5. Indeks bagian terbesar Index of Preponderance
Evaluasi jenis makanan dengan indeks bagian terbesar merupakan gabungan dari dua metode yaitu metode frekuensi dan metode volumetrik. Metode
frekuensi kejadian dilakukan dengan cara mencatat jumlah ikan yang ususnya kosong, mencatat keberadaan organisme pada masing-masing ikan yang ususnya
berisi. Metode volumetrik dilakukan dengan cara mengukur volume isi alat pencernaan tiap individu. Kemudian keringkan dengan menggunakan kertas
saring atau tisu. Memisahkan masing-masing organisme yang sejenis dan ukur volumenya dengan dikeringkan terlebih dahulu. Jenis makanan yang tidak dapat
ditentukan dimasukkan ke dalam kelompok makanan yang tidak teridentifikasi. Volume organisme sejenis dibandingkan dengan volume total isi pencernaan
makanan dan dinyatakan dalam persen. Volume total keseluruhan jenis makanan adalah 100 . Metode ini dikembangkan oleh Natarajan dan Jhingram 1961
dalam Effendie 1979 dengan rumus sebagai berikut: IP =
100
1
x Oi
x Vi
Oi x
Vi
n i
Keterangan: IP = Indeks bagian terbesar Index of preponderance
Vi = Persentase volume makanan jenis ke-i Oi = Persentase frekuensi kejadian makanan ke-i
n = Jumlah organisme makanan
6. Luas relung makanan
Luas relung makanan digunakan untuk mengetahui tingkat selektivitas ikan terhadap makanannya. Perhitungan luas relung makanan menggunakan ”Levin’s
Measure” Levins, 1968 dalam Krebs, 1989 : B
i
=
n i
m j
Pij
1 1
2
1
Keterangan: B
i
= Luas relung makanan kelompok ikan ke-i Pij = Proporsi organisme makanan ke-j yang dimanfaatkan oleh kelompok
ikan ke-i n
= Jumlah kelompok ikan m
= Jumlah organisme makanan yang dimanfaatkan
Nilai luas relung yang diperoleh kemudian distandarisasi agar nilai yang dihasilkan berkisar antara 0-1. Standarisasi nilai tersebut menggunakan rumus
Hulbert 1978 dalam Krebs 1989 : B
a
= 1
1
n
B
i
Keterangan : B
a
= Standarisasi luas relung Levins kisaran 0-1 B
i
= Luas relung Levins n = Jumlah jenis organisme makanan yang dimanfaatkan
7. Tumpang tindih relung makanan
Tumpang tindih relung makanan digunakan untuk menghitung kesamaan makanan antara ikan jantan dan betina serta antar kelompok ukuran ikan.
Perhitungan tumpang tindih relung makanan menggunakan indeks Morisita yang disederhanakan dan diusulkan oleh Horn 1966 dalam Krebs 1989 :
C
H
=
n j
m i
n k
m i
k k
n j
m i
Pik Pij
Pik Pij
1 1
1 1
2 2
1 1
1
2
Keterangan: C
H
= Indeks Morisita-Horn n
= Jumlah sumberdaya makanan yang dimanfaatkan Pij, Pik = Proporsi jenis organisme makanan ke-i yang digunakan oleh
kelompok ikan ke-j dan ke-k i = 1,2,3,...,n
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Komposisi hasil tangkapan ikan layur
Lokasi penangkapan ikan layur golok L. savala, ikan layur melei T. lepturus dan ikan layur gelang luyung G. serpens berada di sekitar perairan
Palabuhanratu, Ujung Genteng bahkan mencapai perairan Krakatau. Hasil tangkapan ikan layur yang ditangkap pada bulan Juli, September, dan November
2007 tercantum dalam Tabel 4. Tabel 4. Komposisi hasil tangkapan ikan layur selama penelitian di perairan
Palabuhanratu
Jumlah ekor Kisaran
No Nama
lokal Nama latin
Jantan Betina Panjang mm
Berat gram
Total tangkapan
1
layur golok
L. savala
57 44
643,53 ± 100,38 242,23 ± 110,32
101 2
layur melei
T. lepturus
44 27
687,07 ± 164,73 240,42 ± 159,00
71 3
layur gelang
luyung G. serpens
14 8
728,14 ± 65,51 491,03 ± 162,61
22
Jumlah ikan terbanyak yang diperoleh dari hasil tangkapan ikan layur di perairan Palabuhanratu adalah ikan layur golok L. savala. Ikan layur golok L.
savala yang tertangkap sejak bulan Juli 2007 hingga bulan November 2007 berjumlah 101 ekor, terdiri dari 57 ekor ikan jantan dan 44 ekor ikan betina. Ikan
layur melei T. lepturus berjumlah 71 ekor, terdiri dari 44 ekor ikan jantan dan 27 ekor ikan betina. Berbeda dengan kedua spesies sebelumnya, pengambilan ikan
gelang luyung G. serpens dimulai sejak bulan September 2007 hingga November 2007. Ikan ini berjumlah 22 ekor, terdiri dari 14 ekor ikan jantan dan 8
ekor ikan betina. Perbedaan jumlah hasil tangkapan dari ketiga spesies tersebut dikarenakan ikan contoh yang diperoleh, berasal dari nelayan di Palabuhanratu
yang tidak menjadikan ikan layur sebagai tangkapan utamanya. Nelayan lebih