Anak Berkebutuhan Khusus KAJIAN

37 Gambar 22. Gambar Tipe campuran Sumber: Garha 1980 : 115 Karakteristik, periodesasi, bentuk ungkapan, dan tipe gambar anak yang telah dijabarkan di atas merupakan ungkapan visual gambar pada anak dengan perkembangan fisik, emosi, dan mental yang normal. Data tersebut akan menjadi acuan untuk menganalisis proses pembelajaran menggambar, hasil pembelajaran menggambar anak tunagrahita, dan karakteristik gambar anak tunagrahita.

2.7 Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus merupakan istilah lain dari anak luar biasa, yang menandakan adanya kelainan khusus atau ketunaan. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda dengan anak normal. Merujuk Delphie 2006 1-3 anak berkebutuhan khusus dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1 Anak yang memiliki kelainan penglihatan tunanetra, khususnya anak buta. Anak tunanetra adalah anak yang tidak dapat menggunakan indera 38 penglihatannya untuk mengikuti segala kegiatan belajar maupun kehidupan sehari-hari lihat Delphie 2006:1. 2 Anak dengan kelainan pendengaran dan bicara tunarungu wicara. Pada umumnya anak dengan kelainan pendengaran dan wicara, mempunyai hambatan pendengaran dan kesulitan melakukan komunikasi secara lisan dengan orang lain lihat Delpie 2006:1. Pada penderita tunarungu wicara komunikasi biasa dilakukan dengan isyarat tubuh dan tulisan. 3 Anak dengan kelainan perkembangan kemampuan tunagrahita. Biasanya dikenal dengan sebutan anak keterbelakang mental. Anak tunagrahita memiliki problem dalam belajar yang disebabkan adanya hambatan perkembangan intelegensi, mental, emosi, sosial, dan fisik lihat Delphie 2006:2. Anak tunagrahita memiliki tingkat intelegensi yang berada di bawah rata-rata anak normal. 4 Anak dengan kelainan kondisi fisik atau motorik tunadaksa. Kelainan ini merupakan kelainan pada tubuh atau badan anak. Secara medis dinyatakan bahwa anak mengalami kelainan pada tulang, persendian, dan saraf penggerak otot-otot tubuhnya, sehingga digolongkan sebagai seorang yang membutuhkan layanan khusus pada gerak anggota tubuhnya lihat Delphie 2006:2. 5 Anak dengan kelainan perilaku maladjustment atau sering disebut dengan anak tunalaras. Karakteristik yang menonjol berupa perilaku sering membuat keonaran secara berlebihan dan cenderung ke arah perilaku 39 kriminal lihat Delphie 2006:2. Karena tingkah lakunya yang berlebihan, anak tunalaras termasuk dalam golongan anak berkebutuhan khusus. 6 Anak dengan kelainan perilaku autism. Anak austistik mempunyai kelainan ketidakmampuan berbahasa. Hal ini diakibatkan oleh adanya cedera pada otak. Secara umum anak autistik mengalami kelainan berbicara di samping mengalami ganggungan kemampuan intelektual dan fungsi saraf lihat Delphie 2006:2. 7 Anak dengan kelainan hiperaktif. Hiperactive bukan merupakan penyakit, tetapi suatu gejala yang disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya kerusakan pada otak, kelainan emosional, kurang dengar, atau tunagrahita. Ciri yang dapat dilihat antara lain selalu berjalan, tidak mau diam, suka berpindah-pindah, sulit berkonsentrasi, sulit mengikuti perintah atau suruhan, bermasalah dengan belajar, dan kurang perhatian terhadap pelajaran lihat Delphie 2006:2 . 8 Anak dengan kesulitan belajar. Istilah spesifik kesulitan belajar ditujukan pada siswa yang mempunyai prestasi rendah dalam bidang akademik tertentu, misalnya membaca, menulis, dan kemampuan matematika. Anak dengan kesulitan belajar boleh jadi bukan anak yang bodoh, tetapi sulit untuk berkonsentrasi atau terlambat dalam belajar lihat Delphie 2006:2-3. 9 Anak dengan kelainan perkembangan ganda. Anak-anak ini sering disebut dengan istilah tunaganda yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup hambatan-hambatan perkembangan neurologis lihat Delphie 2006:3. 40

2.8 Tunagrahita