2. Keberhasilan model
pembelajaran melaului
pemecahan masalah
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. Sanjaya, 2007: 221
C. Pengukuran Besaran Listrik
Di SMK Negeri 3 Semarang pengukuran besaran listrik adalah salah satu kelompok mata diklat produktif yaitu Dasar Kompetensi Kejuruan DKK pada
kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik. Karena merupakan kelompok mata diklat produktif, pembelajaran mata diklat pengukuran besaran
listrik diperlukan berbagai pendekatan dan model pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi mata
diklat pengukuran besaran listrik. Mata diklat ini berfungsi untuk mendukung kemampuan peserta didik dalam melaksanakan tugas di dunia kerja.
Sesuai dengan spektrum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Jenjang pendidikan kejuruan, hasil belajar peserta didik pada mata diklat
pengukuran besaran listrik diharapkan mampu mendeskripsikan konsep pengukuran besaran-besaran listrik, melakukan pengukuran besaran listrik,
menganalisis hasil pengukuran besaran-besaran listrik. Berdasarkan kurikulum SMK Negeri 3 Semarang, tujuan pembelajaran
dalam kompetensi dasar mendeskripsikan konsep pengukuran besaran-besaran listrik yaitu:
1. Peserta didik diharapkan mampu mendeskripsikan konsep pengukuran besaran-besaran listrik.
2. Peserta didik diharapkan mampu menguasai konsep pengukuran besaran- besaran listrik
3. Peserta didik diharapkan mampu mengoperasikan macam-macam alat ukur listrik
D. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah mengalami aktivitas belajar. Kemampuan diperoleh tergantung pada apa yang
dipelajari peserta didik. Oleh karena itu apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka kemampuan yang diperoleh berupa
penguasaan konsep. Sudjana 2009: 22 menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Menurut Benyamin S. Bloom hasil belajar ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar yang berupa kemampuan dan kemahiran intelektual. Benyamin S.
Bloom juga mengklasifikasikan hasil belajar ranah kognitif menjadi enam kategori, yaitu:
1. Pengetahuan; didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi materi peserta didikan yang telah dipelajari sebelumnya.
Pengetahuan meliputi pengetahuan hafalan mulai dari fakta spesifik sampai
teori yang kompleks. Misalnya: rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota.
2. Pemahaman; didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi peserta didikan. Misalnya menjelaskan menjelaskan dengan susunan
kalimatnya sendiri dari sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah diberikan, atau menggunakan petunjuk penerapan
pada kasus lain 3. Penerapan; adalah kemampuan penggunaan materi yang dipelajari pada
situasi baru dan konkret. Hal ini berupa aturan, metode, konsep, prinsip- prinsip, dalil, dan teori. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru
apabila tetap terjadi proses pemecahan masalah 4. Analisis; adalah kemampuan menguraikan suatu fakta, konsep, pendapat dan
asumsi atas bagian-bagiannya, sehingga dapat menentukan hubungan masing- masing bagian. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang
memanfaatkan kecakapan dari ketiga hasil belajar sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif
dan dapat memilahkan integrasi menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu 5. Sintetis; mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam
rangka membentuk struktur yang baru. Berpikir sintetis adalah berpikir divergen, artinya pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan.
Berpikir sintetis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang berpikir kreatif. Seseorang yang kreatif sering menemukan atau menciptakan
sesuatu. Hasil belajar ini menekankan pada perilaku kreatif seseorang.
6. Penilaian; adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materil, dll.
Dalam penilaian perlu adanya suatu kriteria atau standar terentu. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik
setelah mengalami aktivitas belajar. Aktivitas belajar akan terjadi pada peserta didik apabila terdapat interaksi antara situasi dan stimulus dengan isi memori,
sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya situasi stimulus tersebut. Perubahan perilaku pada peserta didik menunjukkan bahwa
peserta didik telah melakukan aktivitas belajar Rifa’i dan Anni, 2011: 85 Menurut Hamalik 2003: 174 mengklasifikasikan aktivitas belajar menjadi
8 kelompok, yaitu kegiatan: visual, lisan oral, mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental, dan emosiomal.
Pada penelitian ini, aktivitas belajar yang akan dicapai antara lain: 1. Kegiatan visual yaitu memperhatikan permasalahan yang diberikan guru.
2. Kegiatan lisan oral yaitu: mengemukakan suatu fakta, mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat dan diskusi.
3. Kegiatan mendengarkan yaitu mendengarkan pendapat teman. 4. Kegiatan menulis yaitu menulis laporan.
5. Kegiatan menggambar yaitu membuat peta konsep alur diskusi 6. Kegiatan metrik yaitu melakukan diskusi.
7. Kegiatan mental yaitu memecahkan masalah. 8. Kegiatan emosional yaitu ketenangan
Menurut Hamalik 2003: 173 Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para peserta didik, karena:
1. para peserta didik mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri;
2. memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan peserta didik; 3. para peserta didik bekerja menurut minat dan kemampuan;
4. memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis; 5. pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis; 6. pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan
di masyarakat.
E. Kerangka Berpikir