway dari Segi Finansial Sebagai Alternatif Berwirausaha

Analisis Kriteria Investasi :

NPV Net B/C

IRR Analisis Usaha : Pendapatan Usaha

R/C PBP


(40)

3.2. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menganalisis data-data primer dan sekunder yang tersedia. Dari data-data tersebut akan didapat sebuah hasil yang selanjutnya akan disimpulkan. Penelitian berfokus pada bisnis Amway, karena Amway merupakan perusahaan MLM terbesar di Indonesia. Dari seluruh sistem pendukung yang ada dalam bisnis Amway diambil sistem N21 sebagai fokus utama penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2005.

3.3. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan beberapa IBO Amway mulai dari level Leaders Club hingga Emerald, dan data sekunder diperoleh dari studi literatur, seperti buku-buku, majalah, internet, dan lain-lain.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Dalam menganalisis kelayakan bisnis IBO Amway, digunakan metode analisis usaha dan metode analisis kriteria investasi. Analisis usaha terdiri dari perhitungan pendapatan usaha, R/C, dan PBP. Sementara analisis kriteia investasi terdiri dari perhitungan NPV, Net B/C, dan IRR.

Dari perhitungan-perhitungan tersebut akan diketahui apakah bisnis Amway merupakan bisnis yang menguntungkan dan dan layak untuk dijadikan alternatif berwirausaha atau tidak. Untuk mempermudah analisis usaha tersebut digunakan beberapa asumsi yang selanjutnya dijelaskan pada pembahasan.


(41)

3.4.1. Analisis Usaha

3.4.1.1. Analisis Pendapatan Usaha

Analisis pendapatan usaha bertujuan mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan (Hernanto, 1989). Rumus ini diformulasikan sebagai berikut:

Keterangan :

TR = Total Penerimaan TC = Total pengeluaran

Dengan Kriteria :

TR>TC, Usaha Untung

TR=TC, Usaha Impas

TR>TC,Usaha rugi

3.4.1.2. Analisis Revenue-Cost Ratio (R/C)

Analisis R/C digunakan untuk menguji sejauh mana hasil yang diperoleh dari usaha tertentu (dihitung selama periode satu tahun) cukup menguntungkan (Hernanto, 1989). Rumus ini diformulasikan sebagai berikut :

Dengan kriteria :

R/C>1, maka usaha untung R/C= 1, maka usaha impas R/C<1, maka usaha rugi

Keuntungan = TR - TC

R/C =

Penerimaan Total


(42)

3.4.1.3. Pay Back Period (PBP)

PBP adalah menghitung seberapa cepat waktu yang dibutuhkan proyek untuk mengembalikan investasi dan modal kerja yang ditanam. Kelayakan proyek dari adanya PBP ini adalah jika nilai PBP lebih pendek dari waktu yang disyaratkan. Sedangkan jika PBP lebih lama dari yang disyaratkan proyek tidak layak.

Rumus yang digunakan yaitu : Tahun terakhir negatif + (absolut (arus kas tahun berjalan) / nilai kumulatif arus kas mulai tahun ke-0 ).

3.4.2. Analisis Kriteria Investasi 3.4.2.1. Net Present Value (NPV)

NPV adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan didapatkan pada masa yang akan datang. Secara matematis, NPV dinyatakan dngan rumus (Kadariah, et al., 1999) :

= −

− = n

t

t t t

i C B NPV

0 (1 )

) (

Keterangan :

Bt = Benefit Tahunan

Ct = Biaya Tahunan i = Discount rate

t = 0,1,2,3,...n

Dengan kriteria :

NPV > 0 : Usaha layak dilaksanakan NPV < 0 : Usaha tidak layak dilaksanakan

NPV = 0 : Usaha mengembalikan sama besar dengan nilai uang yang ditanamkan


(43)

3.4.2.2. Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih bernilai positif (Bt-Ct >0) dengan jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang bernilai negatif (Bt-Ct<0). Secara matematis dinyatakan dengan rumus (Kadariah, et al. 1999) :

= = < − − > − − = n t t t t n t t t t i C B i C B C NetB 0 0 0 ) 1 ( ) ( 0 ) 1 ( ) ( /

Dengan kriteria usaha :

Net B/C ≥ 1 : Usaha layak dilaksanakan Net B/C < 1 : Usaha tidak layak dilaksanakan

3.4.2.3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan nilai suatu tingkat suku bunga yang membuat NPV dari pada usaha sama dengan nol. Secara matematis dinyatakan dalam rumus (Kadariah et al. 1999) :

) (

)

( ' "

' :" ' ' NPV NPV NPV i i i IRR − − + =

Keterangan :

i’ = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV >0 i” = Tingkat suku bunga yang menghasilkan nilai NPV < 0 NPV’= NPV pada saat tingkat subu kunga i’

