2. Faktor kondisi berdasarkan isi lambung ikan layur
Nilai faktor kondisi ikan layur golok L. savala jantan berkisar antara 0,76 – 2,72 dan pada ikan betina berkisar antara 0,95 – 1,41. Nilai faktor kondisi ikan
jantan cenderung lebih tinggi daripada faktor kondisi ikan betina. Hal ini diduga karena pada ikan layur golok jantan dapat memanfaatkan makanan lebih baik
daripada ikan betina. Ikan layur golok jantan memiliki grafik yang menurun berdasarkan kepenuhan lambungnya, hal ini menunjukkan bahwa kepenuhan
lambung tidak mempengaruhi faktor kondisi dari ikan layur golok jantan. Berbeda dengan ikan layur golok betina, tingkat kepenuhan lambung diduga
mempengaruhi faktor kondisi dari ikan layur betina karena terlihat pada grafik hubungan tingkat kepenuhan lambung terhadap faktor kondisi bahwa semakin
tinggi nilai kepenuhan lambung ikan maka semakin tinggi pula nilai faktor kondisinya.
Nilai faktor kondisi ikan T. lepturus jantan tidak jauh berbeda dengan ikan betina. Faktor kondisi untuk ikan layur melei jantan dan betina dihitung dengan
menggunakan rumus faktor kondisi allometrik. Nilai faktor kondisi ikan layur melei jantan dan betina masing-masing berkisar antara 0,70 – 1,71 dan 0,99 –
1,48. Faktor kondisi ikan layur melei jantan dan betina berbentuk garis yang menurun sehingga diduga bahwa tingkat kepenuhan lambung tidak mempengaruhi
faktor kondisi dari ikan layur melei jantan dan betina. Hal ini mungkin disebabkan oleh sampel yang tertangkap dominan yang berukuran besar sehingga
kondisi ikan akan menurun. Menurut Effendie 1997 bahwa ikan yang berukuran kecil mempunyai kondisi yang relatif tinggi, kemudian menurun ketika ikan
bertambah besar. Ikan layur gelang luyung G. serpens jantan dan betina memiliki nilai faktor
kondisi yang masing-masing berkisar antara 0,96 – 1,32 dan 0,99 – 1,11. Dilihat dari hubungan antara tingkat kepenuhan lambung ikan layur gelang luyung jantan
yang terbentuk, diduga bahwa semakin besar tingkat kepenuhan lambung dari ikan ini, maka akan semakin besar pula kondisi ikan ini sehingga dapat dikatakan
bahwa semakin penuh isi lambung, maka kondisi ikan akan semakin montok. Sedangkan untuk ikan layur gelang luyung betina tidak terlihat adanya
peningkatan yang signifikan dari hubungan tingkat kepenuhan lambung terhadap
faktor kondisinya. Hal ini diduga karena jumlah sampel dari ikan betina yang berjumlah sangat sedikit, yaitu tiga ekor ikan sehingga hasil yang diperoleh
kurang representatif dalam menggambarkan kondisi ikan layur gelang luyung betina yang sebenarnya di perairan. Adapun hubungan tingkat kepenuhan
lambung terhadap faktor kondisi ikan layur selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 24.
Jantan y = 0.8768x
-0.0943
r = 0.3534 Betina
y = 1.1147x
0.0281
r = 0.0211
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
Jantan y = 0.9643x
-0.0419
r = 0.2676 Betina
y = 1.2114x
0.0068
r = 0.0557
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.0014.00 15.00 16.00 17.00 18.00
Jantan y = 1.1962x
0.027
r = 0.2760 Betina
y = 0.9949x
0.0254
r = 0.6882
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
ISC
Jantan Betina Gambar 24. Hubungan indeks kepenuhan lambung dengan faktor kondisi ikan
layur selama penelitian Lepturacanthus savala
Trichiurus lepturus
Gempylus serpens
F. Aspek pengelolaan