Luas relung dan tumpang tindih relung makanan Hubungan panjang-berat

Trichiuridae beradaptasi pada daerah benthopelagis dan secara khas menangkap mangsa dengan menunggu di perangkap. Spesies dari famili Gempylidae beradaptasi pada daerah mesopelagis, benthopelagis atau pelagis dan kebanyakan dari mereka berenang cepat saat mengejar mangsa, tetapi beberapa spesies dari Gempylidae yaitu Diplospinus dan Paradiplospinus bergerak lebih lambat atau mengapung sementara, menunggu untuk menjebak mangsa Nakamura dan Parin, 1993. Selain itu, Gempylidae makan lebih sedikit sebelum pemijahan dan lebih banyak setelah pemijahan. Hal ini mempengaruhi proporsi kepenuhan dari lambung ikan Mehl, 1969. Pada penelitian sumberdaya perikanan laut menggunakan K.M. Mutiara IV di laut Jawa selama periode tahun 1974 – 1976. Diketahui bahwa konsentrasi ikan layur Trichiuridae terdapat pada kedalaman lebih kurang 20 meter. Ikan ini banyak tertangkap antara bulan September-November Dwiponggo,1977 dalam Herianti dkk., 1992. Menurut Martin dkk. 2005, ikan layur mencari makan secara nokturnal. Ikan layur saat juvenil dan remaja makan lebih intensif daripada ikan dewasa selama musim hangat. Sedangkan ikan dewasa lebih intensif makan selama musim dingin. Pemangsaan antara ikan layur yang berukuran sama sering terjadi pada saat malam hari selama musim hangat berlangsung. Jumlah makanan ikan layur meningkat sejalan dengan peningkatan ukuran panjangnya Bakhoum, 2007. Ukuran ikan layur berhubungan dengan kematangan seksualnya. Ikan betina tumbuh lebih cepat dan berukuran lebih besar dibandingkan ikan jantan. Ikan layur yang sudah dewasa akan mengalami penurunan laju pertumbuhan sampai ukurannya menjadi maksimum Haweet dan Ozawa, 1996.

E. Luas relung dan tumpang tindih relung makanan

Luas relung niche breath makanan menunjukkan adanya selektifitas kelompok ukuran ikan antar spesies maupun antar individu dalam suatu spesies yang sama terhadap sumberdaya makanan Krebs dan Davies, 1987. Relung terjadi karena ruang yang ditempati tidak hanya untuk 1 spesies tetapi untuk spesies lainnya juga. Relung bisa terjadi dalam hal ruang, makanan dan lain-lain. Relung makanan merupakan salah satu hal yang penting karena bisa menggambarkan kondisi antara spesies di dalam suatu perairan. Apabila terjadi tumpang tindih relung, maka memungkinkan terjadinya persaingan. Persaingan terhadap makanan merupakan hal penting untuk diketahui, karena berkaitan dengan kemampuan suatu organisme untuk mempertahankan keberadaannya di perairan tersebut. Persaingan terjadi antara satu spesies atau intraspesifik dan persaingan spesies dengan spesies yang lain atau interspesifik Effendie, 1997. Menurut Effendie 1997, ikan yang kecil menggunakan luas relung yang kecil. Semakin besar ukurannya, maka pola makanannya juga akan berubah dan akan menggunakan luas relung yang besar. Namun, variasi makanan yang besar tidak menjamin akan memberikan kisaran luas relung yang besar, karena nilai luas relung juga dipengaruhi oleh berapa besar ikan tersebut dapat memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.

F. Hubungan panjang-berat

Analisa hubungan panjang-berat dapat digunakan untuk mempelajari pertumbuhan. Ada dua faktor yang berpengaruh dalam studi pertumbuhan yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam diantaranya faktor keturunan, jenis kelamin, penyakit, hormon, dan kemampuan memanfaatkan makanan. Adapun faktor luar meliputi ketersediaan makanan, kompetisi dalam memanfaatkan ruang, dan suhu perairan Effendie, 1979. Persamaan hubungan panjang-berat ikan dimanfaatkan untuk berat ikan melalui panjangnya dan menjelaskan sifat pertumbuhannya. Berat dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Dengan kata lain hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk menduga berat melalui panjang Effendie, 1997.

G. Faktor kondisi