NPV”= NPV pada saat tingkat suku bunga i”

Dengan kriteria :

IRR ≥ tingkat suku bunga yang berlaku : Usaha layak IRR < tingkat suku bunga yang berlaku : Usaha tidak layak


(44)

3.5. Batasan Pengukuran

Batasan dan pengukursan yang digunakan adalah :

1. Analisis kelayakan investasi ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, dan aspek finansial, namun dalam penelitian ini lebih difokuskan pada aspek finansial

2. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah walaupun ada perubahan dan dinyatakan dalam satuan rupiah

3. Biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan perubahan volume produksi dan dinyatakan dalam satuan rupiah

4. Biaya total adalah semua biaya yang digunakan untuk menjalankan usaha termasuk biaya tetap dan biaya variabel dan dinyatakan dalam satuan rupiah

5. Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan pada kegiatan usaha dan pada saat tertentu untuk mendapatkan keuntungan dimasa mendatang, dan dinyatakan dalam satuan rupiah

6. Analisis usaha adalah suatu usaha dilihat dari sudut pandang badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya dalam usaha, dan dinyatakan dalam satuan rupiah

7. Penerimaan dari bisnis Amway berasal dari jumlah keuntungan eceran, bonus rabat, dan bonus 4%, dan dinyatakan dalam satuan rupiah

8. pendapatan usaha perusahaan berasal dari selisih antara penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan pada periode tertentu, dan dinyatakan dalam satuan rupiah

9. R/C adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total selama satu tahun

10.Cashflow adalah aliran kas dalam suatu usaha yang terdiri dari inflow dan outflow

11.Analisis kelayakan investasi adalah analisis terhadap kegiatan usaha dengan memperhitungkan biaya dan manfaat dalam suatu usaha, dengan alat ukur NPV, Net B/C, dan IRR


(45)

13.IRR adalah tingkat suku bunga dari unit usaha dalam rjangka waktu tertentu yang membuat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam satuan %.


(46)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Amway Corporation

4.1.1.1. Sejarah Amway Corporation

Amway didirikan pada tahun 1959 oleh Richard M. DeVos dan Jay Van Andel. Mereka mendirikan Amway berdasarkan suatu keyakinan, bahwa kesuksessan memasarkan suatu produk adalah menjualnya secara langsung kepada pelanggan. Gedung pertama Amway terletak di kota Ada, Michigan, yang kini menjadi kantor pusat Amway Corporation. Produk awal yang dijual Amway yaitu LOC (Liquid Organic Cleaner), suatu cairan pembersih biodegradable yang aman untuk lingkungan. Amway kemudian terus berkembang menjadi Amway Corporation, dan saat ini telah mempunyai 59 afiliasi di berbagai negara.

Bisnis MLM berkembang hingga keluar Amerika Serikat, dimulai dengan memasuki Kanada pada tahun 1962, Autralia 1971 dan seterusnya sampai ke lebih dari 90 negara. Ini menjadi suatu peluang bagi Amway untuk ikut mengembangkan bisnisnya hingga keluar AS. Pada tahun 1972, Amway membeli perusahaan Nutrilite Inc yang berdiri tahun 1934. Nutrilite Inc. merupakan perusahaan yang memperkenalkan strategi pemasaran berjenjang (MLM) pertama di Amerika Serikat untuk produk-produk vitamin dan makanan tambahan yang diproduk-produksinya.

4.1.1.2. Sejarah PT Amindoway Jaya

Amway mulai beroperasi di Indonesia pada tanggal 17 Juli 1992, melalui PT Amindoway jaya selaku pemegang lisensi penjualan langsung dan pendistribusian produk-produk Amway di Indonesia. PT Amindoway Jaya kemudian menjadi anggota


(47)

Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) pada tahun 1993 dengan nomor 0005/06/93.

PT. Amindoway Jaya, mendapat dukungan Amway melalui PT. Amway Indonesia sebagai 'service company' yang memberikan konsultasi dalam bidang pemasaran, pengembangan usaha serta dukungan internasional.

Kantor pusat PT Amindoway Jaya terletak di Wisma Aldiron Dirgantara Suite 102-103, Jl. Gatot Subroto No.72 Jakarta Selatan 12780, Telp (012) 794 9274 Fax (021) 7949277. Sementara kantor pusat PT Amway Indonesia terletak di Wisma 46-Kota BNI, Lantai 36, Ruang 3610-2, Jl. Jend. Sudirman Kav.1 Jakarta 10220, Telp (021) 57980800 fax (021) 57980801-2.

PT Amindoway Jaya juga mengadakan kerja sama dengan beberapa perusahaan konvensional di Indonesia, diantaranya Garda Oto, Allianz, Lippobank, Asuransi Ace Ina, Mugen, Optik Tunggal, Hotel Accor Group, dan beberapa media cetak seperti Media Indonesia, Gatra, Ayah Bunda, Femina, Fit, dan Swa.

