Hubungan panjang-berat ikan layur

D. Hubungan panjang-berat ikan layur

Pengujian terhadap hubungan panjang berat ikan layur golok jantan L. savala menunjukkan bahwa pola pertumbuhannya bersifat allometrik positif yang berarti bahwa pertambahan berat tubuh ikan lebih dominan daripada pertambahan panjangnya, dengan nilai koefisien regresi b sebesar 3,2626. Adapun nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari hubungan panjang berat ikan layur golok jantan yaitu 0,9197. Nilai korelasi yang mendekati satu tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara panjang total dengan berat tubuh total ikan layur golok jantan. Hal ini diduga dengan bertambahnya ukuran panjang ikan, maka akan bertambah pula ukuran beratnya. Berbeda dengan ikan layur golok jantan, pengujian terhadap panjang berat ikan layur golok betina menunjukkan bahwa pola pertumbuhannya bersifat allometrik negatif yang berarti bahwa pertambahan panjang tubuh ikan lebih dominan daripada beratnya, dengan nilai koefisien regresi b sebesar 2,8368. Adapun nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari hubungan panjang berat ikan layur golok betina yaitu 0,6464. Nilai korelasi yang mendekati satu tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara panjang total dengan berat tubuh total ikan layur golok betina. Keeratan ini diduga dengan bertambahnya panjang ikan, maka bertambah pula beratnya. Hubungan panjang-berat yang diperoleh ikan layur golok jantan dan betina saling berlawanan. Ikan layur golok jantan memiliki pola pertumbuhan allometrik positif sedangkan ikan betinanya memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif. Hal ini diduga berkaitan dengan ukuran dari ikan yang tertangkap. Pada ikan betina, ikan yang tertangkap lebih banyak yang berukuran besar dan diduga sudah memasuki fase dewasa sehingga terjadi penurunan laju pertumbuhan pada ikan ini. Menurut Haweet dan Ozawa 1996, ikan layur yang sudah dewasa akan mengalami penurunan laju pertumbuhan sampai ukurannya menjadi maksimum. Adapun pada ikan jantan, sampel yang tertangkap lebih banyak yang berukuran sedang dan diduga masih berada fase remaja sehingga ikan ini aktif mencari makan untuk pertumbuhannya. Selain itu, jika dikaitkan dengan ukuran makanan yang dikonsumsi oleh ikan ini, ukuran makanan ikan golok jantan 0,05 – 15,05 gram lebih besar dibandingkan ukuran makanan ikan betinanya 0,05 – 12,85 gram. Kisaran ukuran makanan yang lebih luas pada ikan golok jantan memungkinkan ikan ini untuk memiliki laju pertumbuhan yang lebih besar pula dibandingkan ikan betinanya karena asupan nutrisi dari makanan yang tercerna dalam tubuhnya lebih banyak. Menurut Royce 1972, dari sejumlah makanan yang dikonsumsi oleh ikan, kurang lebih hanya 10 yang digunakan untuk tumbuh dan menambah beratnya, sedangkan selebihnya digunakan untuk tenaga atau memang tidak dapat dicerna Hubungan panjang-berat ikan L. savala dapat terlihat pada Gambar 20. W = 2E-07L 3.2626 r = 0.9197 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 Panjang mm B e ra t g r W = 2E-06L 2.8368 r = 0.8967 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 Panjang mm B e ra t g r . Gambar 20. Hubungan panjang-berat total ikan layur golok L. savala jantan dan betina Berdasarkan pengujian terhadap hubungan panjang berat ikan layur melei T. lepturus jantan dan betina memiliki pola pertumbuhan yang sama yaitu allometrik negatif yang berarti bahwa pertambahan panjang tubuh ikan lebih dominan daripada pertambahan beratnya, dengan nilai koefisien regresi yang Jantan Betina diperoleh ikan jantan dan betina masing-masing adalah 2,7675 dan 2,5628. Adapun nilai koefisien korelasi ikan jantan dan betina masing-masing sebesar 0,9315 dan 0,8769. Nilai korelasi yang mendekati satu tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara panjang total dengan berat tubuh total ikan layur melei jantan maupun betina. Diduga bahwa dengan bertambahnya ukuran panjang ikan, maka bertambah pula ukuran beratnya namun mengalami penurunan laju pertumbuhan hingga ukurannya maksimum. Menurut Effendie 1979, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan meliputi ketersediaan makanan, suhu, umur dan stadia ikan. Selain itu, jika dikaitkan dengan ukuran tubuhnya dan tingkat kematangan gonadnya, diduga karena ikan ini belum matang gonad maka lebih cenderung terjadi proses pertumbuhan pada tubuhnya dari segi ukuran panjangnya. Salah satu dugaan penyebab pola pertumbuhan pada ikan jantan dan betina sama adalah dari ukuran makanan. Ukuran makanan dari ikan jantan dan betina tidak jauh berbeda, yaitu 1,15 gram dan 1,16 gram. Adapun hubungan panjang-berat ikan T. lepturus jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 21. W = 3E-06L 2.7675 r = 9315 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 Panjang mm B e ra t g r . W = 1E-05L 2.5628 r = 0.8769 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 Panjang mm B e ra t g r . Gambar 21. Hubungan panjang-berat total ikan layur melei T. lepturus jantan dan betina Jantan Betina Pengujian terhadap hubungan panjang berat ikan layur gelang luyung jantan G. serpens menunjukkan bahwa pola pertumbuhannya bersifat allometrik positif yang berarti bahwa pertambahan berat tubuh ikan lebih dominan daripada pertambahan panjangnya, dengan nilai koefisien regresi b sebesar 3,3638. Adapun nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari hubungan panjang berat ikan layur golok jantan yaitu 0,9498. Berbeda dengan ikan layur gelang luyung jantan, pengujian terhadap panjang berat ikan layur gelang luyung betina menunjukkan bahwa pola pertumbuhannya bersifat allometrik negatif yang berarti bahwa pertambahan panjang tubuh ikan lebih dominan daripada beratnya, dengan nilai koefisien regresi b sebesar 2,3749. Adapun hubungan panjang-berat ikan G. serpens jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 22. W = 1E-07L 3.3538 r = 0.9498 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 Panjang mm B e ra t g r . W = 8E-05L 2.3749 r = 0.8414 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 Panjang mm B e ra t g r . Gambar 22. Hubungan panjang-berat total ikan layur gelang luyung G. serpens jantan dan betina Jantan Betina Nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari hubungan panjang berat ikan layur gelang luyung betina yaitu 0,5013. Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara panjang total dengan berat tubuh total ikan layur gelang luyung betina. Semakin bertambah ukuran panjangnya maka ukuran beratnya pun akan bertambah pula, namun hanya sampai ukuran maksimum saja, yang diduga ditandai dengan selesainya fase dewasa pada ikan. Hal ini diduga dari ukuran ikan yang tertangkap lebih banyak yang berukuran dewasa hingga tua sehingga pertambahan berat menjadi semakin lambat.

E. Faktor kondisi 1. Faktor kondisi berdasarkan waktu pengamatan