79
Gambar 44. Jalan-jalan Karya Yanis Gambar 45. Jalan-jalan Karya Doni
Sumber Data: Foto Peneliti Sumber Data : Foto Peneliti
4.4.2 Hasil Pembelajaran Menggambar dengan Tema Transportasi
Pada tema ini guru menggunakan metode cerita, yakni guru menjelaskan mengenai arti dan makna alat transportasi kepada siswa terlebih dahulu. Contoh-
contoh alat transportasi dan menceritakan sedikit tentang sejarah alat transportasi pada siswa. Kemudian dari cerita guru tersebut siswa diminta untuk membuat
gambar tentang alat transportasi. Pemilihan subjek gambar dan pewarnaan dilakukan sendiri oleh siswa. Namun, tetap setiap proses pengerjaan selalu
mendapat pengawasan dan bimbingan dari guru.
Gambar 46. Alat Transportasi Karya Abiem Gambar 47. Alat Transportasi Karya Ria Sumber Data: Foto Peneliti Sumber Data: Foto Peneliti
4.4.3 Hasil Pembelajaran Menggambar dengan Tema Bebas
Pada tema ini guru menggunakan metode ekspresi bebas. Guru memberikan kebebasan seluas-luasnya pada siswa untuk menggali ide, gagasan,
80
dan imajinasinya. Mulai dari tema, pemilihan subjek gambar, sampai pada pewarnaan ditentukan sendiri oleh siswa. Namun seperti pada metode-metode
sebelumnya, proses pengerjaan karya tetap mendapat pengawasan dan bimbingan.
Gambar 48. Rumahku Karya Indra Gambar 49. Bermain Karya Yanis Sumber Data: Foto Peneliti Sumber Data : Foto Peneliti
Gambar 50. Penari Karya Ria Gambar 51. Badut Karya Silvi Sumber Data: Foto Peneliti Sumber Data : Foto Peneliti
Gambar 52. Teman-temanku Karya Septi Sumber Data : Foto Peneliti
81
Tugas yang diberikan pada siswa merupakan tema yag ditentukan, tetapi guru memberikan ruang pada anak untuk mengembangkan kreativitas, imajinasi,
dan idenya dalam menentukan objek ataupun warna pada gambar. Dengan demikian, meskipun metode yang digunakan adalah demonstrasi hasil karya
gambar anak memiliki warna, objek, dan ciri khas masing-masing. Hasil pembelajaran menggambar di SLB Negeri Semarang ditinjau dari
segi bentuk, teknik dan pewarnaan sudah cukup baik. Hal ini ditandai dengan tarikan garis yang lancar, proporsi gambar yang hampir tepat, perpektif yang
mulai diperhatikan, pewarnaan yang relatif rapi dan sesuai dengan warna objek aslinya, serta bentuk gambar yang dibuat siswa sudah sesuai dengan tema yang
diberikan oleh guru. Akan tetapi, jika diperhatikan dengan lebih seksama dari keseluruhan gambar yang dibuat oleh anak tunagrahita di SLB Negeri Semarang,
terlihat beberapa perbedaan antara gambar anak normal dengan anak tunagrahita. Pertama, anak normal usia 11-17 tahun dalam menggambar biasanya
membuat gambarnya dengan lebih detail, sedetail yang dapat anak capai. Tetapi anak tunagrahita yang memiliki tingkat intelegensi di bawah anak normal
membuat bentuk dalam bentuk globalnya saja, detail gambar cenderung tidak diperhatikan.
Kedua, anak tunagrahita memuiliki keterbatasan dalam pemilihan warna, satu warna dapat digoreskan pada beberapa objek gambar. Terkadang jika tidak
diminta guru untuk mengganti dengan warna yang lain, anak akan mewarnai semua bidang gambar dengan warna yang sama.
82
Ketiga, anak tunagrahita memiliki emosi yang labil, hal ini terlihat dari goresan dan tekanan warna. Crayon dan pensil warna digoreskan dengan tekanan
penuh dengan luapan emosi. Labilnya emosi juga terlihat dari tidak konsistennya gambar yang dihasilkan oleh anak. Jika suasana hati sedang senang gambar yang
dihasilkan oleh anak akan bagus, tetapi jika suasana hati anak sedang buruk gambar yang dihasilkan oleh anak kurang bagus dan cenderung asal-asalan.
Misalnya, gambar yang dihasilkan oleh Septi dan Silvi. Keempat, anak tunagrahita memiliki kecenderungan cepat bosan, jenuh,
dan lelah. Hal ini dapat terlihat dari hampir keseluruhan gambar yang tidak selesai, ada bagian gambar yang tidak terwarnai.
4.5 Karakteristik Gambar Anak Tunagrahita di SLB Negeri