4.1.1.3. Filosofi

Filosofi Amway yaitu “Suatu rancangan pemasaran dan penjualan yang unik”. Rancangan pemasaran dan penjualan Amway menawarkan fleksibelitas yang sesuai dengan gaya hidup seseorang.

4.1.1.4. Visi

Visi Amway adalah menbantu mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Amway sangat menjunjung tinggi semangat kewirausahaan dan mendukuang segala bentuk usaha mitra yang bervisi jangka panjang, memiliki ambisi serta dedikasi terhadap aspirasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Amway tidak hanya menawarkan peluang bisnis yang mandiri secara finansial, manun juga kepuasana pribadi yang


(48)

datang dari pencapaian serta pengakuan atas keberhasilan oleh mitra dan asosiasi bisnis.

4.1.1.5. Prinsip-Prinsip

Rich DeVos dan Jay Van Andel merintis usaha Amway atas dasar prinsip-prinsip sebagai berikut:

Kebebasan

Kebebasan adalah kondisi yang alami dan lingkungan paling kondusif untuk hidup, bekerja, berprestasi, dan bertumbuh. Bisnis Amway menjunjung tinggi dan memperluas kebebasan setiap IBOnya, baik dalam aspek pribadi maupun ekonomi.

Keluarga

Keluarga merupakan struktur sosial terutama bagi setiap orang, sebagai sumber kasih sayang dan pertumbuhan sekaligus penyambung tradisi dan warisan. Oleh karena itu Amway menerapkan pada semua IBOnya untuk menjadikan keluarga sebagai prioritas utama dalam segala hal.

Harapan

Harapan merupakan pembangkit semangat untuk merajut impian, merumuskan tujuan, dan mengantar menuju cita-cita. Karena adanya harapan itu, Amway membawa perubahan besar dalam menjawab kebutuhan banyak orang di seluruh dunia.

Imbalan

Imbalan mengandung tindakan timbal-balik antara memberi dan menerima. Mendapat imbalan berarti menerima penghargaan atas komitmen dan kontribusi seseorang, serta memperoleh kompensasi atas jerih payah yang dikerjakannya. Imbalan meningkatkan produktivitas atas rampungnya suatu tugas dan sekaligus sebagai pemacu


(49)

tugas baru. Oleh karena itu Amway menjadikan imbalan sebagai prinsip dalam bisnis untuk dapat terus memacu kinerja IBO-IBOnya.

4.1.1.6. Produk-produk PT Amindoway jaya

PT Amindoway Jaya mendistribusikan dan memasarkan 6 produk inti, diantaranya :

1. Kesehatan dan Kebugaran

Makanan tambahan Nutrilite untuk dewasa dan anak-anak

2. Kosmetik dan Perawatan Diri

Kosmetik dan perawatan kulit Artistry

3. Perawatan Diri

Perawatan mulut dan gigi Glister, perawatan tubuh Body Series, dan perawatan rambut Protique

4. Perawatan Rumah Tangga

Produk perawatan pakaian, perawatan dapur, perawatan mobil, perawatan rumah dan pewangi ruangan

5. Peralatan Rumah Tangga

Alat masak Amway Queen Cookware dan sistem pengolahan air bersih Amway Water Treatment Sistem

6. Pertanian

Produk perata dan perekat APSA-800 WSC, pupuk pelengkap benih Nutrifarm SD dan pupuk pelengkap cair Nutrifarm AG.

Selain 6 kategori tersebut, Amindoway Jaya juga bekerja sama dengan produsen dan perusahaan lokal dalam memasarkan produk. Adapun kategori kerja sama tersebut ialah :


(50)

• Kesehatan dan kecantikan

• Perlengkapan rumah tangga

• Permainan edukasi anak

• Alat tulis

• Kartu telepon

• Makanan dan minuman

Jasa dan Manfaat: • Majalah dan Koran

• Asuransi

• Perbankan

• Komputer

• Maskapai Penerbangan

• Hotel

• Optik

• Inernet

• Provider

Produk-produk Amway hanya bisa dibeli di outlet-outlet Amway yang biasanya disebut dengan Amway Distribution Center (ADC) dan Amway product Center (APC). ADC menyediakan semua produk Amway, sedangkan APC hanya menyediakan 100 produk Amway yang paling diminati. Yang dapat memesan produk-produk Amway langsung ke ADC atau APC hanya IBO Amway yang masih aktif atau yang baru bergabung. Di Indonesia, saat ini telah ada 15 ADC dan 7 APC yang tersebar di seluruh Indonesia, lebih rincinya pada Tabel 4.


