penyebaran yang berdekatan mungkin bisa menyebabkan terjadi pemangsaan organisme yang sama antara spesies ini. Adapun nilai tumpang tindih tertinggi
pada ikan layur betina terjadi pada ikan layur golok dan gelang luyung. Dilihat dari habitat yang didiami ikan layur golok dan gelang luyung masing-masing yaitu
250 – 350 m dan 0 - 200 m kadang lebih dalam, maka memungkinkan untuk kedua ikan ini berada pada lokasi yang sama dalam mencari makanan. Nilai
tumpang tindih relung makanan yang tinggi memungkinkan terjadinya persaingan memanfaatkan makanan ketika persediaan makanan terbatas di perairan. Adapun
nilai tumpang tindih relung makanan ikan layur berdasarkan jenis kelaminnya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Tumpang tindih relung makanan ikan layur berdasarkan jenis kelamin selama penelitian
Jantan
Jenis ikan layur golok
layur melei gelang luyung
Layur golok 0,9607
0,7328 layur melei
0,8785 gelang luyung
Betina
Jenis ikan layur golok
layur melei gelang luyung
layur golok 0,9741
0,9988 layur melei
0,9621 gelang luyung
b. Tumpang tindih relung makanan ikan layur berdasarkan kelas ukuran
panjang
Nilai tumpang tindih relung makanan dapat terjadi bila ada kesamaan jenis makanan yang dimanfaatkan oleh dua atau lebih kelompok ukuran ikan. Bila nilai
tumpang tindih relung yang diperoleh berkisar satu, maka kedua kelompok yang dibandingkan mempunyai jenis makanan yang sama. Sebaliknya, bila nilai
tumpang tindih relung makanan yang diperoleh sama dengan nilai nol, artinya
jenis makanan antara kedua kelompok yang dibandingkan tidak sama Colwell dan Futuyma, 1971. Adapun nilai tumpang tindih relung makanan ikan layur
golok terbesar diperoleh pada kelompok ukuran 594 – 674 mm terhadap kelompok ukuran 675 – 755 mm dan 756 – 836 mm, serta pada kelompok ukuran
675 – 755 mm terhadap kelompok ukuran 756 – 836 mm yaitu sebesar 0,99. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok ukuran tersebut, jenis makanan yang
dikonsumsi relatif sama sehingga memungkinkan terjadinya persaingan yang besar antara kelompok ukuran tersebut. Tumpang tindih relung makanan antara
kelompok ukuran 513 – 593 mm terhadap kelompok ukuran 594 – 674 mm dan 756 – 836 mm diperoleh nilai masing-masing sebesar 0,02 dan 0,03. Nilai
tumpang tindih relung makanan yang diperoleh pada kelompok ukuran ini sangat kecil dan menunjukkan bahwa jenis makanan yang dikonsumsi pada kelompok
ukuran ini berbeda jauh sehingga diduga peluang untuk terjadinya persaingan makanan sangat kecil jika persediaan makanan di perairan terbatas. Tumpang
tidih relung makanan ikan layur golok berdasarkan kelas ukuran panjangnya dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Tumpang tindih relung makanan ikan layur golok berdasarkan kelas ukuran panjang
Kelompok ukuran
mm 270-
350 351-
431 432-
512 513-
593 594-
674 675-
755 756-
836 837-
917 918-
998 270-350
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00 351-431
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00 0,00
432-512 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00 0,00
513-593 0,02
0,98 0,03
0,00 0,00 594-674
0,99 0,99
0,00 0,00 675-755
0,99 0,00 0,00
756-836 0,00 0,00
837-917 0,00
918-998
Nilai tumpang tindih relung makanan ikan layur melei terbesar terdapat antara kelompok ukuran 513 – 593 mm terhadap kelompok ukuran 756 – 836 mm
dan antara kelompok ukuran 594 – 674 mm terhadap kelompok ukuran 756 – 836 mm yaitu 0,85. Hal ini menunjukkan bahwa jenis makanan yang dikonsumsi oleh
kelompok ukuran tersebut relatif sama dan diduga dapat terjadi persaingan dalam mencari makanan. Adapun nilai tumpang tindih relung makanan terkecil terdapat
pada kelompok ukuran 513 – 593 mm terhadap kelompok ukuran 594 – 674 mm yaitu sebesar 0,11. Hal ini menunjukkan bahwa jenis makanan yang dikonsumsi
oleh kelompok ukuran tersebut cenderung berbeda sehingga kemungkinan untuk terjadinya persaingan dalam mencari makanan pada kelompok ukuran tersebut
sangat kecil. Namun secara umum, dari nilai tumpang tindih relung makanan yang diperoleh pada ikan layur melei, persaingan dalam mencari makanan antara
