Aktivitas Belajar Kajian Teori

17

2.1.4 Aktivitas Belajar

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi Gage and Berliner 1984: 267 dalam Dimyati dan Muji 2007: 44-45. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses pembelajaran siswa mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan. Thorndike dalam Anni 2007: 27 mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum latihan law of exercise. Hubungan antara stimulus dan respon akan menjadi kuat apabila sering dilakukan latihan. Dengan kata lain bahwa hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi baik kalau dilatih. Sebaliknya, apabila tidak ada latihan maka hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi lemah. Apabila stimulus yang diberikan secara periodik, kemungkinan respon yang ditunjukkan dapat meningkat menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Stimulus ini dapat berupa bahan belajar yang diberikan guru, sedangkan respon merupakan aktivitas belajar yang ditunjukkan siswa. Oleh karena itu, hukum latihan ini memerlukan tindakan belajar sambil bekerja learning by doing. Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa 18 membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain. Kegiatan psikis yang berhubungan dengan bahan belajar merupakan aktivitas belajar yang dialami siswa sebagai suatu proses belajar. Proses belajar merupakan sesuatu yang dialami oleh siswa dan aktivitas belajar merupakan sesuatu yang dapat diamati oleh guru. Proses belajar merupakan kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman lain yang dialami dan dihayati oleh siswa sendiri. Kegiatan atau proses belajar ini terpengaruh oleh sikap, motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan, menggali, dan unjuk prestasi. Proses belajar ini tertuju pada bahan belajar dan sumber belajar yang direncanakan guru. Proses belajar yang berhubungan dengan bahan belajar tersebut, dapat diamati oleh guru, dan umumnya dikenal sebagai aktivitas belajar siswa Dimyati dan Muji 2007: 238. Penilaian proses belajar siswa melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam berbagai hal, antara lain saat siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, dan terlibat dalam pemecahan masalah. Siswa yang aktif tidak segan bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi, serta berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. Saat melakukan diskusi kelompok, siswa juga mampu bekerja sama dan melaksanakan tugas kelompok sesuai petunjuk guru. Dengan selalu melatih 19 kemampuan dirinya, siswa aktif juga akan mampu menerapkan dan menggunakan apa yang diperolehnya untuk menyelesaikan masalah atau persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan aktivitas belajar merupakan seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar seperti mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi seperti saat melakukan diskusi kelompok, terus melatih kemampuan diri, dan menerapkan kemampuannya untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.5 Hasil Belajar