(51)

Tabel 4. Amway Distribution Center (ADC) dan Amway Product Center (APC) di Indonesia

No ADC No APC

1 ADC Pancoran 1 APC Pekan Baru

2 ADC Kebon Jeruk 2 APC Solo

3 ADC Kelapa gading 3 APC Makasar

4 ADC Bekasi 4 APC Palembang

5 ADC Bogor 5 APC Balikpapan

6 ADC Bandung 6 APC Samarinda

7 ADC Surabaya 7 APC Manado

8 ADC Medan

9 ADC Denpasar

10 ADC Batam

11 ADC Semarang

12 ADC Pontianak

13 ADC Lampung

14 ADC Yogyakarta

15 ADC Malang

Sumber : Amway, 2003

4.1.2. Network TwentyOne 4.1.2.1. Sejarah

Network TwentyOne adalah sebuah perusahaan yang didirikan oleh Jim dan Nancy Dornan. Mereka bergabung dengan Amway Amerika pada awal tahun 1970-an karena ingin mendapatkan penghasilan tambahan untuk membiayai biaya pengobatan anak keduanya yang menderita kelainan tulang punggung.

Berdasarkan pengalamannya pada tahun-tahun pertama mereka membangun bisnis, akhirnya mereka mendirikan perusahan N21 yang mengkhususkan diri dalam hal pelatihan bagi para IBO Amway.

N21 merupakan organisasi pendukung yang memberikan pengajaran-pengajaran di seluruh dunia dan berdedikasi tinggi untuk kesuksesan para pengusaha pemasaran jaringan produk Amway

Dukungan dan pelatihan N21 terhadap IBO Amway di berbagai negara, memberikan pendidikan yang efektif dan


(52)

struktur lengkap dimana para IBO Amway secara individual dapat mempelajari bagaimana menjadi produktif dan pemimpin yang kompeten. Saat ini Network 21 telah mencakupi 39 negara (www.n21.com), seperti terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Negara-negara cakupan Network 21

No No

1 Amerika Serikat 21 Korea

2 Afrika Selatan 22 Kroasia

3 Argentina 23 Meksiko

4 Australia 24 Malaysia

5 Austria 25 Norwegia

6 Brazil 26 Perancis

7 Chili 27 Polandia

8 Cina 28 Republik Czech

9 Denmark 29 Republik Slovakia

10 Filipina 30 Romania

11 Finlandia 31 Selandia Baru

12 Hongkong 32 Singapura

13 Hungaria 33 Slovenia

14 India 34 Swedia

15 Indonesia 35 Switzerland

16 Inggris 36 Thailand

17 Italia 37 Turki

18 Jerman 38 Venezuela

19 Kanada 39 Yunani

20 Kolombia Sumber: www.n21.com

4.1.2.2. Materi-materi Network 21

Pendidikan dan materi pendukung yang disusun oleh N21 untuk dapat digunakan IBO Amway yaitu berupa kaset-kaset, buku-buku pegangan, vcd, dan juga seminar-seminar. Materi-materi tersebut bertujuan untuk memudahkan IBO Amway dalam menjalankan bisnis Amway, dan biasanya berisi mengenai bagaimana caranya menjalankan bisnis Amway yang efektif yang dapat diduplikasi atau diikuti oleh semua orang. Salah satu materi pendukung dari N21 yaitu pertemuan, diantaranya yaitu:


(53)

Infonite

Merupakan pertemuan yang diadakan setiap minggu sekali. Dalam seminar ini dijelaskan bagaiman cara menjalankan bisnis Amway dan keuntungan yang akan didapat dari hasil menjalankan bisnis Amway. Sebagai pembicara atau pengajar biasanya IBO-IBO yang telah mencapai kesuksesan dalam bisnis Amway. Tujuan dari diadakannya seminar ini yaitu memberikan pembelajaran pada IBO-IBO lainnya untuk melakukan hal yang sama yang dilakukan oleh IBO-IBO sebelumnya yang telah sukses. Untuk menghadiri seminar ini IBO dikenakan biaya administrasi sebesar Rp 10.000,-.

Network Building Training (NBT)

NBT diadakan satu kali dalam sebulan. Dalam NBT, IBO akan mendapatkan pelajaran lebih terperinci mengenai cara menjalankan bisnis Amway serta motivasi agar tetap eksis dalam bisnis Amway. Untuk menghadiri NBT, setiap IBO dikenakan biaya administrasi sebesar Rp 10.000,-.

Business Building Seminar (BBS)

BBS diadakan satu kali dalam sebulan dengan harga tiket sebesar RP 45.000,-. BBS merupakan seminar yang lebih besar dibandingkan Infonite dan NBT. Tujuan utama BBS adalah untuk membangun semangat dan visi para IBO. Pembicara dalam seminar ini adalah IBO yang telah sukses, seperti Diamond, pembicara biasanya menceritakan kisah suksesnya dalam menjalankan bisnis Amway dan kemudian membagi ilmunya kepada IBO lainnya.