individu sangat mungkin terjadi karena berasal dari spesies yang sama sehingga memiliki jenis makanan yang relatif sama. Nilai tumpang tindih relung makanan
ikan layur melei berdasarkan kelas ukuran panjang dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Tumpang tindih relung makanan ikan layur melei berdasarkan kelas ukuran panjang
Kelompok ukuran
mm 270-
350 351-
431 432-
512 513-
593 594-
674 675-
755 756-
836 837-
917 918-
998 270-350
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
351-431 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
432-512 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 513-593
0,11 0,00
0,85 0,00
0,00 594-674
0,00 0,85
0,00 0,00
675-755 0,00
0,00 0,00
756-836 0,00
0,00 837-917
0,00 918-998
Ikan layur gelang luyung memiliki nilai kisaran tumpang tindih relung makanan antara 0,45 hingga 0,97. Nilai ini diperoleh dari perbandingan tiga
kelompok ukuran ikan yaitu antara kelompok ukuran 594 – 674 mm terhadap 675 – 755 mm dan 756 – 836 mm, serta antara kelompok ukuran 675 – 755 mm
terhadap kelompok ukuran 756 - 836 mm. Nilai tumpang tindih relung makanan ini dapat menggambarkan tingkat kompetisi dari ikan berdasarkan kelas ukuran
panjangnya dalam mendapatkan makanan yang disukainya. Berdasarkan nilai tumpang tindih relung makanan yang diperoleh, diduga dapat terjadi persaingan
makanan yang tinggi antara kelompok ukuran 675 – 755 mm terhadap kelompok ukuran 756 - 836 mm dan antara kelompok ukuran 594 – 674 mm terhadap 675 –
755 mm. Adapun nilai tumpang tindih relung makanan ikan layur gelang luyung berdasarkan kelas ukuran panjangnya dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Tumpang tindih relung makanan ikan layur gelang luyung berdasarkan kelas ukuran panjang
Kelompok ukuran
mm 270-
350 351-
431 432-
512 513-
593 594-
674 675-
755 756-
836 837-
917 918-
998 270-350
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00 351-431
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00 0,00
432-512 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00 0,00
513-593 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00 594-674
0,75 0,45
0,00 0,00 675-755
0,97 0,00 0,00
756-836 0,00 0,00
837-917 0,00
918-998
C. Distribusi frekuensi panjang
Ukuran ikan layur yang tertangkap selama penelitian relatif beragam. Ukuran panjang dari ketiga spesies ikan layur dibagi kedalam sembilan selang
kelas, dimana selang kelasnya di samakan untuk ketiga spesies ini agar dapat membandingkan sebaran ukuran dari ketiganya dan dapat menduga jenis makanan
yang disukai oleh ketiga jenis ikan ini. Distribusi ukuran ikan layur selama penelitian di Palabuhanratu tercantum pada Gambar 19 di bawah ini.
5 10
15 20
25
270-350 351-431
432-512 513-593
594-674 675-755
756-836 837-917
918-998
5 10
15 20
25
270-350 351-431
432-512 513-593
594-674 675-755
756-836 837-917
918-998
5 10
15 20
25
270-350 351-431
432-512 513-593
594-674 675-755
756-836 837-917
918-998
Selang Kelas Panjang mm
Jantan Betina Gambar 19. Distribusi ukuran ikan layur selama penelitian di Palabuhanratu
Lepturacanthus savala
Trichiurus lepturus
Gempylus serpens
Selang kelas ukuran ketiga jenis ikan layur berdasarkan jenis kelaminnya dibagi ke dalam 9 kelas dengan menyamakan lebar kelas setiap spesies. Pada
spesies L. savala, ikan contoh yang banyak tertangkap terdapat pada kelompok ukuran 594 – 674 mm. Hal ini menunjukkan bahwa ikan yang tertangkap
dominan berada dalam fase remaja. Sebaran ukuran ikan jantan lebih merata daripada ikan betina. Hal ini mungkin dikarenakan oleh jumlah ikan jantan yang
lebih banyak pada spesies ini dan terdapat ikan mulai dari fase juvenil sampai dewasa sehingga diduga bahwa ikan ini menyukai untuk mengkonsumsi ikan dan
udang. Menurut Nakamura dan Parin 1993, ikan L. savala memakan ikan-ikan kecil dan crustacea dalam variasi yang luas terutama udang-udangan dan spesies
Setipinna, Anchoviella, Harpodon, Trichiurus, dan lain-lain. Spesies T. lepturus jantan dan betina memiliki ukuran yang relatif sama.
