IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Komposisi hasil tangkapan ikan layur
Lokasi penangkapan ikan layur golok L. savala, ikan layur melei T. lepturus dan ikan layur gelang luyung G. serpens berada di sekitar perairan
Palabuhanratu, Ujung Genteng bahkan mencapai perairan Krakatau. Hasil tangkapan ikan layur yang ditangkap pada bulan Juli, September, dan November
2007 tercantum dalam Tabel 4. Tabel 4. Komposisi hasil tangkapan ikan layur selama penelitian di perairan
Palabuhanratu
Jumlah ekor Kisaran
No Nama
lokal Nama latin
Jantan Betina Panjang mm
Berat gram
Total tangkapan
1
layur golok
L. savala
57 44
643,53 ± 100,38 242,23 ± 110,32
101 2
layur melei
T. lepturus
44 27
687,07 ± 164,73 240,42 ± 159,00
71 3
layur gelang
luyung G. serpens
14 8
728,14 ± 65,51 491,03 ± 162,61
22
Jumlah ikan terbanyak yang diperoleh dari hasil tangkapan ikan layur di perairan Palabuhanratu adalah ikan layur golok L. savala. Ikan layur golok L.
savala yang tertangkap sejak bulan Juli 2007 hingga bulan November 2007 berjumlah 101 ekor, terdiri dari 57 ekor ikan jantan dan 44 ekor ikan betina. Ikan
layur melei T. lepturus berjumlah 71 ekor, terdiri dari 44 ekor ikan jantan dan 27 ekor ikan betina. Berbeda dengan kedua spesies sebelumnya, pengambilan ikan
gelang luyung G. serpens dimulai sejak bulan September 2007 hingga November 2007. Ikan ini berjumlah 22 ekor, terdiri dari 14 ekor ikan jantan dan 8
ekor ikan betina. Perbedaan jumlah hasil tangkapan dari ketiga spesies tersebut dikarenakan ikan contoh yang diperoleh, berasal dari nelayan di Palabuhanratu
yang tidak menjadikan ikan layur sebagai tangkapan utamanya. Nelayan lebih
memilih ikan lain yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi walaupun ikan layur merupakan salah satu komoditas ekspor tetapi ada kriteria tertentu yang
harus dimiliki ikan layur agar bisa diekspor dan terjual dengan harga yang tinggi. Hal ini didukung dengan pernyataan Anita 2003 bahwa ikan layur yang biasa di
ekspor dari Palabuhanratu adalah ikan layur jenis Trichiurus savala dengan kisaran berat 200 – 700 gramekor, tidak boleh berada dalam keadaan cacat
berupa ekor putus lebih dari 15 cm, perut pecah serta luka-luka pada tubuhnya. Oleh karena pertimbangan mengenai karakteristik yang harus dipenuhi serta
pertimbangan lainnya seperti biaya operasi yang mahal dalam sekali penangkapan, maka nelayan lebih memilih untuk menangkap ikan lain yang lebih
ekonomis tinggi sehingga bisa mendapatkan untung lebih. Berdasarkan total penangkapan dari ketiga spesies ikan layur, ikan layur
gelang luyung memiliki jumlah tangkapan yang paling sedikit. Ikan layur gelang luyung yang tertangkap merupakan ikan dewasa dengan kisaran panjang dan berat
728,14 ± 65,51 mm; 491,03 ± 162,61 gram. Hal ini diduga pada saat penangkapan yang dilakukan oleh nelayan pada sore hingga malam hari dengan
kedalaman operasi penangkapan sekitar 50 – 60 meter, ikan gelang luyung sedang bermigrasi ke habitatnya yang tersebar pada kedalaman sekitar 200 meter. Ini
didukung dengan pernyataan dalam www.zipcodezoo.com, bahwa ikan layur dewasa umumnya mencari makan di sekitar permukaan perairan sepanjang siang
hari dan bermigrasi ke dasar perairan saat malam hari. Selain itu, diduga saat penangkapan berlangsung ikan layur gelang luyung dapat menghindar dari
pancing rawai yang dipasang oleh nelayan sehingga tidak tertangkap. Hal ini didukung oleh Nakamura dan Parin 1993 yang menyatakan bahwa G. serpens
merupakan perenang cepat. Jika dikaitkan dengan jenis makanan yang dikonsumsi oleh ikan G. serpens yang berupa ikan dan cumi-cumi, kemungkinan
ikan ini lebih menyukai untuk berada di habitat mangsanya sehingga tidak berada di habitatnya seperti biasa.
Ikan layur golok memiliki total penangkapan yang paling besar yaitu 101 ekor ikan dan diikuti dengan total penangkapan ikan layur melei sebesar 71 ekor
ikan. Kisaran panjang dan berat dari kedua ikan ini masing-masing: ikan layur golok 643,53 ± 100,38
mm
;
242,23 ± 110,32 gram dan ikan layur melei 687,07
± 164,73 mm; 240,42 ± 159,00 gram. Dilihat dari kisaran panjang-berat kedua ikan ini, dapat dikatakan bahwa ikan yang tertangkap terdiri dari ikan layur remaja
dan dewasa. Ini merujuk pada Martin dkk. 2005 bahwa ikan layur dibagi kedalam 4 kategori berdasarkan ukurannya, yaitu juvenil 5 – 30 cm , remaja 30
– 70 cm, dewasa 70 – 100 cm, dan tua 100 cm. Ikan layur remaja dan dewasa memiliki tingkah laku yang berlawanan. Ikan layur remaja secara
berkelompok tersebar di dekat permukaaan perairan untuk mencari makan pada malam hari dan menyebar secara berkelompok dari dasar hingga permukaan
perairan pada siang hari, sedangkan ikan layur dewasa sebaliknya www.zipcodezoo.com. Hal ini mungkin bisa menjadi salah satu penyebab
kenapa total penangkapan ikan layur golok paling besar dengan komposisi tangkapan ikan remaja sebesar 76 ekor dan ikan dewasa sebesar 25 ekor jika
dibandingkan dengan ikan layur lainnya. Ikan layur golok remaja yang berkelompok untuk mencari makan pada malam hari tertangkap oleh nelayan
yang sedang beroperasi pada sore hingga malam hari di sekitar permukaan perairan. Adapun ikan layur golok dewasa diduga tertangkap saat bermigrasi ke
dasar perairan pada sore hari. Selain itu, musim penangkapan bisa menjadi salah satu pendugaan terhadap kuantitas penangkapan ikan ini. Penangkapan ikan pada
penelitian ini dilakukan pada bulan Juli, September, dan November. Dari bulan- bulan tersebut, bisa dikatakan bahwa penangkapan berlangsung pada musim timur
Juli-September yang merupakan musim banyak ikan dikarenakan keadaan perairan cukup baik sehingga mendukung operasi penangkapan nelayan.
Komposisi tangkapan ikan layur di Palabuhanratu selama penelitian bervariasi setiap bulannya. Hasil tangkapan ikan layur golok pada bulan Juli,
September, dan November masing-masing sebesar 23, 46 dan 32 ekor ikan. Adapun pada ikan layur melei, hasil tangkapan perbulannya masing-masing
sebesar 34, 31 dan 6 ekor ikan. Ikan gelang luyung memiliki hasil tangkapan perbulan masing-masing sebesar 12 dan 10 ekor ikan untuk bulan September dan
November. Pada bulan Juli tidak didapatkan ikan contoh. Hal ini diduga karena pada bulan ini nelayan lebih berminat untuk menangkap ikan lain yang lebih
bernilai ekonomis penting.
B. Kebiasaan makanan ikan