Leadership Seminar (LS)

LS merupakan seminar paling besar dan paling penting yang diadakan Network 21.LS diadakan setiap 4 bulan sekali atau 3 kali dalam setahun. Dalam seminar ini yang berperan sebagai pembicara bukan hanya IBO-IBO dari


(54)

Indonesia saja tetapi juga dari luar negeri. LS diadakan selama 3 hari, dan biaya yang dikenakan pada setiap pesertanya adalah sebesar Rp 475.000,-.

Selain seminar-seminar diatas, para Upline dan Downline juga sering mengadakan pertemuan yang biasa disebut konsultasi. Maksud diadakanya konsultasi yaitu untuk menjaga dan memotivasi membantu para Downline agar tetap semangat menjalankan bisnis tersebut. Dalam konsultasi tersebut para Downline dapat bertanya pada UpIinenya mengenai kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan bisnis Amway, dan Upline akan membantu mencari solusinya dengan cara memberikan strategi-strategi dalam menjalankan bisnis Amway, hal-hal yang harus dilakukan untuk kesuksesan menjalankan bisnis Amway, serta tujuan yang diharapkan baik itu jangka panjang ataupun jangka pendek. Konsultasi ini bisa dilakukan kapan saja tergantung dari waktu Upline dan Downline itu sendiri. Dengan adanya konsultasi ini, maka bisa jadi seorang Downline akan melakukan hal yang sama dengan Uplinenya.

4.1.2.3. Peringkat IBO Amway dengan Sistem Network TwentyOne

Selain peringkat yang berasal dari Amway, N21 memperkenalkan tiga peringkat yang memcerminkan kestabilan bisnis para IBO. Level terendah yang ada dalam N21 yaitu level Leaders Club (LC) yaitu IBO yang memiliki 10 orang Downline, dengan jumlah PV grup yang diperoleh sebesar 2.000.000 PV,dan memiliki 7 Business Development Program (BDP). Maksud dari 7 BDP yaitu 7 orang yang berlangganan paket BDP. BDP itu sendiri adalah paket yang terdiri dari kaset-kaset pembelajaran bisnis Amway. Di atas LC ada Executive Leaders Club (ELC), yaitu level dimana IBO berhasil mensponsori 20 Downline, mempunyai 20 orang pelanggan paket BDP, dan


(55)

memperoleh 6.500.000 PV atau mencapai peringkat 15%. ELC juga dapat dicapai jika seseorang memiliki 3 LC. LC dan ELC adalah peringkat-peringkat di bawah Silver Producer. Untuk peringkat di atas Platinum, N21 memperkenalkan peringkat Executive Platinum atau Executive Direct Distributor (EDD). EDD yaitu peringkat yang diberikan kepada seorang Platinum yang sudah memiliki tiga grup atau kaki ELC. Seorang EDD diharapkan akan segera menjadi Emerald dengan bisnis yang stabil. Level selanjutnya yaitu SP, GP, Platinum, Diamond, Double Diamond, Triple Diamond, Crown, dan terakhir Crown Ambassador.

4.2. Pertumbuhan Bisnis MLM

Kebanyakan orang hanya mengetahui perusahan-perusahaan MLM terkenal dan besar saja yang terdapat di Indonesia seperti, Amway, CNI, Sophie Martin, atau Tupperware. Tetapi kenyataannya saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 150 perusahaan MLM yang resmi beroperasi dan pertumbuhannya cukup mengesankan, setiap bulannya terdapat dua sampai tiga perusahaan MLM yang baru berdiri. (www.mlmindonesia.com). Tetapi yang resmi tercatat di Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) hanya ada 62 perusahaan MLM. (www.apli.co.id).

Pertumbuhan bisnis MLM juga dapat terlihat dari data perusahaan MLM yang terdaftar di APLI, sejak tahun 1993 hingga saat ini. Pada tahun 1993 ada delapan perusahaan MLM yang resmi terdaftar di APLI, tahun 1995 hanya satu perusahaan, tahun 1996 ada empat perusahaan MLM yang baru terdaftar, tahun 1997 ada satu perusahaan, tahun 1998 ada lima perusahaan, tahun 1999 ada lima perusahaan, tahun 2000 ada enam perusahaan, tahun 2001 ada enam perusahaan, tahun 2002 ada tiga perusahaan, tahun 2003 ada sembilan perusahaan, tahun 2004 ada sembilan perusahaan, dan tahun 2005 ada empat perusahaan MLM baru terdaftar di APLI. Dengan demikian rata-rata pertumbuhan bisnis MLM per tahun yaitu lima perusahaan MLM per tahun.(www.apli.co.id) Untuk lebih rincinya terdapat pada Lampiran 1.