Frekuensi ikan pada masing-masing ukuran tidak berbeda jauh, namun frekuensi ikan jantan memang lebih banyak dibandingkan ikan betinanya. Pada ikan ini,
ikan contoh yang tertangkap lebih dominan berada pada kelompok ukuran yang besar yaitu pada selang kelas 756 – 836 mm. Hal ini menunjukkan bahwa ikan-
ikan yang tertangkap sudah dewasa dan diduga bahwa jenis makanan kesukaannya berupa ikan, cumi-cumi dan crustacea. Menurut Nakamura dan
Parin 1993, ikan T. lepturus dewasa umumnya mengkonsumsi ikan seperti Myctophids, Sardinella, Carangidae, mackerel, dan terkadang memakan cumi-
cumi dan crustacea. Berbeda dengan kedua spesies di atas, ikan G. serpens memiliki distribusi
ukuran yang lebih sedikit dibanding ikan lainnya. Hal ini mungkin dikarenakan ikan contoh yang tertangkap memang sedikit. Ikan contoh yang ditemukan pada
ikan ini banyak berada pada kelompok ukuran besar yaitu pada selang kelas 675 – 755 mm yang berarti bahwa ikan layur dewasa yang dominan tertangkap. Oleh
karena ikan G. serpens yang tertangkap dominan dewasa, maka diduga bahwa jenis makanan yang disukai ikan ini berupa ikan dan crustacea. Menurut
Nakamura dan Parin 1993, ikan G. serpens memakan ikan-ikan Myctophids, Exocoetids, Sauries, dan Scombrids, cumi-cumi, dan crustacea.
D. Hubungan panjang-berat ikan layur
Pengujian terhadap hubungan panjang berat ikan layur golok jantan L. savala menunjukkan bahwa pola pertumbuhannya bersifat allometrik positif yang
berarti bahwa pertambahan berat tubuh ikan lebih dominan daripada pertambahan panjangnya, dengan nilai koefisien regresi b sebesar 3,2626. Adapun nilai
koefisien korelasi yang diperoleh dari hubungan panjang berat ikan layur golok jantan yaitu 0,9197. Nilai korelasi yang mendekati satu tersebut menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara panjang total dengan berat tubuh total ikan layur golok jantan. Hal ini diduga dengan bertambahnya ukuran
panjang ikan, maka akan bertambah pula ukuran beratnya. Berbeda dengan ikan layur golok jantan, pengujian terhadap panjang berat
ikan layur golok betina menunjukkan bahwa pola pertumbuhannya bersifat allometrik negatif yang berarti bahwa pertambahan panjang tubuh ikan lebih
dominan daripada beratnya, dengan nilai koefisien regresi b sebesar 2,8368. Adapun nilai koefisien korelasi yang diperoleh dari hubungan panjang berat ikan
layur golok betina yaitu 0,6464. Nilai korelasi yang mendekati satu tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara panjang total
dengan berat tubuh total ikan layur golok betina. Keeratan ini diduga dengan bertambahnya panjang ikan, maka bertambah pula beratnya.
Hubungan panjang-berat yang diperoleh ikan layur golok jantan dan betina saling berlawanan. Ikan layur golok jantan memiliki pola pertumbuhan allometrik
positif sedangkan ikan betinanya memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif. Hal ini diduga berkaitan dengan ukuran dari ikan yang tertangkap. Pada ikan
betina, ikan yang tertangkap lebih banyak yang berukuran besar dan diduga sudah memasuki fase dewasa sehingga terjadi penurunan laju pertumbuhan pada ikan
ini. Menurut Haweet dan Ozawa 1996, ikan layur yang sudah dewasa akan mengalami penurunan laju pertumbuhan sampai ukurannya menjadi maksimum.
Adapun pada ikan jantan, sampel yang tertangkap lebih banyak yang berukuran sedang dan diduga masih berada fase remaja sehingga ikan ini aktif mencari
makan untuk pertumbuhannya. Selain itu, jika dikaitkan dengan ukuran makanan yang dikonsumsi oleh ikan ini, ukuran makanan ikan golok jantan 0,05 – 15,05