Refleksi Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I

76 Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Observasi Performansi Guru pada Siklus I Pertemua n APK G Skor Perolehan Konversi Nilai Nilai Akhir Rata- rata 1 1 27 84,375 77,25 81,25 2 27 67,5 3 33 82,5 2 1 28 87,5 82,5 2 31 77,5 3 33 82,5 3 1 28 87,5 84 2 32 80 3 34 85 Pada tabel 4.5. menunjukkan performansi guru pada siklus I dengan nilai 81,25 secara umum termasuk dalam kriteria sangat baik. Konversi nilai pada pertemuan 1 telah memenuhi persyaratan dengan nilai akhir 77,25. Skor perolehan APKG 1 dan APKG 3 pada pertemuan 1 juga telah memenuhi persyaratan 27 dan 33, namun skor perolehan APKG 2 sebesar 27 belum memenuhi persyaratan APKG 2 skor terendah 28,4. Sedangkan performansi guru pada pertemuan 2 dan 3 seluruhnya telah memenuhi persyaratan APKG 1, 2 dan 3.

4.1.2.3 Refleksi

Secara umum, nilai rata-rata kelas pada siklus I memang telah memenuhi KKM yaitu 71,24 KKM ≥70. Jika ditelaah kembali, terdapat kesenjangan antara perolehan nilai rata-rata kelas pada pertemuan 1, 2 dan 3. Jika pada pertemuan 1 rata-rata kelas mencapai nilai 80,57, pada pertemuan 2 rata-rata kelas mengalami penurunan menjadi 61,14. Hal ini dikarenakan pada perbedaan kompetensi yang 77 harus dicapai siswa dan kegiatan pembelajaran saat pelaksanaan tindakan. Kompetensi yang harus dicapai pada pertemuan 1 yakni menjelaskan kegunaan sumber daya alam, sedangkan pada pertemuan 2 dan 3 meningkat menjadi mengidentifikasi jenis-jenis sumber daya alam. Tingkat kesukaran tes formatif yang diberikan pun disesuaikan dengan tingkat kompetensi yang harus dikuasai siswa. Melihat rata-rata kelas pada pertemuan 2 yang menurun, guru mencoba memotivasi siswa sehingga pada pertemuan 3 rata-rata kelas berhasil mencapai nilai 72 memenuhi KKM. Meskipun rata-rata kelas pada siklus I telah memenuhi KKM, ketuntasan belajar klasikal jauh dari kriteria keberhasilan 75. Secara umum, tuntas belajar klasikal pada siklus I hanya sebesar 59,05. Kegiatan pembelajaran berupa penugasan dan diskusi kelompok ternyata menimbulkan ketergantungan siswa terhadap siswa yang lain sehingga saat diberikan tes formatif secara individu nilai yang diperoleh belum mencapai KKM. Keberhasilan siklus I terlihat pada aktivitas siswa yang mencapai 77,34 kriteria aktivitas sangat tinggi. Penerapan metode field trip terbukti dapat meningkatkan aktivitas siswa. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1 dilakukan di luar ruang kelas, sedangkan pertemuan 2 dan 3 dilakukan di dalam kelas kembali. Saat siswa melakukan pengamatan di luar kelas, masing-masing siswa memiliki kesempatan untuk bebas aktif dan mengeksplorasi lingkungan sekitar sebagai bahan pembelajaran. Siswa bebas melihat, meraba, mengeluarkan pendapat dan bertanya kepada guru atau sesama siswa mengenai materi pembelajaran. Sedangkan saat kegiatan pembelajaran kembali dilakukan di dalam 78 kelas, aktivitas siswa seakan terbatasi oleh keempat dinding yang mengelilingi ruang kelas. Itulah mengapa skor perolehan aktivitas siswa pada pertemuan 1 lebih tinggi daripada pertemuan 2 dan 3. Perolehan nilai hasil belajar dan aktivitas siswa tentu tidak terlepas dari performansi guru saat melaksanakan tindakan pembelajaran. Berdasarkan perolehan nilai pada APKG 1, 2 dan 3, performansi guru pada siklus I dapat dikatakan cukup baik dengan perolehan nilai rata-rata 81,25. Akan tetapi, perlu diingat bahwa pada pertemuan 1 skor perolehan APKG 2 belum mencapai syarat lulus. Terdapat beberapa kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran yakni saat kegiatan pendahuluan, konfirmasi, dan kegiatan penutup. Kemampuan pengkondisian kelas perlu ditingkatkan. Meskipun performansi guru telah meningkat pada pertemuan 2 dan 3, kegiatan koreksi diri dan perbaikan tetap harus dilakukan untuk peningkatan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

4.1.2.4 Revisi