(56)

4.3. Tingkat Pertumbuhan Bisnis Amway

Amway Corporation adalah sebuah perusahaan network marketing yang merupakan salah satu anak perusahaan Alticor Corporation. Alticor Corporation bermarkas di Amerika Serikat dan di bawah kepemimpinan putra bungsu Rich DeVos, Doug DeVos selaku Precident dan Chief Executive Officer dan Steve Van Andel (dari pihak Jay Van Andel) selaku Chairman.

Omzet penjualan gabungan seluruh dunia Amway hingga November 2004 mencapai 6,2 miliar dollar AS dengan 80 % omzet penjualan bersumber dari luar AS, seperti Indonesia, Malaysia, Korea, Cina, Jepang dan negara-negara lainnya. Meskipun baru masuk beberapa tahun lalu, tingkat pertumbuhan Amway di Singapura berkembang cepat hingga mencapai 40% per tahun. Di Malaysia, tingkat pertumbuhan Amway masih sekitar 9-10% per tahun meskipun sudah berdiri sejak 30 tahun lalu. Di Thailand, Amway sudah ada sejak 20 tahun lalu dengan tingkat pertumbuhan 20-25% per tahun. Sementara tingkat pertumbuhan Amway di Indonesia mencapai 30% per tahun. Tingkat pertumbuhan Amway di Korea dan Cina juga cukup pesat berkisar antara 20-30% per tahun. Pertumbuhan Amway secara keseluruhan mencapai 30% per tahun. (www.kompas.co.id 25/01/05)

4.4. Pola Pertumbuhan Bisnis Amway

Bisnis MLM hampir mirip dengan bisnis waralaba, dimana kedua bisnis tersebut sama-sama memiliki sistem yang merupakan kunci sukses dari kedua bisnis tersebut. Sistem yang dimaksud merupakan sebuah pola bisnis atau pola penjualan yang diciptakan oleh seseorang. Seseorang tersebut kemudian menjual sistem tersebut kepada para investor lain. Seseorang yang menginvestasikan uangnya untuk salah satu dari kedua bisnis tersebut, bisa dikatakan orang tersebut membeli sebuah sistem, dimana orang tersebut menduplikasi sistem yang sudah terbukti kesuksesannya. Misalnya saja bisnis waralaba, seperti Mc Donald, KFC, Video Ezy, dan waralaba lainnya, setiap gerainya hampir sama satu sama lain, mulai dari tata interior, cara penyajian,


(1)

Lampiran 9. Perhitungan Penerimaan IBO 4

¾Periode 1

PV Pribadi IBO : 100.000 PV Penerimaan :

- Keuntungan Eceran : 30% x 100.000 PV x Rp 4,- Rp 120.000.- ¾Periode 2

PV Pribadi IBO : 100.000 PV

PV Kelompok : 2 x 200.000 PV = 200.000 PV Penerimaan :

- Keuntungan Eceran : 30% x 100.000 PV x Rp 4,- =Rp 120.000,-

Total Penerimaan : Rp 120.000,- ¾Periode 3

PV Pribadi IBO : 100.000 PV

PV Kelompok : 3 x 100.000 PV = 300.000 PV Penerimaan :

- Keuntungan Eceran : 30% x 100.000 PV x Rp 4,- = Rp 120.000,-

Total Penerimaan : Rp 120.000,- ¾Periode 4

PV Pribadi IBO : 100.000 PV

PV Kelompok : 5 x 100.000 PV = 500.000 PV (3%) Penerimaan :

- Keuntungan Eceran : 30% x 100.000 PV x Rp 4,- = Rp 120.000,- - Bonus Rabat : 3% x 500.000 PV x Rp 4,- = Rp 60.000,-

Total Penerimaan : Rp 180.000,- ¾Periode 5

PV Pribadi IBO : 100.000 PV

PV Kelompok : 7 x 100.000 PV = 700.000 PV (3%) Penerimaan :

- Keuntungan Eceran : 30% x 100.000 PV x Rp 4,- = Rp 120.000,- - Bonus Rabat : 3% x 700.000 PV x Rp 4,- = Rp 84.000,-

Total Penerimaan : Rp 204.000,- ¾Periode 6

PV Pribadi IBO : 100.000 PV

PV Kelompok : 11 x 100.000 PV = 21.100.000 PV (6%) PV Kelompok Tim 1 : 4 x 100.000 PV = 400.000 PV (3%) Penerimaan :

- Keuntungan Eceran : 30% x 100.000 PV x Rp 4,- = Rp 120.000,- - Bonus Rabat : (6% x 1.100.000 PV) - (3% x 400.000 PV)

x Rp 4,- = Rp 216.000,-

Total Penerimaan : Rp 336.000,-

¾Periode 7

PV Pribadi IBO : 100.000 PV

PV Kelompok : 15 x 100.000 PV = 1.500.000 PV (6%) PV Kelompok Tim 1 : 4 x 100.000 PV = 400.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 2 : 4 x 100.000 PV = 400.000 PV (3%) Penerimaan :


(2)

- Bonus Rabat : (6% x 1.500.000 PV) – (3% x 800.000 PV)

x Rp 4,- = Rp 456.000,-

Total Penerimaan : Rp 576.000,- ¾ Periode 8

PV Pribadi IBO : 100.000 PV

PV Kelompok : 23 x 100.000 PV = 2.300.000 PV (12%) PV Kelompok Tim 1 : 8 x 100.000 PV = 800.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 2 : 4 x 100.000 PV = 400.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 3 : 4 x 100.000 PV = 400.000 PV (3%) Penerimaan :

- Keuntungan Eceran : 30% x 100.000 PV x Rp 4,- = Rp 120.000,- - Bonus Rabat : (12% x 2.300.000 PV) – (3% x 1.600.000 PV)

x Rp 4,- = Rp 912..000,-

Total Penerimaan : Rp 1.032.000,- ¾Bulan 9

PV Pribadi IBO : 100.000 PV

PV Kelompok : 31 x 100.000 PV = 3.100.000 PV (12%) PV Kelompok Tim 1 : 8 x 100.000 PV = 800.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 2 : 8 x 100.000 PV = 800.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 3 : 4 x 100.000 PV = 400.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 4 : 4 x 100.000 PV = 400.000 PV (3%) Penerimaan :

- Keuntungan Eceran : 30% x 100.000 PV x Rp 4,- = Rp 120.000,- - Bonus Rabat : (12% x 6.200.000 PV) - (3% x 2.400.000 PV)

x Rp 4,- = Rp 1.200.000,-

Total Penerimaan : Rp 1.320.000,- ¾ Periode 10

PV Pribadi IBO : 100.000 PV

PV Kelompok : 47 x 100.000 PV = 4.700.000 PV (12%) PV Kelompok Tim 1 : 16 x 100.000 PV = 1.600.000 PV (6%) PV Kelompok Tim 2 : 8 x 100.000 PV = 800.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 3 : 8 x 100.000 PV = 800.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 4 : 4 x 100.000 PV = 400.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 5 : 4 x 100.000 PV = 400.000 PV (3%) Penerimaan :

- Keuntungan Eceran : 30% x 100.000 PV x Rp 4,- = Rp 120.000,- - Bonus Rabat : (12% x 4.700.000 PV) - (6% x 1.600.000 PV)

– (3% x 2.400.000PV) x Rp 4,- = Rp 1.584.000,-

Total Penerimaan : Rp 1.704.000,-

¾Periode 11

PV Pribadi IBO : 100.000 PV

PV Kelompok : 63 x 100.000 PV = 6.300.000 PV (12%) PV Kelompok Tim 1 : 16 x 100.000 PV = 1.600.000 PV (6%) PV Kelompok Tim 2 : 16 x 100.000 PV = 1.600.000 PV (6%) PV Kelompok Tim 3 : 8 x 100.000 PV = 800.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 4 : 8 x 100.000 PV = 800.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 5 : 4 x 100.000 PV = 400.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 6 : 4 x 100.000 PV = 400.000 PV (3%)


(3)

Penerimaan :

- Keuntungan Eceran : 30% x 100.000 PV x Rp 4,- = Rp 120.000,- - Bonus Rabat : (12% x 6.300.000 PV) - (9% x 6.400.000 PV)

– (6% x 3.200.000 PV) - (3% x 2.400.000 PV)

x Rp 4,- = Rp 5.712.000,-

Total Penerimaan : Rp 5.952.000,-

¾ Periode 12

PV Pribadi IBO : 200.000 PV

PV Kelompok : 95 x 200.000 PV = 19.000.000 PV (21%) PV Kelompok Tim 1 : 32 x 200.000 PV = 6.400.000 PV (15%) PV Kelompok Tim 2 : 16 x 200.000 PV = 3.200.000 PV (9%) PV Kelompok Tim 3 : 16 x 200.000 PV = 3.200.000 PV (9%) PV Kelompok Tim 4 : 8 x 200.000 PV = 1.600.000 PV (6%) PV Kelompok Tim 5 : 8 x 200.000 PV = 1.600.000 PV (6%) PV Kelompok Tim 6 : 4 x 200.000 PV = 800.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 7 : 4 x 200.000 PV = 800.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 8 : 2 x 200.000 PV = 400.000 PV (3%) PV Kelompok Tim 9 : 2 x 200.000 PV = 400.000 PV (3%) Penerimaan :

- Keuntungan Eceran : 30% x 100.000 PV x Rp 4,- = Rp 120.000,- - Bonus Rabat : (21% x 19.000.000 PV) - (6% x 3.200.000 PV)

- (3% x 2.400.000 PV) x Rp 4,- = Rp 1.968.000,-

Total Penerimaan : Rp 2.088.000,- Total Penerimaan Tahunan : Rp


(4)

11.412.000.-Lampiran 5. Perkiraan Biaya Usaha Bisnis Amway

Periode ke Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8

Biaya Tetap

Seminar 1.140.000 1.140.000 1.140.000 1.615.000 1.140.000 1.140.000 1.140.000 1.615.000

Registrasi Tahunann

Total BiayaTetap 1.140.000 1.140.000 1.140.000 1.615.000 1.140.000 1.140.000 1.140.000 1.615.000

Biaya Variabel

Transportasi 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000

Komunikasi 200.000 20.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000

Total Biaya Variabel 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000 350.000

Total Biaya 1.490.000 1.490.000 1.490.000 1.965.000 1.490.000 1.490.000 1.490.000 1.965.000

Periode ke Keterangan

9 10 11 12

Biaya Tetap

Seminar 1.140.000 1.140.000 1.140.000 1.615.000

Registrasi Tahunann 40.000

Total BiayaTetap 1.140.000 1.140.000 1.140.000 1.655.000

Biaya Variabel

Transportasi 150.000 150.000 150.000 150.000

Komunikasi 200.000 200.000 200.000 200.000

Total Biaya Variabel 350.000 350.000 350.000 350.000


(5)

Lampiran 10. Perhitungan PBP IBO 1

Periode Pengeluaran Penerimaan Keuntungan Sisa Modal Yang Belum Kembali

0 1.099.000 -1.099.000 -1.099.000

1 153.000 240.000 87.000 -1.012.000

2 153.000 288.000 135.000 -877.000

3 153.000 288.000 135.000 -742.000

4 153.000 480.000 327.000 -415.000

5 153.000 864.000 711.000 296.000

Lampiran 11. Perhitungan PBP IBO 2

Periode Pengeluaran Penerimaan Keuntungan Sisa Modal Yang Belum Kenbali

0 1.099.000 -1.099.000 -1.099.000

1 153.000 240.000 87.000 -1.012.000

2 153.000 288.000 135.000 -877.000

3 153.000 312.000 159.000 -718.000

4 153.000 432.000 279.000 -439.000

5 153.000 480.000 327.000 -112.000

6 153.000 840.000 687.000 575.000

Lampiran 12. Perhitungan PBP IBO 3

Periode Pengeluaran Penerimaan Keuntungan Sisa Modal yang Belum Kembali

0 1.099.000 -1.099.000 -1.099.000

1 153.000 120.000 -33.000 -1.132.000

2 153.000 120.000 -33.000 -1.165.000

3 153.000 168.000 15.000 -1.150.000

4 153.000 168.000 15.000 -1.135.000

5 153.000 360.000 207.000 -928.000

6 153.000 744.000 591.000 -337.000

7 153.000 1.512.000 1.359.000 1.022.000

Lampiran 13. Perhitungan PBP IBO 3

Periode Pengeluaran Penerimaan Keuntungan Sisa Modal yang Belum Kembali

0 1.099.000 -1.099.000 -1.099.000

1 153.000 120.000 -33.000 -1.132.000

2 153.000 120.000 -33.000 -1.165.000

3 153.000 120.000 -33.000 -1.198.000

4 153.000 180.000 27.000 -1.171.000

5 153.000 204.000 51.000 -1.120.000

6 153.000 336.000 183.000 -937.000

7 153.000 576.000 423.000 -514.000


(6)

Lampiran 10. Perhitungan PBP IBO 1

Periode Pengeluaran Penerimaan Keuntungan Sisa Modal Yang Belum Kembali

0 1.099.000 -1.099.000 -1.099.000

1 153.000 240.000 87.000 -1.012.000

2 153.000 288.000 135.000 -877.000

3 153.000 288.000 135.000 -742.000

4 153.000 480.000 327.000 -415.000

5 153.000 864.000 711.000 296.000

Lampiran 11. Perhitungan PBP IBO 2

Periode Pengeluaran Penerimaan Keuntungan Sisa Modal Yang Belum Kenbali

0 1.099.000 -1.099.000 -1.099.000

1 153.000 240.000 87.000 -1.012.000

2 153.000 288.000 135.000 -877.000

3 153.000 312.000 159.000 -718.000

4 153.000 432.000 279.000 -439.000

5 153.000 480.000 327.000 -112.000

6 153.000 840.000 687.000 575.000

Lampiran 12. Perhitungan PBP IBO 3

Periode Pengeluaran Penerimaan Keuntungan Sisa Modal yang Belum Kembali

0 1.099.000 -1.099.000 -1.099.000

1 153.000 120.000 -33.000 -1.132.000

2 153.000 120.000 -33.000 -1.165.000

3 153.000 168.000 15.000 -1.150.000

4 153.000 168.000 15.000 -1.135.000

5 153.000 360.000 207.000 -928.000

6 153.000 744.000 591.000 -337.000